0.2

2.5K 459 46
                                    

Ella baru pertama kali melihat ada seseorang searogan ini. Terlihat dia tidak akan mengalah dan tak akan mau mendengarkan penjelasan Ella, di mata pria itu———Ella yang bersalah karena menabrak kekasihnya; mungkin.

Wajah pria itu ikut mengerut, dia marah, berani sekali kutu kecil ini melawannya. Namun sebelum berbicara, matanya malah turun untuk melihat badge nama perempuan itu, "Ranella Nemesis Kalingga," gumamnya pelan.

Mendengar gumaman pria itu seketika Ella menutup badge namanya walau percuma sih, namanya sudah di baca.

"Kalingga, tch ...," Mendengar decihan di akhir kalimat pria itu, membuat Ella ingin mengamuk, bisa-bisanya dia mendecih nama keluarganya. Haruskah Ella melaporkan pada Raven?

"Cah, cih, cah, cih, gue tampol lo!" Ella kembali berujar.

Pria yang mendengar ujaran Ella hanya bisa menghela nafas, dia tidak bisa melawan Ella, nama keluarga gadis pendek itu menganggunya, memilih mengalah walau rasanya sangat tidak adil, dia membantu gadis yang masih terjatuh untuk berdiri. Menatapnya sejenak, "Gak apa?" Dia bertanya.

"Anak bangsat," gumam Ella, kemudian Ella melanjutkan langkahnya, dia sudah tak peduli, masa bodoh. Tenaganya hampir habis karena pria tak jelas, berjalan ringan, hingga Ella teringat nama pemuda tadi.

"Cleo Alaric ... Byantara?" Gumam Ella singkat, otaknya bekerja sejenak hingga dia teringat alur sebenarnya dari novel online yang dia baca. Bukannya itu ... nama pemeran utama laki-laki?

Ahh, kesialan.

Ella mencari ribut dengan pria problematik itu? Yang benar saja!

Menyumpahi dirinya sendiri, Ella akhirnya berlari menuju kelasnya, masih terus mengumpat dalam hati, mengapa dia sangat amat bodoh. Padahal penjelasan di novel cukup menjelaskan bahwa Cleo adalah pria tampan dengan kulit sedikit kecoklatan serta wajah tegas yang selalu berhasil menarik minat wanita segala usia.

Akibat selalu melihat wajah tampan Raven, Papanya. Ella jadi tak tertarik dengan wajah Cleo, Raven pria paling tampan di hidup Ella untuk saat ini.

Memasuki ruang kelasnya, tentu saja Ella mengambil bangku bagian tengah, tak sudi dia mengambil tempat di depan, mau jadi apa dia nanti, di belakang juga rasanya tidak asik pasalnya mayoritas sudah para pria isi. Memang pilihan terbaik adalah bagian tengah, terutama dekat jendela.

Membuka ponselnya, Ella mengambil foto dirinya untuk dia kirim pada grub keluarga mereka. Belum ada beberapa saat, pesan beruntun dari Raven menarik perhatian Ella, Papanya itu sangat lebay, dia mengatakan untuk jangan terlalu cantik, jangan senyum sembarangan, apa sih Raven ini. Ella tertawa saja.

Membalas pesan Raven dengan berbagai macam tolakan, dia akan menjahili Papanya, Mamanya juga ikut menyemangati Ella, beberapa kali mengatakan akan mendandani Ella agar tampil lebih cantik. Akibat ulah mereka berdua, Raven berakhir marah-marah tak jelas, dan dia mengirim stiker pertanda marah. Lucu sekali.

Pantas saja dulu saat kecil, Ella sering melihat Elea menganggu Raven hingga Papanya menghampiri dirinya dan mengadu pada Ella kecil.

Keluarganya memang aneh namun anehnya Ella sangat menyukai posisinya saat ini. Dia tidak perlu lari dari kenyataan lagi, Ella juga tidak perlu berusaha keras agar di akui, mencari uang bukanlah saatnya bagi Ella sebab Raven dan Elea selalu membanjiri dirinya menggunakan benda-benda mahal dan kasih sayang padanya.

Bel berbunyi, menandakan akan segera di mulainya hari pertama Ella menjadi siswi di sekolahnya. Ella resmi menjabat sebagai siswi sekolah menengah atas.

Nemesis

Jam istirahat akhirnya berdenting, sedari awal jam tadi mereka hanya berkenalan ringan saja, nanti barulah mereka semua akan mendapat buku setiap mata pelajaran.

Nemesis [Hiatus]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora