00.02

35 6 3
                                    






—————BLISS—————






"Naik! Jangan banyak protes."

Lelaki itu menatap Sasa dengan pandangan malas, Sasa masih terlonjak kaget tidak percaya dengan siapa yang didepannya ini.

"H-hah?" Sasa menganga, ia mencubit pipinya untuk memastikan bahwa ini bukan lah mimpi.

"Naik atau gue tinggal?" Dejun kehilangan kesabaran, kakinya sampai kesemutan menunggu Sasa menaiki jok motor belakangnya yang kebetulan kosong, biasanya diisi oleh Lucas, namun bocah itu pulang duluan.

"Tapi hujan." Cicit Sasa, ia hanya takut terjadi apa apa jika memaksakan diri menembus hujan.

Dejun mendecih, "gerimis doang, cepet naik. Kaki gua pegel ini!"

Sasa mengangguk kecil lalu segera menaiki motor besar milik Dejun. Dengan canggung ia meletakkan kakinya kepenyangga yang tersedia dimotor. Kini dirinya sudah terduduk pas dimotor Dejun. Senja yang berwarna kuning keorenan saat itu menjadi saksi, seorang Dejun mengantar perempuan.

Sebenarnya Dejun baru saja pulang eskul sama seperti Sasa. Namun pembinanya menahannya terlebih dahulu, membuat Dejun kehilangan waktu 30 menitnya yang berharga. Saat baru keluar dari gerbang ia melihat sosok familiar yang ia temui tadi pagi. Dengan belas kasihan ia menawari tumpangan, anggap saja sebagai ucapan minta maaf.

"Sepatu lo kemana?" Tanya Dejun, sedari tadi ia memperhatikan kaki mulus Sasa yang tak beralaskan apapun.

"Ngg- nganu, ilang." Jawab Sasa jujur, ia sangat gugup berbicara dengan Dejun.

Dejun hanya berdeham pelan dan fokus menatap jalanan sambil menyetir. Membelah keramaian di sela hujan bersama Sasa bukan hal yang buruk. Dejun kadang menaikkan kecepatan secara tiba tiba membuat Sasa spontan memeluk Dejun.

"Pelan pelan Jun!" Tukasnya, ia berfikir bahwa Dejun sengaja melakukan itu agar Sasa memeluknya.

"Iya iya, nama lu Sasa kan?" Dejun bertanya namun raut wajahnya masih datar.

"Hmmm." Seperti intro lagu nisa sabyan, Sasa hanya menjawab begitu. Kedua alis tebal milik Dejun berkerut bingung, sebab ada perempatan dan dia tidak tahu harus ke arah mana. Sasa yang peka pun langsung menunjuk ke arah kiri.

Perjalanan yang tidak terlalu lama, karena jarak rumah Sasa dari sekolah terhitung dekat. Tidak ada yang membuka percakapan sampai rumah Sasa terpampang jelas. Dejun menghentikan motornya saat Sasa menepuk bahunya layaknya tukang ojek. Setelah Sasa turun, Dejun hanya tersenyum sekilas.

"Makasih lagi ya jun!"

"Iya, gue pergi dulu!" Pamitnya, lalu melajukan motornya pelan.

Setelah kepergian Dejun dengan motor beat hitamnya tersebut. Sasa langsung membuka pagar berwana biru navy dan menghambur ke pintu. Tanpa salam ia membuka pintu rumah yang bernuansa warna biru itu.

Melihat mamanya yang sedang duduk santai sambil membaca majalah mingguan. Ia langsung menghampiri mamanya dan mendusel manja di lengannya. Tak menghiraukan bahwa dia sedang setengah kuyup.

"Dek, mandi dulu sana. Nanti sakit!" Mama menyadari bahwa baju Sasa basah.

"Maaa, ganti baju aja yaaa?" Rengek Sasa seperti anak kucing minta makan. Mama hanya menggeleng, seolah tidak heran lagi dengan kelakuan anaknya, "yaudah sana!"

BLISS | Lee HaechanWhere stories live. Discover now