Part 2. The Blacksheep

Start bij het begin
                                    

"Orang tua mu mengerikan."

"Agree!!! 100% agree."

"Pantas saja kamu selalu berpikir bahwa kamu anak pungut, kalian berbeda."

"Andai saja aku beneran anak pungut!"

Mereka berdua terdiam lagi sampai Jenna selesai menghabiskan makan malamnya.

"Kamu tahu kan kalau kamu juga bisa memilih seperti Rien, Jenna." Ucap Elang pelan menatap Jenna penuh sayang.

"Lari, maksudmu? No, thanks. Sudah jelas aku benci lari sejak masih TK. Aku lebih mencintai tinju." Ucap Jenna pelan seraya kemudian meneguk habis air mineralnya.

~*~

"Mereka setuju. " ayahnya mengumumkan berita itu saat mereka sedang makan malam. Neneknya mendongak tak percaya, bahkan tampang tak peduli Maira pun berubah menjadi tampang tak percaya.

"Adiknya setuju menikah dengan mu?" Keajaiban berlanjut, Maira bahkan mau repot-repot mengucapkan satu kalimat penuh.

Jethro tersenyum sinis dalam hati. Keluarga Mahendra tidak akan menolak permintaan itu. Mereka terlalu....berotak bisnis. Mungkin anak-anak gadis itu tidak, tapi kedua orang tua mereka jelas melihat segala sesuatu dari sudut untung rugi. Jethromendongak dan mendapati neneknya sedang menatap tajam ke arahnya.

"Jethro, kau yakin masih ingin melanjutkan perjodohan ini?" Ayahnya bertanya dengan tegas.
Jethro terdiam sesaat. Menatap neneknya, kemudian ayahnya.

"Lanjutkan ayah."

Perempuan jalang itu akan melihat bagaimana dia, seorang keluarga Hamijoyo membalas penghinaan.

"Soal undangan..."

"Kita bisa kirim ulang ayah. Dengan permintaan maaf bahwa undangan sebelumnya salah mencetak nama."

"Absurd!!!! Tidak akan ada yang percaya itu kesalahan cetak!" Neneknya akhirnya buka suara.

"Lalu? Toh aku juga tidak butuh orang percaya. Yang aku butuhkan saham di Mahendra grup."

"Jethro..."

"Nenek, nenek tenang saja. Semua akan berjalan sesuai rencana semula. Aku akan menikah dan nenek akan segera punya cucu menantu, bahkan mungkin cicit."

Jethro kembali serius dengan makan malamnya, mengabaikan tatapan heran Maira, dan mengabaikan tatapan tajam neneknya.

~*~

"Aku akan menikah." Jenna memberi tahu karibnya sejak SMP , Ella, yang baru pulang dari liburan bersama keluarganya. Ella yang sudah tahu sifat Jenna hanya menatap bosan lalu kembali mengaduk-aduk kopi pekatnya. Mereka berdua sedang duduk di pojokan kafe langganan mereka di spot favorite mereka sejak pertama kali menemukan kafe ini 5 thn yang lalu. Bahkan pemilik kafe sampai hafal.

"Aku serius." Lanjut Jenna lagi seraya berkutat dengan ipad mini nya.

"Okeeee.." Saut Ella bosan.

"Ini ...aku akan menikah dengan orang ini." Jenna menyodorkan ipadnya, memperlihatkan wajah Jethro saat diwawancara sebuah majalah bisnis. Calon ipar yang gagal jadi ipar ini memang sangat popular. Ella melotot gusar ke arah Jenna.

"Itu calon kakak ipar mu, dasar!!"

"Tidak lagi, sekarang statusnya adalah calon suamiku."

"Jenna, ga lucu!"

"Emang ga! Bilang sama Rien busuk yang minggat tanpa peringatan, bahwa ini bener2 ga lucu!"

Ella menatap bingung ke arah Jenna, sadar bahwa sahabatnya ini serius.
"Jen, serius?"

The back up brideWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu