4 || Kacang Milik Genta

Start from the beginning
                                    

Rupanya selain menjenguk, Iky juga mengambil tendo milik Erlang saat yang punya tengah sibuk memakan makanan yang dibawakan oleh dia dan Genta.

"Kan Lo bilang ambil ajah." Jawab Iky tanpa merasa bersalah, karena memang dia telah izin dan juga mungkin saat itu posisi Erlang tidak ngeh dan tanpa sadar mengiyakan.

Erlang yang sadar kesalahpahaman itu, tak lama menendang bokong Iky.

"Gue pikir Lo minta apel, Gak mau tau pokoknya balikin tendo gue!!"

"Iya-iya, lagian pelit banget sih tendo lu kan banyak." Jawab Iky lagi sambil cemberut. Ia merasakan sakit di bokongnya.

Erlang hendak membalas sampai teriakan kencang terdengar membuat ketiganya langsung merinding di tempat.

"RICKY ALAMSYAH, GENTA PRATAMA, ERLANGGA NASUTION BAYAR UTANG LO PADA SAMA JAJANAN YANG SEKARANG!!!"

Rupanya itu adalah suara ibu-ibu kantin langganan ketiganya,suara itu pun langsung saja membuat heboh seisi kantin pagi ini.

"Anjing! gue ngutangnya kapan? Tai!" Erlang mengerang tak terima, tapi begitu ia melihat ke arah samping, terlihat kedua temannya memasang wajah pura-pura yang terkesan maksa.

Mata Erlang yang sipit dibuat makin sipit saat memicing, tiba-tiba Erlang manggut-manggut tak jelas.

Tenyata Erlang menyadari sesuatu.

Urat-urat saraf di lehernya langsung saja mengerut menampak, kini Erlang menyeringai ke arah teman-temannya yang menelan ludah gugup begitu melihatnya.

"Oh jadi ini yang dibilang papa harus hati-hati dengan teman, karena kita gak tau kapan kita dijual dan khianati hmmm." Celetuk Erlang tiba-tiba, sambil meregangkan otot lehernya mencoba merilekskan tubuhnya, anak itu seperti tengah bersiap untuk memulai sesuatu.

Iky yang melihat ancang-ancang itu langsung berkeringat panas dingin, kemudian terlintas satu solusi ia pun mendekat ke arah Genta yang masih terpaku tak berani bergerak. Tanpa berucap apapun Iky langsung ngabrit lari sambil membawa serta Genta yang terseret olehnya.

"Mau kemana Lo,, woy?!" Panggil Erlang yang juga hendak bersiap mengejar, sampai tarikan kerah dibelakangnya langsung membuat nyalinya menguar, ia menengok dan terkekeh-kekeh.

"Eh hehe, Bu Maya makin cantik ajah hari ini."

Ibu Maya tidak menggubris godaan dari langganannya, malahan ia mengadahkan tangan meminta.

"Bayar." Ucapnya Galak.

"Ih Bu, mana bisa orang saya juga enggak sekolah, emang ibu gak liat tangan saya diperban gini. Saya itu abis keluar dari rumah sakit bu, abis jatuh dari motor emang ibu gak kasian orang yang ngutangnya juga bukan saya."

Jelas Erlang mencoba meluruskan kesalahpahaman, sambil membuat wajah semenyedihkan mungkin,

Bu Maya yang melihatnya sampai kasihan dibuatnya, lalu melepaskan pegangan di kerah belakang Erlang.

"Bu kata mas Iky tadi ngewa Ayu katanya mas Erlang yang bayarin Bu."

Erlang langsung melotot tak terima, begitu Ayu putri dari ibu Maya menghampiri mereka dan menyampaikan isi pesan dari teman sialannya itu.

"Bu mana bisa, kan bukan saya yang ngutang!" Protes Erlang tak terima.

Bu Maya pun menimbang-nimbang dan dia juga ikut melihat ke arah tangan Erlang yang diperban, tapi kelakuan menyebalkan dari temannya Erlang membuat Bu Maya langsung menggeleng kepala.

"Terserah, pokoknya saya maunya dibayar sekarang urusan lainnya itu mah kalian saja rundingkan. Pokoknya bisnis tetap bisnis !!" Ujaran final Bu Maya, membuat Erlang membuang nafas lelah.

Apes sekali dirinyaa, baru saja masuk uangnya sudah dirampok.

Hahh,

Sudah begitu yang rampok temannya pula, memang susah jadi Erlang, resiko status kaya raya yang tersemat di kehidupannya, membuat ia harus terbiasa dengan dikelilingi teman-teman, yang sialnya tidak ada manfaatnya itu.

Tapi entah kenapa Erlang masih mau berteman, memang sepertinya Erlang terlalu bermurah hati.

Mungkin Tuhan banyak memberikan hal-hal baik di kehidupannya, jadi hal-hal buruk sepertinya dijauhkan dari Erlang.

Ya, kecuali untuk lingkaran pertemanannya yang sudah seperti lingkaran setan itu. Erlang anggap bonus dari Tuhan supaya Erlang bisa bersedekah tanpa harus susah-susah cari orang yang kekurangan, karena temannya dekatnya saja selalu kekurangan. Ah sekarang Erlang jadi merasa kasian, pasti kehidupan teman-temannya itu jika dibandingkan dengannya pasti jauh sekali. Diibaratkan bumi dan langit.

Langitnya Erlang, buminya tentu saja teman-teman miskinnya itu.

Ah senangnya jadi dirinya~

























"Heh! Malah melamun sama senyum-senyum segala, gila kamu? Ini utangnya loh cepetan dibayar."

"E-ehhh,,Iyaa Bu. Tapi lepas dulu ini, saya susah ngambil dompetnya kalo ibu jinjing kayak kucing gini dari tadi."

***

TBC

1 Juli 2022

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now