35. Rizal

29.3K 2K 101
                                    

35. Rizal

"I love you little girl, More than how Romeo loves Juliet..."
-Rizal

Rizal menatap kedua tangannya yang bergetar, pria itu mengatur nafasnya berkali kali.

"Dok, jika tidak sanggup biar kami yang mengatasi pasien," beberapa dari mereka mulai merasa prihatin dengan keadaan Rizal yang linglung.

Rizal menggeleng, pria itu langsung maju dan menyentuh tangan Ancia yang terasa dingin.

"Tolong, bantu saya agar dia tetap hidup."

"Baik dok!"

Rizal memejamkan matanya, ia membiarkan rekan rekannya yang memegang pisau bedah, sedangkan ia hanya membersihkan luka luka lebam, ia juga hanya menjahit satu luka robekan.

Rizal mendekatkan wajahnya, suara monitor jantung membelah keheningan malam itu.

Pada akhirnya Rizal meneteskan air matanya setelah operasi berjalan lancar.

Pria itu menyentuhkan keningnya pada kening Ancia. Tangannya bergetar menyentuh luka di kepala sang gadis.

"Tetap bertahan, Cia..."

Di luar sana, Anton nampak frustasi karena lampu merah di atas ruang gawat darurat masih nyala yang menandakan operasi masih berjalan.

"Rizal dokter profesional, Anton... Tenanglah!" Jackson menepuk bahu Anton dengan cukup kuat.

"ANTON!"

"Papa..."

Anton menatap ayahnya ya g datang dengan tergesa, jas pria itu tak lagi berbentuk, dasinya bahkan hilang entah ke mana.

"Bagaimana Cia?"

"Dia di dalam... Seharusnya kami tidak pergi..."

Hendry menghela nafas, pria itu mengacak pelan rambut lebat sang putra.

"Ancia putriku adalah gadis kuat, dia pasti selamat." Ucapnya lirih.

Anton mengangguk. Hendry lalu menuju pintu UGD. Menatap pergerakan di dalam dari kaca bening bundar di pintu.

Ia bisa melihat bagaimana putrinya yang tengah di gantikan baju oleh para perawat.

Hendry juga melihat beberapa kapas yang berwarna merah. Pria itu memejamkan matanya.

Operasi berakhir, karena itulah gorden kaca pintu dibuka, ia ingin sekali masuk dan memeluk putrinya.

Ancia pasti ketakutan, Ancia pasti sedih, gadis itu akan menangis jika tau ia ada di rumah sakit.

"Maafkan papa, sayang..."

-o0o-

"Papa..."

Hendry saat itu tengah menyelimuti Anton yang tertidur di sofa ruangan rumah sakit.

Pria itu terkejut saat sang putri memanggilnya dengan suara lirih.

"Papa..." gadis itu merengek, bahkan menangis saat tau ia ada di rumah sakit.

"It's okey, baby... papa disini..."

"Putri papa, sebentar papa panggil dokter dulu." Pria itu terlihat begitu buru buru menekan bel dan beberapa saat kemudian dokter datang juga dengan tergesa gesa.

"Kondisi nona Ancia sudah membaik, saya juga sudah menyuntikan obat untuknya, hanya saja tolong jangan biarkan nona berfikiran berat karena trauma ringan di kepalanya."

Hendry mendengarkan dokter itu dengan serius.

"Selanjutnya, akan ada dokter Rizal yang datang utuk mengontrol keadaan nona."

Gevina and BrothersWhere stories live. Discover now