"Jangan mengumpat, nanti anakku dengar." Ucapnya berisik di telingamu.

"Sudah sana pergi! Tubuhmu penuh keringat dan bau! Aku bisa muntah jika kau dekat-dekat denganku!" Kesalmu.

Kau tak mengerti mengapa, tapi mungkin ini karena kau sedang mengandung. Moodmu sangat mudah berubah-ubah. Ditambah lagi Wonwoo yang terus menerus terlihat menyebalkan di matamu. Membuatmu tak bisa berhenti marah-marah.

"Kalau kau tak mau bercerai, bagaimana kalau kita buat anak kembar?"

Kau menoleh dan menemukannya yang tengah menyeringai.

Kau pun melepaskan tangannya dengan paksa kemudian menaikkan spatula yang kau gunakan untuk mengancamnya.

"Pergi atau ku lempar telur gosong ini ke arahmu?!"

Bukannya pergi, ia justru tertawa.

Ya, seorang Wonwoo sedang tertawa.

Kau tertegun. Kau tak pernah tahu jika laki-laki ini memiliki senyum yang manis. Bahkan ketika tertawa, ia terlihat seperti cahaya yang menyilaukan. Sangat berbeda dengan dia yang bisanya hanya menyeringai ataupun memandang sinis seperti kegelapan yang ingin menenggelamkanmu.

"Apa kau jatuh cinta padaku?"

Pertanyaannya itu sukses membuat lamunanmu membuyar. Kau lupa bahwa ia bisa membaca pikiranmu. Sial! Kau malu karena sempat takjub dengan senyumannya.

"Hanya mengangumi seyumanmu, bukan berarti aku jatuh cinta padamu. Kau itu iblis menyebalkan. Sudahlah, lebih baik kau bersiap pergi ke kantor."

"Dasar bodoh. Hari ini hari sabtu." Ucapnya sembari mengusap puncak kepalamu gemas.

Double sial!

Dua kali ia membuatmu kehilangan muka di depannya. Sudah tertangkap basah sedang mengagumi senyumannya, sekarang dengan bodohnya kau lupa hari karena salah tingkah dibuatnya.

.

.

.

.

.

Akibat resepsi yang super mewah beberapa hari lalu, semua karyawan di perusahaan pun tahu akan kabar pernikahan kalian. Ditambah kabar bahwa kau hamil sebelum menikah juga menyebar bahkan lebih cepat dari kabar pernikahanmu. Tidak hanya itu, hubungan keuarga Jeon juga akhirnya terkuak.

Dengan kabar-kabar itu, orang-orang di kantor mulai memiliki pandangan yang berbeda terhadapmu. Biasanya mereka bisa dengan mudah mengakrabkan diri denganmu, tapi setelah tahu bahwa kau adalah menantu Presdir dan tengah mengandung calon cucunya, mereka seakan-akan memandangmu sebagai orang yang harus dihormati seperti mereka menghormati Presdir.

Bahkan Heeyoung pun memperlakukanmu sama seperti mereka.

Tanpa Heeyoung yang menjahilimu, kau merasa kesepian setiap kali datang ke kantor. Alhasil kau memutuskan untuk berhenti bekerja dengan alasan fokus pada kandunganmu.

Tapi meskipun telah berhenti bekerja, Heeyoung dan yang lainnya tak berubah. Ada tembok besar yang mereka buat untuk mebatasi kedekatanmu dengan mereka.

Kau tak bohong, bahwa kau merasa kehilangan dan sedih.

"Ada apa?"

Kau menoleh ke arah Wonwoo yang menghampirimu di sofa ruang tamunya. Ia baru saja membersihkan diri dan menyelesaikan sarapannya.

"Tidak ada."

"Ya sudah."

Mendengar ketidak-peduliannya, kau kemudian menatapnya kesal. Bersiap memandikannya dengan amarahmu.

Uncontrolled Lust [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang