"Oh ini mahasiswa semester tiga jurusan ilmu komunikasi yang dibangga-banggain sama dosen-dosen kita?" kata seorang wanita dari empat orang yang saat ini berjalan kearah Pretty.
"Hah, jadi lo berniat mau saingi kita?" kata salah satu lagi dari mereka.
" Saingi kita? Sorry lo bukan level kita! Penampilan aja pas-pasan." Sambung yang satu lagi dengan sombongngnya.
Otak Pretty seperti belum terkonek dengan semua kejadian ini. Ia masih berdiri mematung ditempatnya tanpa memberikan reaksi apapun. Ia binggung mengapa keempat gadis itu tiba-tiba menyerangnya, siapa mereka?.
"Kenapa mereka semua gak bantuin gue? Ada apa ini?" Batin Pretty bertanya-tanya sambil matanya melihat satu persatu mah0asiswa yang berdiri disitu.
"Lo camkan ini baik-baik! Jangan pernah lo bermimpi mau gantiin posisi kita berempat dikampus ini. Mending lo lupain mimpi lo itu." Kata salah satu dari keempat gadis itu lalu mereka pun berlalu.
Setelah keempat gadis itu pergi meninggalkan Pretty, barulah berbondong-bondong semua mahasiswa yang tadinya mematung datang melihat keadaan Pretty.
"Kamu baik-baik saja kan?" Tanya salah satu dari segerombolan mahasiswa itu
" Iya, aku baik-baik saja." Jawab Pretty sambil tersenyum.
" Tapi mereka itu siapa?" Tanya Pretty.
" Mereka itu adalah anak-anak yang sangat berpengaruh dikampus ini. Selain cantik mereka juga sangat pintar dan yang terlebih penting adalah orang tua mereka itu juga termasuk donatur dikampus ini." Jelas gadis yang sama.
"Iya, jadi orang tua mereka itu yang ngebiayain para mahasiswa yang kurang mampu gitu" sambung yang lain lagi.
"Berarti termasuk gue?" batin Pretty
Akibat kejadiaan itu Pretty mengurungkan niatnya untuk pergi keperpustakaan ia memilih kembali keasrama untuk mengobati lukanya agar tidak terjadi infeksi yang berakibat lebih fatal.
Sepanjang perjalanan otaknya tak pernah berhenti mencari jawaban mengapa keempat gadis nan tajir itu membenci kepintarannya.
Padahal dia gak ada niatan menyaingi mereka. Mengapa kepintaranya disalahkan? Padahalkan semua orang juga pasti pengen pintar.
" Siapa juga yang mau gantiin posisi mereka? Kenal aja gak, gimana gue mau bersaing sama mereka. Binggung juga gue!" kesal Pretty
Karena sangat kesal Pretty menendang sebuah batu yang sedang parkir didepannya, tanpa berpikir akan ada korban akibat perbuatannya itu. Dan benar saja baru ditendang lima detik yang lalu tiba-tiba Pretty dikejutkan dengan suara yang meringis kesakitan.
" ADUH!!!Siapa sih yang main tendang-tendang batu? Kurang kerjaan bangat! Kalau sampai gue tahu pelakunya habis dia sama gue!!" kata seroang Preman yang duduk tak jauh didepannya Pretty
Pretty merasa ketakutan, ia berpikir untuk bersembunyi sebelum ketahuan tapi harus dimana. Sedang ia berpikir tiba-tiba tangannya ditarik oleh suatu tangan yang lain dan kulit tangan itu sangat lembut.
"Shuttttt, ini gue!" jari Ridho mendarat dengan cepat dibibirnya Pretty ketika Pretty ingin berteriak.
Preman itu melayangkan matanya kesana kemari untuk mencari pelaku yang telah berhasil membuat sebuah pimpong kecil dijidatnya tapi tak dijumpainya seorang pun dan akhirnya dia memutuskan untuk menghentikan pencariannya. Dan mungkin memilih memaafkan kali. hehehe.
Setelah Ridho melihat keadaan sudah aman ia membawa Pretty keluar dari tempat persembunyian.
" Lo ngapain tendang-tendang batu, mau jadi pesepak bola?" Tanya Ridho pada Pretty
Lihatlah kelakuan dua manusia ini. Giliran kalau lagi deg-degan ngomongnya aku-kamu. Tapi kalau biasa aja jadi Lo-gue.
"Ngak, gue cumen kesal aja gara-gara..." Pretty berhenti berbicara, rupanya dia tak ingin Ridho tau tentang masalahnya.
"Gara-gara apa?" Tanya Ridho penasaran.
" Gara-gara itu, Remini gak mau ikut gue ke perpus" alibi Pretty.
"Yah, maksa bangat jadi orang. Mungkin Remini sibuk kali, udah jangan kesal!" Ridho membujuk Prettty sambil mengelus pelan rambutnya.
Sikap Ridho ini membuat Pretty teringat akan seseorang yang mengelus rambutnya dengan lembut ditaman dan Pretty pun tersenyum. Tapi sayang ingatan Pretty terpaksa harus dihentikan karena Ridho kembali membuka percakapan.
"Prett, lutut lo kenapa? Jatoh yah?" Ridho menghentikan langkah kakinya ketika matanya mendapatkan lutut Pretty dipasang hansaplast.
"Gak papa, tadi gue kepeleset terus gue jatuh." Lagi dan lagi Pretty harus berbohong.
"Kita kerumah sakit aja yah? Takutnya infeksi lukanya."
" Ah lebay bangat, gak papa kok. Tenang aja!" Pretty mencoba meyakinkan Ridho
Ridho terlihat sangat khawatir pada gadis yang saat ini berdiri didepannya, berulang kali dia mencoba membujuk Pretty agar kerumah sakit tapi hasilnya sama saja Pretty tetap menolak.
Karena Pretty menolak kerumah sakit akhirnya Ridho dengan berat hati meminta Pretty kembali keasrama untuk beristerahat.
" Remini belum pulang juga, kemana dia?" Tanya Pretty ketika dia tiba di kamar tapi tak didapatinya Remini didalam.
Pretty mengambil hp yang didalam tasnya lalu menghubungi Remini.
Kring.....kring... hp Remini berbunyi.
" Hallo Ni, lu dimana?"Tanya Pretty ketika Remini menjawab telponnya.
" Iya Pret, dikit lagi gue pulang. Ini gue lagi dijalan, tunggu yah!" Remini langsung menutup telponnya.
Berselang beberapa menit kemudian tiba-tiba hp Pretty bergetar.
" Hallo, ini siapa?"
" Gimana, lutut lo udah sembuh?"
Mendengar suara itu Pretty berpikir itu mungkin Ridho karena hanya Ridho yang tahu kalau lututnya luka tapi ah tidak. Itu bukan suara Ridho tapi lebih mirip kayak suaranya Eun Woo, tapi mana mungkin Eun Woo tiba-tiba menjadi perhatian pada Pretty dan darimana juga dia tahu kalau lututnya Pretty luka.
Bagaimana SUN, seru gak ceritanya? kalau membosankan dan gak menarik kasih tahu aku ya. Terimakasih.
أنت تقرأ
INSECURE
قصص عامةIni cerita gak ada deskripsinya soalnya bingung mau gimana😂 Kalau mau, baca aja! Kalau gak mau juga gak papa! Skip Aja! Tapi bagi yang baca jangan lupa VOMENT!😎
PART 07
ابدأ من البداية
