BAB 18. AKU ADALAH TANIA

14 7 0
                                    

Seketika Ardi menangis setelah melihat kakaknya yang terkubur di tanah dekat lorong rumah sakit jiwa oleh arwah Tania yang membalas dendam. Ia berlari secepat mungkin untuk berusaha menggali kembali kakaknya, Vira.

"Kak Vira!" Tangannya terus menggali tanah yang telah rata tersebut.

Setelah beberapa lama, usahanya sia-sia akibat kondisi tanah yang sudah tertata rapi. Dirinya menyesal telah gagal menyelamatkan kakaknya sendiri.

"Aaa!" teriaknya.

****

Wati mengendarai motornya bersama Aulia yang berada di belakangnya. Mereka tampak menuju arah pulang setelah sekolah diliburkan secara mendadak. Aulia tampak bermuka datar, ia terus memikirkan pertemuan dengan Sania sejak tadi di sekolah. Sikap yang begitu aneh terhadap perempuan tersebut membuatnya merasa bahwa ada sesuatu yang janggal.

"Kenapa Sania bertanya tentang kakaknya Ardi, ya? Apa hubungannya?" pikir gadis tersebut.

Singkat cerita Wati telah mengantarkan temannya tersebut menuju rumah. Pak Abdul menyambutnya bersama Bu Meizra yang tampak sedang menyapu halaman. Terlihat bahwa mereka seperti memikirkan sesuatu. Pak Abdul pun turut mengkhawatirkan jika arwah Tania akan bergentayangan di sekolah. Maka, sejak itu Pak Abdul dan Bu Mia, wakil kepala sekolah meliburkan sementara sekolah selama beberapa hari.

****

Tut ... Tut ....

Angga sedang menelpon Ardi, temannya. Ia tampak risau ketika temannya tak kunjung ada kabar. Biasanya mereka selalu bersama walaupun hanya dalam sebuah pembicaraan.

"Halo?" Akhirnya Angga dapat mendengar suara sambungan telpon.

"Ha-halo, Angga. Aku ...." Terdengar bahwa Angga seperti seseorang yang menangis.

Angga pun menjadi was-was. Apa yang sebenarnya terjadi pada temannya tersebut. Ardi sontak bercerita bahwa kakaknya dikubur hidup-hidup oleh hantu yang bergentayangan.

"Apa? Hantu?" Angga membangkitkan tubuhnya tanda serius.

Setelah beberapa lama berbincang, datanglah Bu Mia yang membawa secangkir teh. Pusatnya tertuju pada Angga setelah mendengar pembicaraan mereka.

"Ada apa, Angga?" tanya seorang guru tersebut.

Anak lelaki itu menceritakan pada yang sebenarnya terjadi. Bu Mia langsung menjatuhkan secangkir teh yang berada di genggamannya. Ia tidak menyangka bahwa arwah Tania telah berhasil membalaskan dendamnya. Dirinya bersedih ketika merasa terlambat untuk menghentikan hantu tersebut. Ia pun menghubungi Pak Abdul secepatnya.

Tut ... Tut ....

"Halo?" Terdengar suara lelaki dari arah yang berlawanan. Ternyata, itu merupakan suara Pak Abdul.

"Halo, Pak. Saya akan menginformasikan sesuatu hal yang penting," ujar Bu Mia yang telah meninggikan nada suaranya.

Pak Abdul merasa ada yang tidak aman. Ia pun langsung menyimak guna mencari tahu apa yang terjadi. Bu Mia lalu menceritakan dari awal sampai akhir tentang balas dendam Tania terhadap masa lalu. Pak Abdul tersentak kaget, mereka langsung berbicara serius.

"Jadi, bagaimana ini, Pak?"

Pak Abdul memikirkan apa yang ia harus lakukan setelahnya. Dirinya lalu menutup telpon dan berusaha untuk mencari jalan keluar.

"Om?!"

Aulia menghampirinya. Wajah Pak Abdul yang penuh dengan kebingungan itu membuat perempuan tersebut bertanya, "Om, ada apa?"

Pak Abdul melirik kan wajahnya ke arah keponakannya. Ia merasa bahwa arwah Tania telah menjadi ganas dan harus dihentikan.

"Vira, kakak Ardi telah dibunuh," ungkap Pak Abdul.

Aulia terperanjat, pikirannya langsung tertuju pada pertanyaan Sania sejak di sekolah. Perempuan misterius itu bertanya mengenai kabar dan tempat Vira berada.

"Apa ini ulah Sania?"

Perkataan Aulia membuat Pak Abdul langsung bertanya-tanya. Apa dan siapa sosok Sania yang sebenarnya?

"Sania?"

Aulia lantas menjelaskan langsung perihal sesosok perempuan yang baru ia kenal itu. Ia bahkan menggambarkan mengenai rupa dan penampilan sosok tersebut.

"Sania?! Apakah dia ...." Pak Abdul spontan berpikir ketika hatinya menduga bahwa Sania adalah jelmaan dari arwah Tania.

"Tania," lanjutnya.

Tok-Tok-Tok!

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Aulia segera membuka pintu tersebut. Alangkah terkejutnya ia setelah melihat bahwa Sania datang ke rumahnya.

"Sania? Kok, kamu datang ke sini?"

Sania tersenyum kecil. Dia kemudian mengajak Aulia untuk pergi ke suatu tempat.

"Aulia, Ayolah! Ikut denganku!"

Aulia merasa heran dengan ajakan perempuan tersebut. Tiba-tiba Pak Abdul menghampiri.

"Aulia, dia bukanlah Sania. Dia adalah Tania. Hantu toilet di sekolah," tegas Pak Abdul.

Aulia merasa bingung. Entah apa yang dipikirannya? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Aulia, ayolah!" Sania mengajaknya kembali.

Secara cepat, Pak Abdul menarik tangan keponakannya dan masuk ke rumah serta menutup pintu depan. Sania yang masih berada di luar tampak menunjukkan aura yang marah.

"Ayo!" Pak Abdul menarik dan untuk masuk ke kamar.

Setelah berada di dalam kamar, Pak Abdul mengunci dan menjelaskan tentang sosok Sania sebenarnya. Setelah mendengar hal itu, Aulia menjadi terkejut. Ia tak menyangka bahwa perempuan yang ia kenal itu merupakan jelmaan dari arwah yang gentayangan.

"Kamu harus jauhi dia. Dia berbahaya sebelum dendamnya telah terbayar." Pak Abdul menasihati.

Aulia tampak mengangguk, ia mengerti akan apa yang diucapkan oleh omnya itu. Tiba-tiba terdapat tulisan berwarna merah darah dalam cermin.

BALAS DENDAM DAN NARKOBA

Mereka berdua tampak melihat tulisan tersebut dengan saksama. Mereka langsung berpikir mengenai apa yang dimaksud dengan tulisan tersebut. Secara tak masuk akal, sesosok hantu muncul dari dalam cermin dan menggambarkan wajahnya yang penuh bintik-bintik merah.

"Huaa ...."

Pak Abdul langsung mundur. Aulia mengajaknya untuk keluar dari kamar. Namun, pintu tidak dapat dibuka. Padahal, Pak Abdul telah membuka kunci pintu tersebut.

"Kenapa ini gak bisa dibuka?"

Vote+Coment;)

MYTH 2: HAUNTED TOILET (SUDAH TERBIT✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang