Kedatangan seseorang

173 59 19
                                    

    Saat mereka sibuk bercanda gurau, seorang yang entah itu pria mengintai diatas pohon rambutan yang tinggi. Terlihat dari atas ia berbaju abu-abu dengan tubuh kecil yang sedikit mirip Nilam, perbedaan Nilam dengan seseorang yang mengintai ini adalah ia tak bisa keluar sama sekali di saat sang fajar masih menyingsing. Ia hanya bisa menyaksikan saat Nilam ditangkap

        "Ahhh, sungguh melelahkan jika berlalu seperti ini terus menerus" kata orang itu yang ternyata merupakan seorang gadis muda, dengan rambut hitamnya yang lebat. Berkilau dibawah rembulan malam dengan angin yang bertiup, membawa semua yang diluar masuk

     Dilain tempat, Nilam dan neneknya yang masih memperhatikan figura itu bersama neneknya, langsung bangkit berdiri dengan badan tegap

        "Ada apa cu? apakah ada yang tidak beres?" kata neneknya yang memperhatikan Nilam berdiam selama beberapa detik tanpa berkedip dan bergerak sedikitpun

        "Ti-tidak apa-apa kok nek, cuma keinget sesuatu aja. ee...sama aku juga laper nek, belum makan dari tadi siang" kata Nilam sambil menunjukkan perutku yang sudah keroncongan dan demo sejak 5 menit yang lalu

        "Yasudah ayo cu, kita makan dulu...biar kamu gak keroncongan nanti" kata neneknya sembari berjalan dengan pelan-pelan, takut pinggang belakangnya encok karena terlalu banyak bergerak bebas kesana kemari

        "Aduh nek, kalau gabisa Nilam aja deh nek... takut nanti encok nenek kumat lagi," kata Nilam sembari mendudukkannya disebuah bangku kecil yang terbuat dari kayu mahoni. Entah kapan nenek membeli itu, padahal nenek tidak membelinya saat aku pergi maupun pulang

       "Aduh Nilam, memang kamu bisa masak? kamu saja masih umur 5 Tahun" kata nenekku sambil mencoba menegakkan tubuhnya yang tadi kubaringkan diatas kursi

       "Ya kan masih bisa dibantu nenek sambil dikasih tau cara masaknya" Kata Nilam sambil berjalan ke araha dapur untuk memasak bahan-bahan sambil meneriakkan bagaimana cara mengolah semua itu

    Neneknya hanya bisa menggelengkan kepala sembari mengangkat tubuhnya. Ia akan melakukan apa yang Nilam inginkan, yaitu membantunya lewat suara yang akan ia sampaikan secara diam-diam dan menunjuk bahan apapun yang memang dibutuhkan. Nenek Nilam sendiri memiliki ingatan fotografis yang kuat, sehingga ia bisa mengatakan bahan mana yang akan dimasakkan

      "Oke Nilam, sekarang kita akan buat sup saja...itu lebih mudah dan praktis, walaupun kita harus melakukan perebusan supaya kaldunya keluar. Tetapi itu tidak apa." kata nenek sambil menyebutkan tempat-tempat yang akan nilam naiki dan raih dari bawah meja dapur

      "Yang ini ya nek?"

      "Iya, kamu juga ambil yang ada disana....baru dibawah situ. Lalu kamu ambil beberapa panci yang jangan terlalu besar karena nenek tau kamu tidak akan terlalu kuat" kata nenekku sembari menyipitkan matanya, setidaknya supaya nanti ia tak salah mengatakan sesuatu

      "Oh jangan yang kecil ya nek...ok" kataku sambil mengambil panci yang cukup lebih bhesar dari tubuhku. Walaupun besar, setidaknya aku kuat saat mengangkat panci yang besar. entah kekuatan yang kudapat darimana ini

      "C-cuuu, jangan besar besar banget...nanti---"

          KLONTANGGGGGGG

    Walaupun aku kuat untuk mengangkatnya, aku tak mampu membawanya dengan salah satu tangan dan harus kubawa dengan seluruh tubuhku dan membuatku tak bisa melihat sama sekali ke depan. Alhasil saat aku berjalan, aku tersandung oleh salah satu bahan makanan yang tadi kutaruh di lantai

       "Ahhhh... tadi kan nenek bilang, kamu ambilnya jangan yang terlalu besar. Sini nenek bantu" kata nenek Nilam sambil mencoba bangun dari kasur

       "Ga-gausah nek, a-aku aja sendiri...nanti nenek terlalu lelah" kataku sambil mencoba bangkit dan mencegah nenek membantuku yang sedikit terluka

       "Nilam...lihat ini, kamu luka kan. Sini dulu nenek obatin" kata nenek Nilam sambil mencoba menariknya untuk diobati

       "Gausah nek...gausah, ini cuma luka ringan"
      "Tidak selalu ini luka ringan, kalau nanti infeksi bahaya loh"
     "Ya-yaudah deh, aku ngalah" kataku mengalah dan mendekat kearah nenekku

  Nenek kemudian mengobatiku menggunakan beberapa antiseptik yang ia miliki. dan setelah beberapa lama aku kembali lagi ke dapur

     "Tenang nek, aku udah sembuh kok" kataku sambil memegang tangannya yang keriput itu

     "Kamu yang benar ya masaknya" 

     "Iya nek" jawabku singkat sembari berbalik badan untuk memasak sup yang aku inginkan

          'TOK...TOK...TOK'

     "Iya, siapa?"

Tiada yang tahu ternyata ketukan itu yang tak akan pernah kulupakan lagi


   -----------------------------------------------------------BERSAMBUNG-------------------------------------------

NilamWhere stories live. Discover now