Majikanku 'Kejam'

18.3K 2.5K 141
                                    

"Kamu yakin, Na?" Gadis bertanya pada saudara asuhnya yang sedang mengajari salah seorang anak kecil belajar menulis di rumah singgah.

"Yakin," jawab Bina mantap, "kamu pasti bisa ajarin anak majikanku. Lihat Anjar-" ia menuding pada anak berusia tujuh yang sedang asyik menulis di papan tulis, "kamu bisa buat dia baca tulis padahal anak itu lemot setengah mati. Nah, anak majikanku ini kasusnya hampir sama, Dis, dia lemot karena dimanja aja. Papanya udah gonta - ganti guru tapi nggak ada yang cocok. Menurutku dia butuh kamu deh, dia butuh orang yang sabar. Maklum dia nggak punya ibu."

Gadis meremas tangannya karena cemas, berharap semoga saja ia bisa membantu dan mendapatkan sedikit penghasilan setelah ia dipecat dari tempat kerjanya akibat korban fitnah. Ada kosan yang harus dibayar setiap bulan dan perut yang harus ia isi setiap harinya. Selain itu ia juga berharap apa yang dituduhkan padanya tidak ia benarkan kali ini.

"Dis," ia merasakan Bina menggenggam tangannya, "jangan gugup. Nggak akan kejadian kok, kamu sudah sembuh."

Gadis teringat percakapan mereka kala itu, saat Bina memintanya menjadi guru pengganti. Nyatanya tidak sulit untuk menyukai seorang Adiba, anak periang yang polos, bersih, dan terawat. Ia tergolong anak yang cerdas menurut Gadis, mudah diberitahu dan mau mendengarkan. Adiba tidak seliar saudara asuhnya di rumah singgah. Anak itu hanya butuh bantuan membangun kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu termasuk belajar.

Gadis menggaruk kepalanya, menduga bahwa selama seminggu belakangan kembali ke rumah singgah untuk mengajar membuatnya tertular kutu rambut setelah menjaga kebersihan sekian lama.

Tak ayal di pertemuan berikutnya ia mendapat teguran dari majikan bahwa cucunya tertular. Sempat takut akan dipecat, Gadis hanya diminta untuk memakai penutup kepala selama mengajar, serta membersihkan parasit itu sesegera mungkin. Ia bersyukur majikannya sangat baik hati, dan lebih bersyukur lagi karena Papanya Adiba tidak mengambil tindakan ekstrem yang bisa ia lakukan.

Berbekal kondisioner kiloan, cairan pembasmi nyamuk, dan sisir kutu, ia meminta Bina membersihkan kepalanya dari parasit.

"Campuran Bayg*n memang ampuh ya," Bina terkekeh saat merawat rambut Gadis.

"Kira - kira Adiba boleh nggak ya diobatin pakai ini?" renung Gadis cemas.

"Ya nggak bolehlah!" sambar Bina cepat, "bisa dimarahin Pak Tria tiga hari tiga malam gegara kepala anaknya kamu kasih obat nyamuk. Lagian dia sudah diobatin pakai sampo khusus kok. Udah beres."

Ia menghela napas lega, "syukur deh kalau begitu."

Gadis sadar bahwa dirinya tidak disukai oleh sang majikan. Tria bukan orang pertama yang memandangnya sebelah mata, maka dari itu ia ingin memberikan yang terbaik, tapi peristiwa kutu rambut ini malah membuktikan sebaliknya. Duh!

"Kalau menulis huruf K, tarik garis lurus dulu seperti ini," ia membuat contoh langsung untuk Adiba.

Anak itu mencoba tapi gagal, garisnya tidak lurus karena tangannya tidak terbiasa memegang alat tulis. Gadis mencoba agar Adiba fokus mempelajari garis lurus dan miring sebelum belajar menulis huruf. Walau prosesnya menjadi lebih lama dan majikannya akan semakin tidak puas, tapi mau bagaimana lagi.

"Adiba...!"

Sapaan yang begitu hangat sarat akan kasih sayang terdengar dari ambang pintu. Seorang pria dengan setelan kerja rapi berdiri di sana. Tatapannya yang hangat beralih dari Adiba kepada Gadis, dan seketika kehangatan itu sirna menjadi tanpa rasa.

"Papa!" pekik Adiba senang, kemudian dengan polosnya ia perkenalkan gurunya pada sang ayah. "Pa, ini Mba Gadis, Pa. Guru aku."

Pria itu mengulas senyum profesionalnya dan menyapa singkat, "Siang, Mba!"

Buat Gadis Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang