Lagak Iky, sekali lagi seperti seorang guru. Dan kali ini diibaratkan seperti seorang guru yang mendapatkan pertanyaan dari muridnya.

"Kalo misalnya ada orang yang punya masalahnya sama uang, kita bantu juga kah?"

Erlang langsung mendongak dan melotot, ia sama sekali tidak pernah memikirkan ini karena jarang ada siswa yang meminta bantuan ke PEHASIS alias dalam setahun ini mereka itu nganggur. Akan tetapi setelah melihat ini bisa saja berikutnya ada dan untuk mencegah kerugian di masa datang, karena bukan hal yang tidak mungkin Iky yang kurang dikit itu akan menggunakannya seperti yang sudah-sudah.

Erlang pun langsung menggebrak meja dengan tidak sabar membuat seluruh atensi anggota PEHASIS ke arahnya.

"Gue gak mau kalo misalnya gue yang bakal kena babak belur!"

"Loh kan kita gak tawuran Lang?"

Genta bertanya bingung , diangguki Saga sementara Lingga hanya diam dan menyimak.

Sementara Iky tertawa geli, karena dia tau maksud Erlang.

"Pokoknya kalo gue yang kena, gue mau resign!!"

Ancam Erlang menghiraukan pertanyaan Genta.

Saga mengangkat alisnya heran, padahal dia baru saja masuk tapi sudah ada anggota yang ingin mengundurkan diri. Sebenarnya seberapa parah klub yang dimasukinya ini?. Pikirnya.

"Hahaha, tenang aja Tan. Kali ini Lo aman, berhubungan masalah yang begituan melibatkan uang. Gue pikir solusi terbaik adalah minta bantuan ke pihak sekolah ataupun jeleknya kita ke osis dulu minta dikordinasikan itupun sekedar masalah genting dan bukan sereceh, Lo beli skincare tapi hasil duit uang SPP yang gak dibayar terus minta bantuan kita' itu di luar bagian kita"

Jelas Iky seraya mengangkat kedua tangannya memeragakan, Erlang kali ini manggut-manggut setuju sekaligus senang mendengarnya.

Tapi tak berlangsung lama karena begitu,

"Eh tapi untuk kali ini Lo traktir kita ya sebagai peraayaan masuknya Lingga sama Saga" Iky melanjutkan dengan senyum manisnya.

"O-ASU"

Erlang kemudian mengumpat.

*****

Seorang pria dewasa dengan penampilan berantakan sedang bersandar pada tembok bangunan kosong ,langsung saja seketika berjalan maju kemudian ia tersenyum senang, begitu orang yang ditunggu akhirnya datang dan menghampiri.

"Gue pikir cuman omong doang"

Candanya , yang langsung mendapatkan tatapan tak senang dari orang yang ditunggunya dari tadi.

"Gak usah banyak bacot, mana barangnya"

Pinta orang itu dengan tidak sabar.

"Duit dulu, baru barang "

Yang langsung ditolak mentah-mentah oleh orang dewasa itu, sambil menyatukan ibu jari dan dua jari setelahnya, memeragakan pose-pose orang-orang menyebalkan yang isi otaknya hanya uang.

Orang itu berdecak, lalu dengan cepat ia mengeluarkan dompetnya.

Yang dimana ,isi dari dompet itu langsung membuat seseorang yang punya barang tertawa terbahak-bahak.

"Serius?"

Ucapnya begitu melihat uang lembaran dua ribuan yang mendominasi.

"Yang penting gak kurang "

Ucap orang itu seraya menyerahkan uangnya.

"Sebegitunya Lo butuh? , baru pertama kali gue lihat orang beli ginian pake duit dua rebuan, lecek lagi. Lo Abis ngamen dimana sih?"Tanya orang dewasa tadi,sambil menghitung jumlah uang mencoba memastikan sekali lagi.

"Menurut Lo ,gue lagi ngeprank? Gak usah komplen yang penting gue bayar pake duit bukan daun "

Orang dewasa itu menyemburkan tawanya geli mendengar jawaban kesal dari orang didepannya itu, tidak ingin membuat tambah kesal pembelinya . Dia pun langsung saja mengeluarkan barang yang di bungkus kertas coklat, yang mana kemudian direbut orang didepannya.

"Lo gak bakal Make ni barang. Di sekolah kan?" Tanyanya sambil matanya menelisir tampilan orang didepannya itu, dan atensinya terjatuh pada name tag di seragam putih .

"Menurut Lo?"

*****

"Gue gak ngerti lagi sama kelakuan si Iky"

Bara yang sedang memakan siomay dengan lahap, efek habis kerja rodi, menjadi ketua OSIS ternyata begitu menguras tenaganya. Bara pun menengok ke arah Zevan.

"Kenapa lagi tuh bocah?"

Tanyanya sambil memasukkan tahu berisi siomay ke dalam mulutnya.

Zevan melirik sekilas lalu menunjukkan dengan dagu.

"Masa, bawa papan tulis ke Kantin mana tuh anak kayaknya lagi ngadain rapat!" Ucap Zevan sambil menggelengkan kepala, ia tak habis pikir dengan teman sekelasnya itu.

Bara ikut melihat ke arah yang ditunjuk, langsung tersedak mendapati Lingga salah satu yang berada di meja Iky.

"Anjing, adek gue salah gaul!" Reflek Bara, begitu telah meminum air yang disodorkan Zevan, Zevan yang mendengar reflek itu memicingkan matanya mencari-cari keberadaan Tara.

"Gak ada adik Lo tuh ,Bar"

Bara merutuki keceplosan nya. Lantas buru-buru Bara meralat ucapannya.

"Adek kelas Van maksud gue"

"Gue tau dan Lo juga tau Genta adik kelas, tapi sejak kapan Lo tau dua orang itu adek kelas ? "

Tanya Zevan membuat Bara gugup sebentar ,tapi sebelum akhirnya ia kembali berpura-pura.

"Apaan sih Lo Van, ya tau lah orang gue nganterin tuh bocah ke ruang guru"

Jelas Bara sambil terlihat berusaha semenyakinkan mungkin.

Yang kemudian dibalas Zevan dengan ber-oh singkat lalu pemuda itu kembali memakan mie ayamnya dengan santai.

Padahal tak tau saja jika Bara itu sudah panik setengah mati saat ditanyai seperti tadi.

Tapi kemudian Bara yang melihat Zevan kembali menyibukkan diri dengan mie ayamnya menghela nafas lega, dan dia diam-diam melanjutkan memperhatikan Lingga, yang berada tak jauh di depannya.

*****

Tara langsung mengulas senyum lebar begitu melihat Pele datang membawa barangnya.

"Gila udah deg-degan ajah gue, takut bakal ketawan sama guru,terus bisa abis gue kena omel sama si Bara belum lagi dicoret dari KK sama bokap karena ketawan buat malu" ujar Tara saat hendak menghampiri Pele dan mengambil barangnya.

Pele yang mendengar ketakutan Tara malah mendengus tak suka.

"Lo meragukan gue?"

Tara yang mendengarnya terkekeh, lalu dia mengambil rokok.

"Mana ada"

Ujarnya dengan seringai penuh arti, lalu dia menyalakan rokoknya dan mulai menghisapnya.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now