Prolog

11 5 0
                                    

happy reading

✨✨✨

"Risaaa!" Seorang wanita berambut sebahu memanggil Risa dari arah belakang, membuat si empu menoleh.

Lusi berlari kecil menghampiri Risa lalu berhenti dan mengambil jeda untuk mengatur nafasnya"duh maaf banget ya gue gak bisa pulang bareng soalnya kan-"

"Pacar lo? iyh udh sana... kaya sama siapa aja" Risa yang sudah biasa mengalami kejadian seperti ini hanya bisa pasrah saat gadis yang bernama lengkap Lusiana Auristella itu cengengesan menampilkan deretan gigi putihnya seakan mengatakan "sahabat gue emang paling the best".

Lebih baik pulang sendiri dari pada jadi kambing conge ditengah-tengah dua sejoli yang sedang dimabuk cinta.

Lusi melambaikan tangannya dan meninggalkan Risa pulang sekolah sendiri, lagi.

Seperti biasa, Risa akan menaiki angkutan umum untuk bisa sampai kerumahnya. Keadaan sepertinya sedang berada di pihak Risa. Kendaraan yang dinaikinya itu tak terlalu ramai, hanya ada beberapa penumpang karena biasanya ia akan berdesak-desakan dengan penumpang lain.

"Kiri!" Satu kata yang biasa diucap penumpang kepada sopir pertanda bahwa si penumpang telah sampai di tempat tujuan.

Risa turun dari angkot itu, ia berjalan ke bagian depan angkot, melirik sebentar pada pak sopir dan lelaki yang ada disampingnya lalu memberikan selembar uang kepada sopir.

Risa berjalan ke arah belakang angkot, lelaki yang duduk dibagian depan bersama sopir tadi juga turun lalu berdiri disamping Risa.

Gadis dengan kuncir rendah itu melihat kiri dan kanan, hendak menyebrang di perempatan tapi lalu lintas sedang ramai.Tak ada yang aneh, hingga ia tersentak saat pria yang ada disampingnya menggenggam tangannya, menuntun Risa menuju sebrang jalan.

Gadis bernama lengkap Nerisa Anulika itu terdiam, tak menolak sama sekali saat tangannya digenggam oleh orang asing yang baru ia temui beberapa menit yang lalu.

Hangat ditangannya, panas di pipinya, jantungnya pun berdegup kencang, semuanya ia rasakan pada saat bersamaan.



Duh Ris... dia cuma bantuin lo nyebrang doang... gak lebih.


Risa mengerjap pelan, melepaskan genggaman tangan pria itu segera setelah menetralkan perasaannya.

"Makasih" ucap Risa pada lelaki itu lalu tersenyum simpul dan beranjak pergi.

Seraya menetralkan dadanya yang berdesir hebat,Risa berjalan kearah rumahnya, berusaha melupakan kejadian barusan,toh hal seperti itu bisa terjadi pada siapapun.

Tenang, dia cuma orang asing.


"Oy!" Risa tersentak kaget, berhenti tiba-tiba karena ada suara seseorang dari belakang juga sebuah tangan mencekal tangannya dan ia tak tahu itu siapa.

Dengan satu tarikan, badan Risa terbalik sempurna ke belakang. Terlihat seorang pria berdiri dihadapannya. Risa mendongak, mendapati senyum lelaki yang baru beberapa menit yang lalu membantunya menyebrang jalan.

Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Risa. Jarak keduanya hanya menyisakan beberapa centimeter, membuat Risa dapat mencium wangi parfum lelaki itu.

Lelaki itu menatap mata Risa, tatapannya teduh, hingga Risa tak bisa melepaskan pandangannya.

"Banu" Ucap lelaki itu membuat Risa terkesiap

"ha?"

"Banu"

"Banu?"

"Banu Randika. Panggil aja Banu"

Banu menjauhkan wajahnya dari wajah Risa, lalu tersenyum.

"Udah gih pulang sana!" Ucap Banu

"i-iya" Risa tersenyum kikuk. Ia berbalik lalu memasuki gang menuju ke rumahnya.

Baru beberapa langkah Risa menjauh dari lelaki itu.


"Salam buat ibu mertua!" Risa mendengar teriakan Banu.



Ini benar-benar tidak baik untuk jantung. Ini bukan drama korea atau semacamnya kan?. Bisa-bisanya jantung Risa maraton karena Lelaki yang baru ia kenal beberapa menit lalu.

Banu?
ini mimpi?

Banu melihat Risa semakin menjauh darinya sambil tersenyum. Ia membalikan badan lalu terkejut saat dihadapannya ada beberapa anak kecil yang sedang menaiki sepeda.

Bocah-bocah itu meneriaki Banu cukup keras, sambil terus mengayuh sepedanya.

"YaAaa GANTENG DOANG JEMPUT CEWE DEPAN GANG"

✨✨✨

Sehari setelah kejadian mendebarkan didepan gang. Risa kembali menjalani harinya dengan normal.

Saat bangun pagi tadi, ia menganggap semua yang terjadi hanya mimpi. Walaupun ia tahu itu nyata, tapi tetap saja Risa tak boleh terlalu mudah berharap. Bisa saja lelaki itu hanya iseng kan?.

Seperti biasa, Risa akan naik angkot untuk sampai ke sekolahnya, SMA Trisakti.

Risa memasuki ruang kelasnya lalu pergi ke tempat duduknya. Ia mendapati seorang lelaki menduduki kursinya, siapa lagi kalau bukan teman sekelasnya.

"Jeno!" Pria itu menoleh mendengar Risa memanggil namanya.

"Iya?" Tanya Jeno

"Gue mau duduk"

"Yaa duduk aja"

Risa memutar bola matanya malas. Ini masih pagi dan ia sudah dihadapkan dengan cowo menjengkelkan yang satu ini

"Tapi lo duduk di kursi gue"

Jeno mengerjap.

"O-ooh ngomong dong" Jeno berdiri dari kursi Risa lalu pergi ke bangkunya sendiri.

Risa meletakan tasnya, lalu merogoh laci mejanya, memeriksanya apabila ada sampah didalam sana.

Ia memang tidak menemukan sampah, tapi ada sebuah kotak kecil disana. Risa mengambilnya, ada sebuah sticky note diatas  kotak tersebut.




"Buka dirumah"
-Banu Randika-



✨✨✨

jangan lupa vote n komen:)

Mr.BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang