Prolog

388 11 4
                                    









-----BLISS-----







"Bang, gue masuk dulu ya?" Ucapnya ketika baru turun dari motor sang kakak, tak lupa mengulurkan tangan tanda salam.

Johnny mengangguk dan mengelus surai adiknya, "belajar yang bener, kalau kaga lulus awas lu!"

Sasa melotot, "lu aja skripsi kaga selesai selesai, pake ngancem gua!"

"Iye udah ah, bye punyuk." Johnny melambaikan tangannya dan menarik gas dimotornya.

"Iye abang ponyet!" Ucap Sasa sambil menjulurkan lidah. Johnny dan sasa memang suka mengganti nama panggilan mereka menjadi ponyet dan punyuk jika dirumah. Entahlah mungkin biar lebih akrab?

Johnny dan Sasa adalah sepasang kakak beradik. Usia mereka hanya terpaut 3 tahun. Sasa masih berumur 16 tahun dan masih duduk di kelas 2 SMA sedangkan Johnny sedang mengurusi skripsi sidang yang belum usai. Mereka berdua juga sama seperti kakak adik kebanyakan, bertengkar adalah hal nomer wahid yang sering ditemui. Kadang jika bercandanya berlebihan, pasti ada salah satu dari mereka yang ngambek. Ya begitulah adik kakak.

Sasa melangkahkan kaki jenjangnya masuk kedalam gerbang sekolah. Ia menghirup udara segar karena didepan sekolahnya banyak sekali pohon rindang yang membuat segar mata memandang. Sasa berjalan ke arah gedung Jurusannya, yaitu Bahasa. Sasa memang bercita cita menjadi penulis, hanya saja ia kadang kehilangan ide ketika membuat suatu cerita. Istilahnya block writter. Jadi banyak cerita terbengkalai yang belum ia selesaikan.

Semua berjalan seperti biasa, banyak lalu lalang murid dari jurusan lain. Deru suara motor diparkiran, dan banyak cewek cewek yang mengumpul untuk sekadar bergosip. Bahkan pagi pagi seperti sekarang pun sudah ada yang bermain bola dan basket disatu lapangan. Bayangkan saja, bola kaki dan basket dalam satu lapangan. IYA SATU LAPANGAN! Tapi itu sudah biasa bagi murid disini. Malah mereka menganggapnya suatu hal yang seru.

Sasa itu bukan murid terkenal, bukan primadona sekolah juga. Hanya seorang murid biasa yang datang kesekolah setiap hari sebagai rutinitasnya.

Dengan malas ia masuk kekelas yang pintunya diberi plang kecil tulisan kelas 11 bahasa 2. Menaruh tas yang ia gemblok sedari tadi dibangku kedua dari depan. Lalu duduk dan menelungkupkan kepalanya di antara tangan. Sekilas seperti orang sedang tidur.

"Sa! Sasa!" Sasa yang merasa dipanggilpun segera mendongakkan kepalanya. Matanya menggeliat mencari sosok yang memanggilnya.

"Sasa! Itu kan merek micin! BEHAHAHAHAH!" Suara tawa itu membuat Sasa kesal, berani beraninya meledek Sasa.

Sasa bangkit mengambil sapu yang terletak dibelakang pintu lalu menghampiri Haechan—sosok yang meledeknya. Sasa melayangkan sapu tersebut, "ulang lagi coba!"

Haechan langsung meringkuk berlindung dibalik teman sebangkunya, "Yailah bercanda doang Sa! Marah marah mulu entar jadi banteng baru tau lu!"

Sasa menarik nafas panjang, emosi nya malah semakin menjadi, "Ihhh au ah, anjir lo chan! Bikin darah gue naik pagi pagi!"

Sasa langsung berlalu dan dengan kasar ia melempar sapu tersebut. Sasa berlari keluar kelas dan meninggalkan Haechan yang sedang berfikir heran.

"Lo sih, hobi banget ngeledekin orang." Ucap Jaemin teman sebangkunya.

Haechan nyengir tanpa dosa, "Mau gimana lagi? Orang hobi gue."



-



Sasa kini duduk dibangku dekat lapangan sambil mengisap susu coklat kotak yang ada digenggamannya. Setelah moodnya yang hancur berkeping keping karena Haechan tadi, ia memilih pergi kesini. Itulah alasan kenapa dia sangat malas masuk kekelas karena Haechan! Ia selalu diledeki oleh lelaki berkulit tan itu.

Dan satu satunya pembangkit mood nya hanyalah susu kotak yang bisa ditebak harganya tidak sampai harus menjual ginjal. Sasa memperhatikan lapangan yang tidak pernah sepi sedari pagi, kali ini yang bermain hanya tim basket.

Setelah menghabiskan sekotak susu itu ia beranjak dan mencari tempat sampah terdekat. Lalu melemparkan kotak susu yang kosong itu secara asal. Bahkan tanpa melihat sudah masuk atau tidak ia langsung pergi.

Berjalan gontai seperti tidak punya semangat hidup dan —

BUGH!!

Tanpa diduga, bola basket melayang kearahnya dan tepat mendarat dikepalanya. Membuat Sasa refleks memegangi kepalanya terasa pusing tujuh keliling.

Seluruh orang yang sedang bermain basket langsung menghampiri Sasa dan memasang raut panik. "Lo gapapa?" Tanya salah satu dari mereka.

Sasa menggeleng, "engga—"

bruk! Sasa pingsan.








-----BLISS-----




Iya tau jelek:( tapi jangan lupa vomment yya! Ini aq terinspirasi dari mimpi aku:)

BLISS | Lee HaechanWhere stories live. Discover now