"sudah dong, pa," jawab Nina dengan suara ceria dan kemudian memakan nasi gorengnya

"kenapa dasi nya tidak dipakai?“ tanya pria yang dipanggil papa

"nanti aja, pa. Minta tolong kak Nino pakein waktu di mobil aja hehe….." jawab Nina sambil nyengir dan melihat ke arah kakaknya yang duduk di depannya

"kamu ini kebiasaan. Belajar pakai dasi sendiri. Minta ajarin kak Nino atau papa," kata papa Nina

"okay, pa. Nanti aku minta ajarin kak Nino aja. Kan papa jarang di rumah," kata Nina dan diangguki oleh papanya 

"Nino sudah punya rencana mau kuliah dimana?“ giliran Nino yang mendapat pertanyaan

"belum, pa. Nino kan masih kelas 11. Jadi belum sempat mikirin sampe ke situ," jawab laki-laki yang duduk di samping kiri laki-laki yang dipanggil papa

"ya sudah. Nanti kalo sudah tau, mau lanjut kuliah dimana, bilang papa ya! Biar nanti papa bantu siapkan berkasnya!" kata papa dan diangguki oleh Nino

Suasana sarapan yang tadinya santai dengan obrolan ringan di pagi hari dan dipadukan dengan dentingan sendok garpu, harus terganggu dengan suara berisik. Suara tangis khas anak kecil terdengar dengan jelas sampai di ruang makan tersebut.

Terlihat wanita muda sedang menggendong bayi berusia 2 bulan. Bayi itu rewel dan mengeluarkan suara tangis yang sangat keras. Beruntung, pria yang dipanggil papa itu sudah selesai makan. Jadi pria itu tidak merasa berisik dan terganggu oleh tangisan itu.

"Kia! Bawa kemarin Dion!" perintah pria itu kepada wanita muda dengan suara tegasnya

Wanita itu langsung berjalan menuju tempat dimana pria itu berada dan memberikan bayi yang menangis tadi. Bayi laki-laki itu menangis sangat kencang, sampai membuat wajahnya penuh dengan air mata.

"cup… cup… cup…." pria itu menimang bayi itu sambil menciuminya "anak papa jangan nangis ya! Anak papa kan hebat! Laki-laki tidak boleh menangis!"

"pa, Nino sudah selesai makannya. Nino berangkat ke sekolah dulu ya," kata Nino

"iya, diantar supir ya. Bulan depan baru papa ijinkan membawa motor sendiri," kata papanya

"iya, pa," jawab Nino sambil beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat duduk papanya untuk berpamitan

Terdengar suara Nina, "Nina juga udah selesai makannya, pa,"

"kakak berangkat dulu adek Dion," pamit Nino kepada adik laki-lakinya dan tidak lupa untuk menciumnya

"iya, sana berangkat sama kak Nino. Kalo kak Nino sudah naik motor, kamu berangkatnya tetap diantar supir! Jangan ikut kak Nino naik motor!" kata papa memberitahu Nina

"okay, pa," jawb Nina sambil beranjak dari duduknya

Nina juga mencium adik laki-lakinya, "kak Nina berangkat sekolah dulu ya. Nanti kalo sudah pulang sekolah, main sama kak Nina. Okay?“

Nino dan Nina berjalan keluar rumah. Dion berada di gendongan papanya pun, juga mengikuti mereka berdua. Pria itu membawa Dion menuju depan rumahnya.

"ayo, kita antar kak Nino dan kak Nina berangkat sekolah," kata pria yang masih menggendong Dion

Pria itu melihat mobil yang mengantar kedua anaknya untuk bersekolah, sudah keluar dari pagar rumah. Dia memegang tangan Dion untuk melambaikan tangannya ke mobil tersebut untuk mengucapkan 'dada.'

"kita duduk disini dulu ya. Dion harus kena sinar matahari, biar badannya sehat, okay?“ kata pria itu sambil duduk di kursi teras

Waktu masih menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Kedua anak pria itu harus berangkat sebelum pukul 7. Kalo lebih dari jam segitu, mereka akan terkena hukuman yang dikarenakan terlambat masuk. Maka dari itu, pria itu masih bersantai dan menemani putra ketiga nya yang masih kecil, untuk berjemur.

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now