Irene melongo. Keyna? Kebasahan? Kok bisa? Irene terus bertanya-tanya dalam benaknya. Ia bingung. Mengapa Keyna kebasahan?

"Apa-apaan orang Irene gak ada nyiram Keyna kok" seru Nayla tidak terima karena sahabatnya dituduh seperti itu.

"Terus kenapa Keyna basah kuyub?"

"Mana tau lah. Tanya aja sama jalang kesayangan lo itu" ketus Carollina. Dandi menepuk tangannya sambil tersenyum kagum. Tidak menyangka Carollina bisa seberani ini kepada Osvaldo.

Osvaldo geram, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat dan pandangan itu tidak luput dari Rian.

"Ngapain tangan lo gitu? Mau mukul orang?" Tanya Rian santai sambil menunjuk tangan Osvaldo.

Osvaldo langsung pergi dari kelas X IPA 4 bersamaan dengan bel masuk kelas berbunyi. Rian dan ketiga sahabatnya pun kembali ke kelasnya.

Pada waktu yang sama, di tempat berbeda, Theressa menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Di otaknya terputar memorinya ketika Theo-sang kembarannya sedang bermain bersama.

"Kangen tau Yo" tanpa sadar, bulir bening itu jatuh tanpa persetujuan Theressa. Dan tiba-tiba di luar sana juga hujan. Seolah-olah sang semesta turut sedih lagi.

Flashback On.

Pagi ini, Theressa, Theo, dan Veno sedang bersiap untuk pergi ke sekolah. Suasana rumah sangat ramai, karena anak-anak di rumah ini berjalan kesana kemarin menyiapkan barang-barangnya yang akan dibawa ke sekolah. Sherina sambil duduk di meja makan, memandangi bosan ketiga kakaknya.

"Veno! Kenapa disembunyiin dasi gua" teriak Theo dari lantai dua. Veno menghentikan langkahnya yang hendak pergi ke dapur mengambil bekal yang sudah disiapkan Mama Nadia.

"Lah? Mana ada anjir gua yang sembunyiin. Tanya Kak Rere noh" Theressa cekikikan sendiri di dapur. Nadia menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak gadisnya.

"Ngomongnya jangan gitu di depan adek" tegur Kenzo sambil menggendong Sherina.

"RERE MANA DASI ABANG" Theressa makin cekikikan mendengar teriakan saudara kembarnya.

"Kembaliin kak, abang teriak mulu tuh" Theressa mengangguk dan berjalan menghampiri kembarannya.

"Aku gak mau panggil abang lagi. Kita beda beberapa menit kok ah" Theressa mengoceh sambil memasangkan dasi di leher saudara kembarnya itu. Tidak lupa dengan wajah cemberutnya.

"Durhaka tau Re" Theo mencubit hidung Theressa dengan gemas dan menggendong Theressa setelah dasinya terpasang dengan sempurna.

Veno melihat kedua kakak kembarnya itu dengan tatapan bosan. Mereka selalu saja seperti itu, bertingkah layaknya sepasang kekasih bukan seperti saudara kembar.

Flashback off.

Theressa mengusap kasar wajahnya. Mengapa memorinya bersama Theo selalu berputar di kepalanya? Theressa turun dari kasurnya dan berjalan ke luar kamar.

Theressa menuruni anak tangga. Ia melihat rumahnya kosong dan sepi. Ia pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa makanan. Perutnya terasa lapar.

"Apa aku ke kuburan aja ziarah ya?" Theressa terus berpikir. Ia mengecek handphonenya. Ada banyak sekali notif dari orang-orang yang terus menghinanya. Ia membaca semua komentar dan pesan yang isinya hinaan itu dengan tatapan datar.

"Are you okay, Re?" Tanya Adara dari dalam sana dengan khawatir. Theressa menganggukkan kepalanya tanda ia baik-baik saja.

Theressa [COMPLETED]Where stories live. Discover now