S1 [4]

90.3K 9.1K 3K
                                    

Setelah memasak makanan untuk Jeno, Jaemin segera menyiapkan makanan tersebut. Ia menaruh makanannya di piring, dengan hiasan yang membuat cantik penampilannya. Jaemin tak lupa juga menaruh sendok dan garpu di samping piring tersebut, dan air minum tak tertinggal juga.

Makanan telah siap, ia tinggal mengantarkan makanan tersebut pada Jeno. Sebenarnya ia malas untuk mengantarkannya, lagipula kenapa Jeno tidak makan di ruang makan saja? Ah sudah lah, itu bukan urusannya.

Tok tok tok tok

Jaemin mengetuk pintu kamar Jeno, namun tak ada jawaban dari dalam sana. Jaemin kembali mengetuk pintu itu, dan hasilnya pun tetap sama. Ia ingin sekali masuk kedalam kamar tersebut dan menaruh makanannya, tapi ia takut kejadian tadi pagi terulang lagi! Ia tak mau dibilang, modus karena tak sengaja melihat perut sixpack milik Jeno.

Tok tok tok tok

"Do you wanna build a snowman?" Jaemin terkekeh geli, entah apa yang lucu.

"Tuan, apakah anda didalam?" Jaemin mengerutkan keningnya, mengapa tidak ada jawaban dari dalam sana?

Jaemin memegang kenop pintu, ia ingin masuk tapi masih ragu. Masuk tidak ya? Batinnya ragu. Jaemin dengan perlahan menggerakkan tangannya, membuka kenop pintu tersebut.

Jaemin tercengang saat melihat Jeno yang sedang tertidur tengkurap sambil memeluk boneka anjing darinya. Jaemin memasuki kamar Jeno, ia meletakkan makanan tersebut di meja samping ranjang. Sial! Jaemin hampir tertawa melihat posisi tidur Jeno yang lucu, seperti anak kecil.

"Tuan, waktunya makan malam." Jaemin mengguncang tubuh Jeno pelan, supaya sang empu bangun.

"Engh.. sebentar lagi." Jaemin menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka jika Jeno itu susah dibangunkan.

"Tuan, ini sudah jam 7 malam kau harus makan."

"..." Jeno tak menjawab, ia malah melanjutkan kembali tidurnya. Jaemin yang geram pun mengambil bantal disebalah Jeno lalu melemparinya kearah Jeno.

"Bangun!" Geram Jaemin, ia seperti tidak memandang siapa orang yang sedang ia bangunkan sekarang.

Jeno bukannya bangun, ia malah menarik tangan Jaemin hingga si manis jatuh tepat di dada bidang miliknya. Jeno memeluk Jaemin erat, bagaikan guling yang empuk.

Jaemin yang kaget pun tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa diam. Jaemin mencoba menyingkirkan tangan Jeno dari pinggangnya, namun Jeno semakin kuat menahannya.

"T-tuan ayo makan dulu, kau belum makan mal-"

"Diam Na Jaemin, biarkan seperti ini dulu," Potong Jeno. Jaemin tak bisa berbuat apa-apa, mau tak mau ia menuruti perkataan Jeno.

Setelah 5 menit dalam posisi yang sama, Jeno akhirnya bangun dari tidurnya dan melihat Jaemin yang berada disampingnya. Jaemin bangun, ia langsung berdiri.

"Makanan anda sudah saya siapkan t-tuan, kalau begitu saya izin pulang," Ujar Jaemin lalu membungkukkan badannya.

Jaemin hendak pergi dari kamar Jeno, namun tangannya ditahan oleh sang tuan. Jeno menunjuk menepuk sampingnya yang kosong, menyuruh Jaemin untuk duduk disana. Jaemin yang mengerti pun langsung menurutinya.

"Suapi." Kata Jeno.

"Hah?" Jaemin bingung, ia benar-benar linglung.

"Kubilang suapi aku."

"A-ah suapi, iya suapi," Jaemin mengambil piring yang berada di atas meja, ia mulai menyuapi Jeno dengan lihai.

Jeno terus menatapi wajah Jaemin, ia sesekali tersenyum kecil; bahkan hampir tak terlihat, saat Jaemin menyuapinya dengan hati-hati. Jeno sangat suka ini!

Sebenarnya ada rasa malas di hati Jaemin, yang benar saja; Jeno sudah besar dan minta di suapi! Jeno kalah dengan Mukidi dan Yuri yang sudah bisa makan sendiri.

"Kau tinggal dimana?" Tanya Jeno membuka topik obrolan.

"Panti asuhan," Jawab Jaemin singkat.

"Orang tua?"

"Tidak ada."

"Kemana?"

"Tidak tau."

Jeno terdiam, ia menatap wajah Jaemin yang mulanya biasa saja menjadi muram. "Maafkan aku, aku sungguh tidak tau,"

"Tidak apa, lagipula aku sudah biasa ditanya seperti itu," Kata Jaemin dengan senyum yang tak luput dari bibirnya.

Jeno terpesona dengan senyuman itu, senyuman yang manis. Namun senyum itu, senyum yang tegar untuk menutupi kesedihannya. Jeno sangat paham, walaupun Jeno memiliki orang tua, tapi ia paham dengan apa yang dirasakan Jaemin.

"Sudah selesai. Kalau begitu, saya pamit pulang tuan," Pamit Jaemin.

"Jaemin?" Jaemin yang sedang membereskan alat makan pun mendongak, "Iya tuan?"

"B-bisakah kau menginap disini?"

***

Mark sekarang berada di salah satu Cafe dekat tokonya, ia sedang menunggu seseorang untuk dijemputnya. Mark melirik jam tangannya, pukul 10 malam dan orang yang ia tunggu belum juga keluar dari sana.

Mark menyipitkan matanya, saat melihat seorang lelaki manis yang baru saja keluar dari Cafe tersebut. Mark menghampirinya, dan menepuk pundak si manis.

"Haechanie?"

Lelaki manis itu, Lee Haechan, menolehkan kepalanya; ia menatap Mark malas. "Kenapa?"

"Ayo pulang bersamaku?" Ajak Mark pada Haechan.

Haechan menggeleng pelan, "Tidak terima kasih, aku pulang dengan Lucas hyung hari ini." Haechan hendak pergi, namun tangannya ditahan oleh Mark. "Apa lagi Hyung?"

"Kau kenapa?" Tanya Mark yang tidak mengerti dengan perubahan sikap Haechan.

"Pikir saja sendiri." Ujarnya cuek tanpa melihat wajah Mark.

Mark dan Haechan, baru saja menjalin hubungan kekasih. Masih satu bulan, belum terlalu lama. Pertemuan mereka berawal dari Cafe tempat Haechan bekerja. Haechan tak sengaja menabrak Mark yang sedang berjalan kearah kasir, dan dari situlah mereka mulai dekat.

"Baiklah maafkan aku jika aku ada salah dengan mu, Haechan. Bagaimana jika nanti kita belanja saja? Kau bebas memilih apa yang kau inginkan, kalau perlu kuras habis uangku tidak apa," Kata Mark membuat senyum Haechan kembali terlihat.

Haechan menoleh ke Mark, "Beneran Hyung?" Mark mengangguk sebagai jawaban.

Haechan sangat senang jika dibujuk seperti ini, ia bebas memilih apa saja yang ia inginkan. Ia bukan matre, uke juga butuh perawatan kan untuk tampil menarik didepan semenya? Bukan hanya perempuan saja!

Ya walaupun menghabiskan uangnya Mark itu mustahil; karena uang Mark tidak akan habis. Haechan sangat senang, karena Mark adalah lelaki yang begitu mengerti apa yang kekasihnya inginkan.

"Tapi malam ini 30 ronde ya?" Ujar Mark membuat mata Haechan membelak.

Plak!

"Makan tuh 30 ronde!" Setelah memukul Mark dengan tas Gucci nya, Haechan langsung meninggalkan Mark yang mengaduh kesakitan.

Sementara itu disalah satu kamar mansion milik Jeno, terdengar suara gaduh yang begitu membuat imajinasi melayang.

"Kau saja yang di atas, aku yang dibawah."

"Tidak tuan, tuan saja yang diatas biar saya yang dibawah,"

"Kenapa mau dibawah?"

"Karena nyaman tuan, makannya saya pilih dibawah,"

"Yasudah."

"Pelan-pelan tuan ah..."

"Kau kenapa?"

"Tidak tuan, silahkan dilanjut,"

Mr. J | NoMinWhere stories live. Discover now