9. 💮 Honeymoon & Pembagian Gaji

24K 3K 149
                                    

Happy reading 😊

******

(gawan = bawaan)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(gawan = bawaan)

"Terus, Ummi pernah bilang, kalau nanti dapat gaji dari Suami, berapapun itu harus diterima dan kebiasaan Mas Bram yang memberi nafkah Ibu Pacet tidak boleh berhenti, malah kalau bisa harus ditambah, karena Mas Bram masih menjadi hak Ibu Pacet, apalagi Mas Bram dari finansial berkecukupan, ada kan itu dalilnya. "

Mas Bram lagi-lagi tersenyum dan mengangguk," Iya ada." tangannya membelai rambutku.

"Nah, itu aku mau tanya nominalnya, nanti aku pos kan sekalian, tapi nanti Mas Bram yang ngasihkan ke Ibu ya, jangan aku."

"Kenapa memangnya? "

"Aku takut."

Mas Bram tertawa, "Ibu sudah jinak kali Sayang."

"Ya pokoknya Mas aja dulu yang ngasihkan, aku masih takut."

"Kayaknya betul deh ide kamu honeymoon di Mojokerto Sayang, biar kamu nggak takut sama Ibu, gimana kalau enam hari kita di sana."

"Gak mau. Tiga hari cukup."

"Kenapa emang?"

"Kalau mau gelut di sana aku takut kedengeran Ibu, kan kamarnya sebelahan, malu."

Mas Bram tertawa terpingkal-pingkal, "Ibu permah muda kali Rin."

"Pokoknya nggak, Mas gak ukuran soalnya, kalau di rumah sendiri bebas, kalau di rumah Abah atau rumah Pacet aku malu."

"Gak ukuran gimana?"

"Ya itu pokoknya."

"Itu apa sih?"

"Gak usah pura-pura deeeeeh."

Mas Bram tertawa, melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul empat sore.

"Mandi Rin, belum Ashar-an kita." Mas Bram menggeliat, lalu turun, yang otomatis ketika keluar dari selimut, tubuhnya yang seksi itu terekspose.

"Mas Bram!!!" aku menarik selimut menutup seluruh tubuhku, hingga kepalaku. Duh mataku terkontaminasi.

"Apaan sih? Udah pakai boxer juga, yang tadi mancing-mancing siapa coba?pake kaget."

"Ya tetep aja malu, uda masuk kamar mandi beluuum? Ya gini ini nih, kalau aku teriak kedengeran Ibu kan bikin malu, belum lagi suara-suaranya"

Hening, gak ada jawaban.

"Udah masuk belum?" tanyaku lagi. Duh, feeling gak enak. Mas Bram kan tukang usil, aku menurunkan sedikit selimut, mengintip. Benar kan, Mas Bram Malah duduk di tepi tempat tidur. Menatapku.

"Sayang," panggilnya pelan.

"Apa lagi??Kok belum masuk kamar mandi?" tanyaku ketus, gugup lebih tepatnya. Pikiranku sudah travelling kemana-mana.

"Kita lama gak mandi bareng."

"Gak usaaaah." penolakanku gagal, dia sudah menarikku paksa. Yang kayak gini kalau gak di rumah bikin maluuuu.

Langkahnya tiba-tiba berhenti di tengah pintu kamar mandi, wajahku sudah merah karena malu.

"Kenapa?" tanyaku gagap.

"Baru inget, kalau tadi Dipta tanya soal Linda."

"Hah? Ngapain?"

"Mandi dulu deh."

Bersambung.

__________

Just Marriage (JPB Sesi 2) [TERBIT] Where stories live. Discover now