•Prolog•

77 17 6
                                    

Jakarta, 16 Juni 2016

"Gabby mau kemana?" Kenan kecil tidak bisa menahan diri untuk tidak melontar pertanyaan ketika melihat Gabby yang memasukkan barang-barangnya kedalam koper kecil milik gadis itu sendiri.

Saat ini Kenan tengah berada di rumah milik Gabby yang letaknya tepat di depan rumahnya. Kenan tidak sendirian melainkan ditemani Zeline. Tadi Kenan memang berada dirumah, tetapi tiba-tiba saja dia ingin bermain bersama Gabby seperti biasanya.

Mau tidak mau Zeline menuruti permintaan anak lelaki semata wayangnya. Jika tidak maka Kenan akan merengek terus menerus. Kenan sama Gabby memang susah jika harus dipisahkan—pasalnya keduanya sudah mulai nyaman satu sama lain.

Gabby kecil kontan menghentikan aksinya kala mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Kenan. Dia menoleh sebelum beringsut untuk beranjak dari duduknya dan menghampiri Kenan yang masih menatapnya.

Gabby kecil tersenyum lebar, dia mengusap-usap rambut Kenan dengan lembut. "Gabby mau pergi jauh, Kenan,"

Ekspresi Kenan yang semula tampak bahagia seketika langsung murung seketika mendengar jawaban dari Gabby barusan. "Kenan ikut ya?"

"Kenan nggak boleh ikut, Kenan kan masih punya mami," Zeline langsung membuka suaranya ketika melewati kamar Gabby dan mendengar percakapan anak kecil yang baru berumur sepuluh tahun. Sebelum akhirnya kembali menghampiri Vero untuk melanjutkan berbincang-bincang dengannya.

Kenan terdiam.

Sementara Gabby beringsut untuk beranjak dari duduknya dan menghampiri Kenan yang masih diam mematung tanpa melepaskan pandangannya dari Gabby sekalipun.

Berikutnya Gabby menggenggam tangan Kenan dengan erat—berusaha untuk menguatkan. Gabby sebenarnya juga tidak ingin jika harus berpisah dengan Kenan. Dia tidak tega meninggalkan Kenan. Namun dia bisa apa?

Vero—papinya satu tahun yang lalu memang sudah merencanakan Gabby untuk bersekolah di Amerika, dia memang sudah membicarakan hal ini kepada Gabby sebelumnya. Tentu hal tersebut tidak bisa diganggu gugat, terlebih Vero sudah mendaftarkan Gabby ke sekolah barunya.

"Gabby mau pindah sekolah, Kenan," lirih Gabby seraya menunduk, matanya memang sudah berkaca-kaca.

"Terus Gabby ninggalin Kenan dong?" Kenan bertanya dengan raut muka yang terlihat khawatir. Dia khawatir jika suatu saat dirinya tidak bertemu lagi dengan Gabby. Tentunya dia tidak ingin jika hal tersebut terjadi.

Kontan Gabby langsung mendongak dan menggeleng keukeuh. Dia cemberut, merasa tidak suka dengan perkataan Kenan barusan. Jelas, karena Gabby sudah menganggap Kenan sahabat kecilnya.

Apa yang dikatakan Kenan barusan memang ada benarnya—dia memang akan meninggalkan Kenan dalam jangka waktu yang lumayan lama, namun dia akan kembali lagi.

"Enggak, Gabby nggak akan pernah ninggalin Kenan. Nanti kalo Kenan dan Gabby udah gede pasti balik ke sini lagi," jelas Gabby lembut.

"Gabby bakal bujuk papi biar kalo udah gede, Gabby bisa sekelas lagi sama Kenan," lanjutnya.

Gabby akan berusaha semaksimal mungkin membujuk Vero agar saat dia SMA bisa kembali pulang ke Jakarta. Dia ingin sekolah kembali bersama Kenan.

Kenan manatap Gabby dengan sayu. Walau Gabby sudah berusaha untuk menenangkannya—Kenan bahkan belum bisa tenang. Tentu saja dia masih gelisah, hal yang dia takuti kini adalah sahabat kecilnya tidak akan pernah kembali.

"Tapi Gabby janji balik lagi ke sini ya? Kalo nggak balik awas aja, Kenan bakal marah sama Gabby selamanya,"

Mendengar celotehan Kenan barusan berhasil membuat Gabby mengerucutkan bibirnya lucu. "Iya Kenan, Gabby janji pasti bakal balik lagi kok,"

"Tapi Kenan juga harus janji sama Gabby, kalo Kenan udah gede harus masih tetap sendiri, Kenan kan cuman punya Gabby," lanjut Gabby seraya mengulurkan jari kelingkingnya.

Kenan menatap jari kelingking Gabby dengan mata yang berbinar—dia sangat setuju dengan perkataan Gabby barusan. Dia mengangguk semangat. "Iya Gabby, Kenan janji,"

"Gabby juga punya Kenan, pokoknya Gabby nggak boleh deket-deket cowok lain," keduanya lantas tersenyum lebar.

Mau tidak mau Kenan harus melepas kepergian Gabby untuk melanjutkan sekolahnya ke luar negeri. Egois namanya jika dirinya harus memaksa Gabby supaya tetap tinggal disini bersamanya.

Keduanya memang sudah lama berteman semenjak berumur tujuh tahun. Kala masih berumur empat tahun keduanya memang sempat bertemu namun keduanya belum menyadarinya jika waktu kecil memang pernah bertemu.

Sudah tiga tahun lamanya keduanya bersama. Menghabiskan waktu bermain dengan gembira—karena perkataan Gabby barusan berhasil membuat Kenan mengubah ekspresinya menjadi sedih.

Sangat sulit rasanya jika harus melepas kepergian Gabby begitu saja. Walau Gabby sudah bilang kepada jika keduanya sudah besar—Gabby akan kembali namun tetap saja melepasnya terasa sangat sulit.

*

TBC!

Live TogetherWhere stories live. Discover now