BAB 16. LIBUR MENDADAK

16 5 2
                                    

Pak Abdul beserta Bu Mia berlari dari lorong toilet menuju ruang guru setelah arwah Tania menampakkan diri di dalam toilet tersebut. Terlihat bahwa arwah merangkak mengejar mereka.

"Kalian mau ke mana?"

Setelah tiba di ruang guru, Bu Mia mendudukkan tubuhnya di meja, sedangkan Pak Abdul berjalan ke sana-kemari seperti orang yang kebingungan.

"Bagaimana ini, Pak? Siapa orang yang telah membuka toilet itu?" Bu Mia menunjukkan wajah gelisah.

Mereka langsung saling bertatapan di tengah kebingungan serta ketakutan yang memenuhi pikiran. Suara hening ruang tersebut membuat suasana menjadi mencekam.

"Huaa ...."

Tiba-tiba arwah Tania muncul dari sudut tembok dan merangkak ke arah mereka. Pak Abdul langsung tersentak kaget dengan apa yang dilihatnya. Hantu tersebut kemudian berdiri kembali dan berhenti. Tangannya memegang wajahnya yang hancur dan seram. Kepalanya diputar dari berbagai sisi sehingga keluar darah dari sekitar leher. Terlihat bahwa kepalanya telah terpisah dari tubuh hantu tersebut.

Suasana tampak begitu mencekam ketika seluruh lampu menyala berkedip-kedip. Barang-barang terlempar dan berjatuhan ke sana-kemari. Angin berhembus dengan kencang dengan suara jendela yang bergetar.

"Ayo, kita keluar dari sini!"

Pak Abdul mengajak Bu Mia untuk keluar dari ruang guru yang sepi tersebut. Mereka berlari bersama menuju pintu, tetapi pintu tersebut tertutup dengan keras.

Brak!

Pak Abdul segera mengayunkan daun pintu. Namun, usahanya tiada hasil. Tampak arwah Tania berpindah-pindah secara cepat dari satu sisi ke sisi lain. Kepalanya yang terpisah kemudian terbang di langit-langit ruangan tersebut. Pak Abdul mulai melantunkan ayat kursi beserta ayat suci lainnya diikuti Bu Mia yang turut membantu melafalkannya.

Arwah Tania menjadi diam, ia menjerit kesakitan dan membuat Pak Abdul dan Bu Mia menutup telinganya.

"Aaa! Aaa!"

Pak Abdul terus melafalkan dengan nada suara yang keras. Syukurlah, hantu tersebut perlahan mengeluarkan asap dan menghilang. Pintu menjadi terbuka kembali dan angin kencang telah berhenti. Mereka berlari keluar guna menyelamatkan diri.

****

Suasana sekolah menjadi hening karena para siswa telah masuk ke kelas masing-masing. Aulia tengah duduk di dalam kelas sambil menulis materi di bukunya. Tiba-tiba terdapat suara bel yang entah mengapa bel tersebut berbunyi.

Kring! Kring!

Semua siswa tampak gaduh saat ini bukanlah waktu untuk bel bersuara. Mereka saling mempertanyakan satu sama lain.

"Lho? Kok, belnya bunyi sekarang?"

"Hah? Ini ada apa?"

Aulia hanya duduk sambil memikirkan apa yang terjadi. Setelah itu, terdengar suatu pengumuman yang berisi perintah bahwa seluruh siswa berkumpul di lapangan sekolah. Semua orang pun berhamburan dan berlari menuju lapangan termasuk para guru yang telah mengajar di dalam kelas untuk cari tahu.


****

Semua siswa terlihat ramai ketika mereka semua berdiri di atas lapangan yang luas. Pak Abdul yang memberikan pengumuman tadi langsung berdiri di depan semua siswa.

"Untuk saat ini, sekolah akan diliburkan sementara," tuturnya.

Sontak semua siswa termasuk para guru bingung dengan apa yang Pak Abdul bicarakan. Bu Mia terlihat berdiri di samping Pak Abdul tampak menunduk ketakutan.

"Ini semua hanyalah sementara. Kami belum bisa menjelaskan alasan diliburkannya sekolah ini." Bu Mia ikut mengiringi pengumuman dari Pak Abdul.

Aulia yang tengah berdiri bersama Wati terlihat heran. Omnya yang tak lain Pak Abdul terlihat sangat gelisah. Dirinya pun ikut bertanya-tanya dengan Wati.

"Wati? Ini ada apa, sih?"

Wati menggeleng, ia pun merasa bingung. Setelah beberapa menit, semua siswa tampak bubar dari lapangan dan berlari mengambil tas yang berada di kelas. Aulia pun turut berjalan dan menyusuri tangga untuk sampai ke kelas.

Seketika siswa berjalan melewati gerbang sekolah dan keluar sekolah. Terlihat Wati yang masih di dalam kelas bersama Aulia. Mereka hanya berdua bersama

"Aulia? Pulang bareng, yuk! Sekali-kali, 'kan?" ajak Wati.

Aulia sebenarnya ingin pulang bersamanya, tetapi Pak Abdul pasti melarangnya. Suasana tampak hening. Tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu dari luar.

Tuk! Tuk!

Mereka berdua langsung was-was terutama Aulia yang berpikir bahwa Angga dan Ardi menghampirinya. Suara langkah sepatu itu semakin lama semakin mendekat. Setelah itu, muncullah seseorang dari muka pintu.

"Aulia?"

"Aaa!"

Suara teriakan dari Aulia beserta temannya memecah kesunyian kelas. Mereka menutup wajah rapat-rapat. Ternyata, seseorang tersebut adalah Pak Abdul.

"Om? Duh, kirain apaan." Aulia menatap omnya sendiri, Pak Abdul.

Lantas, Pak Abdul mengajaknya untuk pulang. Aulia tiba-tiba menjadi teringat akan ajakan Wati untuk pulang bersama. Ia pun meminta izin perihal tersebut.

"Oke, Om izinkan kamu untuk pulang bersama temanmu. Tapi cepet pulang!" Pak Abdul terlihat menampakkan wajah yang khawatir meski ia mengizinkan keponakannya.

Aulia tampak riang sekali. Ia saling berpelukan dengan temannya tersebut. Pak Abdul yang melihat hal itu menggerakkan mulutnya dan mulut. Ia akhirnya pergi meninggalkan kedua siswi tersebut dan menuju tempat parkir untuk pulang.

"Wati? Ayo, kita cepat pulang! Sekolah sudah sepi," ujar Aulia.

Mereka kemudian berjalan ke luar kelas dan lorong sekolah. Hanya mereka berdua yang masih berada di sekolah tersebut. Tiba-tiba Wati teringat sesuatu.

"Oh, iya. Aulia, kamu tunggu di sini dulu! Barangku ada yang ketinggalan di kelas.

Aulia mengangguk, tubuhnya kemudian berdiri dan menunggu Wati yang tengah berlari untuk kembali ke kelas. Suasana di lorong tampak sunyi dan sepi. Sedikit rasa takut dan cemas telah dirasakan di benak Aulia. Tiba-tiba ia melihat seseorang dari sudut lorong.

"Itu siapa?"

Konflik makin panas, nih. Tetap stay terus, ya! Mungkin kalian akan menyukai cerita ini.

Vote+coment;)

MYTH 2: HAUNTED TOILET (SUDAH TERBIT✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang