Ten: Chocolate

58 19 4
                                    



14 Februari,  Hari Valentine.

Dua buah coklat batang Minghao dapatkan secara terpisah, satunya ia dapatkan di dalam laci meja disertai sebuah stinky notes dan satunya ia dapatkan dari Dokyeom, Dokyeom bilang banyak mendapatkan coklat dari orang-orang yang ia bilang penggemarnya–kebanyakan kelas 10–tetapi ia tak bisa makan coklat terlalu banyak jadinya Dokyeom membagi-bagikan coklat itu kepada teman-temannya.

Minghao terima saja, kebetulan moodnya sedang tidak bagus, mungkin saja coklat bisa membuat suasana hatinya lebih bagus nanti.

Minghao mengambil coklat yang ukurannya agak lebih besar, dari seorang penggemar rahasia yang lumayan membuatnya penasaran, kata-kata yang ditulisnya membuat Minghao bertanya-tanya, siapa? Siapa penggemar rahasianya ini? Mengapa bisa tertarik padanya?

Mengenyahkan pikirannya yang semakin kalut dengan bayang-bayang siapa orang ini, Minghao memilih langsung merobek bungkusnya dan memasukkan satu potongan besar ke dalam mulut, kebetulan juga ia sedang lapar.

"Oh, Hao kau disini."

Minghao menoleh begitu mendengar suara Hoshi mendekat, pria itu menarik kursi dan duduk tepat di hadapan Minghao.

"Kau mau?" Tawar Minghao sambil menyodorkan coklat yang tersisa separuh.

Hoshi menggeleng sambil memegang pipi, "aku bisa sakit gigi jika makan coklat."

Mengangguk paham Minghao kembali meletakkan coklat yang tersisa ke atas meja.

"Kenapa kau sendirian disini?"

Hao menatap sekeliling, ia baru sadar jika tak ada orang lain selain mereka berdua.

"Mingyu sedang memotret di luar, Dokyeom menjadi modelnya, kau tidak ikut mereka?"

Minghao mengangkat sebelah alisnya lalu menggeleng, mengapa Hoshi tiba-tiba seperti ini? Apa ia disuruh oleh salah satu dari dua orang itu?

"Kenapa?"

Minghao menggeleng lagi, "tidak apa-apa, kenapa kau mendadak seperti ini?"

"Mendadak apanya?" Tanya Hoshi lagi.

Minghao terkekeh, "kau sepertinya dibayar oleh mereka."

"Apa?"

"Bukan apa-apa," jawab Minghao yang salah tingkah, bagaimana mungkin ia bisa kelepasan seperti itu.

Hoshi yang kebingungan ikut mengangguk saja, "mereka tadi mencarimu, sepertinya mereka belum tahu jika aku disini."

"Jangan diberi tahu."

"Kenapa?"

Minghao mengangkat kepalanya, "aku sedang ingin sendiri saja."

Hoshi mengalihkan pandangan ke arah meja, matanya tak sengaja menemukan secarik kertas kecil.

"Apa itu?" Tanya Hoshi.

Minghao menggeser tangannya begitu Hoshi menunjuk kertas kecil biru muda itu dengan bibirnya, saat terlihat jelas Hoshi langsung mengambilnya.

"Kau punya penggemar rahasia?" Tanya Hoshi dengan nada girang, Hoshi menarik tubuhnya ke belakang sambil bertepuk tangan, "oh aku paham, kau pasti sedang memikirkan tentang orang yang mengirimkan ini, benarkan?"

"Ya," jawab Minghao cepat, "mungkin bisa dibilang begitu."

Hoshi tersenyum menang setelah mendengar ucapan Minghao, dia sampai berdiri, apa yang aneh? Ini hanya pesan biasa.

Hoshi kembali duduk sesudah melakukan serangkaian selebrasi yang entah apa motifnya, tenaganya terkuras banyak.

"Kenapa kau begitu?" Tanya Minghao, Hoshi terengah-engah di tempat duduknya.

Hoshi tersenyum lagi, tak lama tertawa kuat-kuat. Minghao mengulum senyum, apakah dia harus memanggil Seungkwan untuk mengatasi Hoshi? Hoshi agak gila sepertinya.

"Jika ada seseorang yang mengirim pesan rahasia padamu itu artinya dia suka padamu."

Minghao menaikkan sebelah alis bingung, ia tertawa kemudian, aneh-aneh saja pikirnya.

"Lalu?" Tanya Minghao pelan.

Hoshi berdiri lagi, menepuk bahu Minghao.

"Apa?" Tanya Minghao yang agak tak paham dengan maksud Hoshi.

"Aku akan dapat traktiran hehehe."

"Pftt..." Minghao terjatuh dari kursi sambil memegangi perut, ia tertawa lepas, ia tak menyangka Hoshi akan berpikir sejauh itu.

Tiga menit terbaring dengan air mata tawa yang mengalir, Minghao kembali bangkit, tangannya bertumpu pada permukaan meja, ia melihat Hoshi yang juga terkekeh.

"Itu..." Minghao bergumam, ia masih sulit bicara karena tawa yang belum reda," ... itu pasti tidak mungkin. Hahaha."

"Kau tidak mungkin mentraktirku?" Tanya Hoshi bingung.

Minghao menggeleng, "itu mungkin saja, tapi yang seseorang suka padaku karena mengirimkan ini, itu tampaknya tidak mungkin."

Minghao menatap kertas kecil yang masih tergeletak di atas mejanya, sebetulnya orang yang mengirimkan ini suka padanya itu bisa jadi mungkin. Minghao tersenyum tipis kemudian menggeleng, sebaiknya ia tidak terlalu cepat membuka hati untuk orang lain dulu.

 ✔ [1]30 Day's in February[Xu Minghao]Where stories live. Discover now