Hampir ditangkap

255 75 31
                                    

Setelah pemikiran dan dugaan sang polisi yang sama sekali tak rasional itu, ia langsung meminta para polisi untuk membantunya mencari bukti yang pada dasarnya tidak ada. Tetapi karena para polisi itu sudah mengenal pak polisi yang menginterogasi tadi, mereka bersedia membantu dengan ikhlas

"To, kamu sungguhan kan mengeinterogasi anak tadi dan bukan angan-angan kamu?" tanya salah satu polisi wanita yan membantunya mencari dengan mengorek-ngorek seluruh dokumen tadi dan menelitinya dengan segala rekaman maupun bukti

"Iya aku interogasi, kan kamu tadi juga lihat kan? masa aku bohong" kata Terto sambil melanjutkan pencarian data-datanya bersama Farida

Setelah beberapa lama mencari dengan peluh keringat dan air mata yang bercucuran, mereka menemukan suatu kejadian yang aneh saat kecelakaa maut yang mereggut nyawa itu terjadi. Saat akan terjadi, terlihat mobilnya melambat dan tiba-tiba melaju dan berguling-guling diantara aspal dijalanan

"EH tunggu-tunggu, emang mungkin ya anak kecil ngebunuh ayahnya sendiri?" tanya polisi perempuan itu sambil wajahnya menampilkan raut wajah bingung

"Ya mungkin-mungkin sajalah, kan bisa saja kecil-kecil cabe rawit... dan penampilan bisa saja menipu umur" Kata polisi yang meminta bantuan tadi dengan nada yang bingung sekaligus tak tahu harus berkata apa lagi, padahal dialah yang menggagas tentang hal ini

"oke, sudah ada bukti seperti rekaman dan apa lagi bukti yang kita butuhkan? " Tanya polisi itu seraya berbalik badan kearah si polisi lelaki itu

"Hasil interogasi seperti bisa juga" Katanya sambil menyodorkan bukti hasil wawancara yang menggambarkan tentang keterangan dan raut wajah dari Nilam yang berubah-ubah saat diwawancara

"kau gila ya? Ini tidka mungkin bisa jadi bukti yang kuat" Kata polwan itu menyelidik

"Ahh... Aku tak tahu lagi harus berbuat apa. Aku hanya memikirkan dialah yang melakukan dengan segala kepolosan dalam wajah dan raut yang seperti psikopat itu" sekarang polisi itu menghela nafas panjang sambil menggerutu dalam hati

"Yasudahlah, jika belum ada bukti yang kuat... Lebih baik kita menyelidiki dan menanyakan hasil autopsi terlebih dahulu"

"Maksudmu?"

"Jika kita melihat dahulu jenazahnya, mungkin kita bisa menemukan bukti-bukti kuat" Katanya sambil berjalan keluar dari ruangan penuh data itu

Dilain tempat, Nilam yang sudah keluar langsung disambut oleh neneknya yang sepertinya sudah sampai sesaat sebelum ia diinterogasi

"Aduhhh, cucuku gimana kabarnya? Sehat kah cu? " Tanya nenek itu penasaran

"Sehat dong nek... Kalau nenek? " Jawabku sembari menatap sang surya yang sudah mulai turun kebawah untuk menuju sang cakrawala bertabur bintang

"Baik dong cu,yasudah ayo ikut nenek ke rumah... biar kita makan" Kata nenek itu sambil menggenggam erat tangan cucunya

Aku dan nenek kemudian singgah disebuah toko daging yang terlihat cukup segar

"tunggu sebentar ya cu... Nenek mau beliin kamu beberapa lembar daging supaya bisa kamu makan nanti"

"Ok nek" Kata Nilam sambil berjalan mengitari hamparan daging yang berbaris rapih dihadapannya diantara balok es yang dihancurkan

"Ahhh, laper... Coba ada dia disini, pasti aku gak sedih lagi"

"NGIUNG...NGIUNG" sekarang terdengar bunyi sirene polisi yang sangat nyaring, seluruh masyarakat dalam toko itu langsung merangsek maju dan mendapati Nilam sedang berdiam diri

"SEMUANYA TIARAP, KAMU JUGA GADIS KECIL!! " Kata polisi lelaki itu dari pintu sambil menunjuk tubuh Nilam yang terdiam membeku

KENAPA MEREKA MENUDUH SEMBARANGAN PADAHAL BUKTI TADI KURANG KUAT

Bersambung...

NilamWhere stories live. Discover now