8

7.7K 592 51
                                    

Kupukul bantal berulang kali lalu kututup seluruh tubuhku dengan selimut. Bodoh Ava, bodoh! Kau baru saja berciuman dengan pria dingin yang sangat kaku, tinggal di tengah hutan, dan tak tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan baik selain memberikan kepuasan. Sekarang aku harus menanggung rasa malu yang tak terhingga ini di sepanjang sisa umurku. Aku tidak akan pernah melupakan seorang pria yang hidup terbelakang meninggalkanku tanpa kata setelah ia mencumbu bibirku habis-habisan.

Demi Tuhan, Adam Knox apa yang sebenarnya salah denganmu? Oh ini murni kesalahanku yang mendorong Adam untuk menciumku. Sekarang situasi di antara kami akan jauh lebih kaku daripada sebelumnya.

Terkutuk!

Suara klakson mobil yang berbunyi berulang kali mengusikku dan memaksaku untuk keluar dari tempat persembunyianku. Apakah Adam belum kembali? Setelah ciuman kami berakhir ia masuk ke dalam hutan dan meninggalkanku yang baru saja mendapatkan pelepasan. Yeah, terdengar payah.

Sampai di depan teras, aku menemukan Sarah berdiri di halaman sambil memainkan kunci mobilnya. Ia tersenyum kepadaku lalu datang sambil berkata, "Ayo, kau sudah siap?"

"A-apa? Siap untuk apa?" tanyaku, kebingungan.

"Adam menghubungiku dan mengatakan kalau kau ingin menginap di rumahku selama beberapa hari"

Menginap? Sialan.

Adam Knox benar-benar menyulut habis emosiku, jika dia ingin mengusirku dari rumahnya mengapa ia harus repot-repot mengirim aku kepada Sarah? Ia bisa mengatakannya langsung kepadaku maka aku akan segera pergi dari rumah ini. Aku kesal bukan main, sikapnya menunjukan bahwa ia adalah seorang bajingan yang tidak tahu bagaimana caranya menghargai seorang gadis. Ia menciumku, kemudian pergi begitu saja, lalu sekarang mengusirku? Apa yang lebih buruk daripada ini?

"Ava?"

Suara Sarah menarik kesadaranku kembali. Aku tersenyum kikuk kepada wanita itu lalu berkata, "Um...Sarah, aku sedang tidak enak badan, aku menginap di rumahmu lain hari saja ya?"

"Oh?" wajah Sarah menyiratkan sedikit kekecewaan, aku tahu dia sangat bersemangat untuk menyambutku di rumahnya.

"Maaf" kataku, meringis.

"Tidak apa aku mengerti kok, baiklah aku pulang sekarang hari hampir gelap, dah"

Sarah pergi sambil melambaikan tangannya kepadaku. Aku membalas lambaian tangan itu sembari mengukir senyum tipis di bibirku sementara benakku tidak henti-hentinya merutuki Adam Knox yang brengsek!

Aku akan pergi dari rumahnya dan dia tidak perlu repot-repot memikirkan di mana aku akan tinggal akan tetapi, sebelum itu aku harus berbicara denganya  terlebih dahulu karena biar bagaimana pun ia adalah orang yang telah menyelamatkan nyawaku. Dan lagi, aku ingin membuktikan kepada Adam kalau tragedi ciuman kami tidak mengubahku menjadi seorang pengecut seperti dirinya.

Malam menjelang dan aku masih duduk di sofa sembari menunggu Adam Knox pulang. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku bangkit dari sofa dan mulai merasa gelisah. Ke mana Adam pergi sampai ia lupa pulang? Dia bahkan tidak membawa truknya.

Oh.

Aku ingin mencari telepon rumah untuk menghubungi Sarah tapi aku baru ingat kalau Adam tidak punya telepon rumah. Rocco yang terus menggonggong membuat perasaanku menjadi semakin kacau, anjing itu tidak tenang seperti biasanya, ia terus berputar-putar di belakang pintu seolah-olah meminta untuk keluar. Aku mendesah gusar lalu menghampiri anjing itu, ia mengelilingi kakiku dan menarik ujung gaunku semakin dekat ke arah pintu.

"Tenang Rocco, kau anjing yang baik bukan?"

Ia tetap menggonggong ke arah pintu.

Aku menatap pintu yang terkunci rapat dan merasa ragu untuk membukanya. Bagaimana jika ada binatang buas menunggu di depan rumah? Atau orang jahat yang tersesat di dalam hutan? Aku benar-benar takut.

Gonggongan Rocco semakin keras seolah-olah kesabarannya mulai habis. Aku tersentak lalu segera memutar kunci dan menarik pintu hingga terbuka. Kosong, tidak ada siapa-siapa selain angin malam yang menyapu kulitku dan mengirim bau alkhol yang menyengat bercampur dengan aroma yang familiar.

Rocco yang menggonggong tepat di bawah kakiku membuat aku tersadar akan sosok pria bertubuh besar yang berbaring tengkurap di lantai kayu teras. Aku terkesiap dan spontan mundur beberapa langkah sangkin terkejutnya.

Adam Knox!

Pekikan kecil lolos dari bibirku setelah aku menyadari bahwa pemilik tubuh itu adalah pria yang kutunggu sejak tadi. Aku menghampirinya lalu berusaha membangunkan Adam yang ternyata sudah mabuk berat.

"Mr Knox! Astaga, bagaimana kau bisa semabuk ini?!"

Aku berusaha keras mendorong tubuh besar itu hingga ia berbaring telentang. Kusingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahnya lalu kurangkum rahangnya yang kokoh sambil menepuk pelan pipinya sesekali, "Adam! Adam! Bangun!" panggilku.

Matanya terbuka sedikit kemudian ia bergumam, "Avaline...."

Avaline? Aku sialan Avarose!

"Ayo masuk ke dalam rumah, aku akan membantumu" kataku.

Ia menggumamkan sesuatu yang tidak jelas sekali lagi sebelum menuruti perintahku. Dengan hati-hati Adam bangkit dari lantai teras yang terbuat dari kayu kemudian aku mengambil satu lengannya dan meletakan lengan dengan berat seratus kilo itu di pundakku.

"Sial" umpatku, merasakan betapa beratnya ia untuk dipapah.

Dengan hati-hati aku membawa Adam masuk ke dalam rumah dan membaringkannya di atas ranjang. Ia terkekeh pelan dan lagi-lagi menggumamkan sesuatu tentang wanita bernama Avaline. Mengenai betapa indahnya rambut panjang kecokelatan milik Avaline, senyumnya yang manis, dan suaranya yang lembut.

Aku membantunya membuka sepatu dan kausnya meskipun aku merasa kesal mendengar ocehan Adam yang tiada habisanya. Aku pikir dia lebih baik diam, aku menyesal pernah mengeluh soal sikapnya yang irit bicara.

"Ava....Avaline, sayang..."

Demi Tuhan aku sangat ingin menyumpal mulut Adam dengan celana dalamku, hatiku panas mendengar semua panggilan mesra yang Adam berikan untuk gadis bernama Avaline itu.

Setelah selesai aku menyelimuti tubuh Adam sampai ke batas dada lalu bersiap-siap untuk keluar dari kamar namun tiba-tiba saja ia memegang lenganku, "Ava...."

Matanya terbuka sedikit lebih lebar dari sebelumnya, "Kau adalah Ava"

"Adam, lepas" kataku. Lidahku bergetar, untuk yang pertama kalinya aku menyebut nama panggilan Adam tepat di depan wajahnya.

"Avaline"

Hatiku hancur berantakan dan tak mampu kejelaskan mengapa, sebab aku pun tidak mengetahui alasannya. Satu yang pasti, aku benci mendengar Adam menyebut nama wanita lain dengan begitu mesra di hadapanku.

"Jangan tinggalkan aku, Ava, aku mohon jangan lagi" bisiknya. Aku tertegun melihat setetas cairan bening yang turun melalui sudut matanya, Adam mengambil kesempatan itu untuk menarikku kemudian ia mendekap erat tubuhku seolah-olah tidak akan membiarkanku pergi.

Aku terhanyut dan menikmati pelukannya yang erat itu tapi kemudian aku sadar bahwa semua ini salah, pelukan ini bukan untukku, melainkan untuk gadis bernama Avaline.

"Aku menciumnya Ava, maafkan aku, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi" gumamnya.

Sesuatu yang tajam merobek-robek hatiku.

"Sulit bagiku menahan diri, dia punya rambut yang sama sepertimu, kulit yang sama halusnya, dan suara yang bahkan mengingatkan aku kepadamu"

Terkutuklah kau Adam jika kau mengingatnya ketika kau menciumku!

Air mataku mengalir tak terbendung. Aku menangis tanpa mengeluarkan suara sementara itu Adam terlalu mabuk untuk menyadarinya. Avaline, di mana kau berada? Bajingan ini sangat mencintaimu tapi kau malah membiarkan dia terjebak bersamaku.

— TBC —

Kira-kira Avaline siapa ya?

Vote+comment for next!

The Touched Of Tarzan (Completed)Where stories live. Discover now