7

8K 597 34
                                    


Duduk di teras sambil mengusap bulu halus Rocco telah menjadi hobiku yang baru, konyol rasanya mengatakan ini sebab aku tidak tahu apa hobiku selama sepuluh tahun terakhir. Yang kuingat aku hanya suka bermain beberapa jenis alat musik dan menonton film di bioskop.

Suara mesin dari belakang rumah terdengar dan membangunkan Rocco dari tidur siangnya. Anjing berbulu lebat itu bangkit dari pangkuanku lalu masuk ke dalam rumah tanpa peduli kepadaku yang sudah memanjakannya sejak tadi, lihat, dia punya sikap yang sama persis dengan Tuannya. Cuek dan dingin, apakah Adam yang mengajarinya untuk bertingkah seperti itu?

Oh.

Omong-omong soal tuannya Rocco, Adam Knox, ia menyibukkan dirinya di belakang rumah dalam beberapa hari terakhir. Sepertinya ia punya tempahan kayu yang sangat banyak atau ia sengaja menghabiskan waktunya untuk bekerja demi menghindariku. Yup, setelah ia tersinggung oleh kalimatku yang tidak bermaksud untuk meragukannya kami  tidak pernah berkomunikasi lagi. Bukannya aku tidak ingin meminta maaf, aku sangat ingin, hanya saja Adam tidak memberikanku kesempatan untuk berbicara dengan belakangan hari ini.

Adam menghabiskan siangnya di gudang dan melakukan pekerjaannya hingga malam menjelang. Dia pergi makan setelah aku selesai makan, dan tidur saat aku ingin bergabung dengannya di ruang tengah. Satu-satunya pilihan agar aku bisa meminta maaf adalah dengan mengganggu jam kerjanya, tapi nyaliku terlalu kecil untuk mengusik Adam yang sedang bekerja. Meskipun aku belum lama mengenalnya tapi aku tahu dengan sangat baik kalau Adam benci pekerjaannya diganggu.

Heck, membayangkan dia akan mencekikku dengan lengannya yang berotot saja sudah membuatku merinding! Tapi baiklah jangan jadi pengecut, aku harus menanggung apa pun resikonya.

Dengan segelas es perasan lemon yang baru saja kubuat aku pergi menuju ke halaman belakang, tempat di mana Adam Knox melakukan pekerjaannya. Rocco yang meninggalkanku beberapa menit yang lalu ternyata kini tengah duduk di atas tanah sambil memperhatikan Tuannya yang sibuk bekerja di bawah terik sinar matahari siang ini.

Adam sedang menciptakan ukiran pada pada daun pintu lemari, ukiran itu ia kerjakan dengan tangannya sendiri menggunakan alat pahat. Aku berdecak kagum melihat hasil ukirannya yang masih setengah jadi, dia benar-benar berbakat di bidang seni.

"Kau? Apa yang kau lakukan di sini?"

Karena terlalu sibuk memperhatikan hasil kerja Adam tanpa kusadari ia telah menyadari keberadaanku dan kini tengah menatapku tajam. Yeah, dia tidak suka aku berada di sini, di tempat paling pribadi untuknya.

"Err...aku membawakanmu minuman" kataku, gugup.

"Aku tidak haus" sahutnya, ketus.

Aku menjauh dari Adam untuk mengisi rongga dadaku yang sesak dengan udara segar. Tanpa izin darinya atau peduli dengan penolakannya, kuletakkan minuman dingin yang kubuat di atas sebuah meja kayu. Rahang Adam mengeras melihat kelancanganku.

"Sudah kukatakan kalau aku tidak haus, Ms Tanner" suaranya mulai meninggi.

Aku menghembuskan nafas pelan lalu berkata, "Kau bisa meminumnya saat kau haus, Mr Knox"

"Dengar, aku tidak butuh perhatianmu, belas kasihan, atau apa pun itu!"

Dahiku berkerut dalam. Aku tidak mengerti dengan apa yang baru saja Adam Knox katakan, memangnya siapa yang menunjukkan perhatian dan belas kasihan kepadanya? Aku membuatkan minuman ini sebagai bentuk permintaan maafku, kutambahkan es agar amarahnya dapat mereda setelah ia meminumnya tapi lihat, dengan melirik air yang kubawa saja ia sudah menjadi kesal bukan main.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Mr Knox?" tanyaku.

"Kau," sahutnya lantang, tapi kemudian aku melihat ekspresi gelagapan di wajahnya namun tidak terlalu kentara, "Aku tahu kau pasti merasa kasihan kepadaku karena aku adalah pria malang yang tinggal sendirian di tengah hutan, tidak menyetrika baju, berpakaian awut-awutan, dan hidup dengan tidak teratur!" cetusnya.

The Touched Of Tarzan (Completed)Where stories live. Discover now