27. Definisi Cokelat & Kamera (Vee)

2.9K 507 109
                                    

Halooo!

Siap untuk vote dan spam komen?

Siap untuk memeriahkan cerita ini?

Ok deh, happy reading. Tipo langsung koreksi ya.

Oh iya hampir lupa. Merdeka!🇮🇩

Penulis part: coklatastor

***

Keributan terjadi di rumah Chaerul Saleh siang itu. Suara gedebak-gedebuk barang terdengar riuh dari dalam sebuah kamar.

Siapa lagi yang melakukan kalau bukan Vee?

"Ni, taro situ. Ini, yang ini, and this. Anjir banyak juga."

Vee sedang menata barang-barang bawaannya yang berantakan. Koper yang terguling di bawah meja, tas kosmetik yang ilang dan ternyata nyelip di bawah ransel, kayaknya jatuh dari koper waktu Vee panik milih baju buat nonton film propaganda Jepang yang berujung paranormal experience.

Yah, kalian pahamlah maksud Vee apa. Queen kesurupan of the year yang berulah. Vee sampe mikir, kalo Pipit cocok banget dapet piala citra.

Terus, Nafla. Nafla tuh, cocoknya masuk kategori melotot horor of the year. Abisnya, pelototan Nafla tuh rada-rada mirip sama pelototan dosen pembimbing skripsi.

Aduh, Vee jadi ngeri sendiri memikirkan nasib skripsi yang revisiannya belum sempat diselesaikan.

Bu dosen itu emang galak keterlaluan. Beliau tidak pandang bulu kalau sudah berhubungan dengan skripsi.

Mau mahasiswanya itu seleb kek, anak pejabat kek, anak profesor kek, pokoknya skripsi harus jadi dan berbobot. Lah Vee, mau berbobot gimana?

Kalau begini ceritanya, alamat gak di acc lagi nih skripsi Vee.

Ah, sekarang peduli amat soal skripsi. Nikmati dulu perjalanan sejarah real time di tahun 1944.

"Tinggal ini nih!" Vee melempar ransel besar ke sebelah tasnya yang lebih kecil. Vee memandangi hasil kerjanya. Meski masih sedikit tak beraturan, namun jauh lebih rapi ketimbang semalam.

Setelah puas memandang, Vee menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Tangannya memegang sebatang coklat.

"Pak Falen gak bakal marah kali ya coklatnya gue makan. Lagian, makanan dikasih tuh kan buat diabisin, bukan dipajang doang. Awokawok."

"Eh, apa gue review aja di sini sekalian? Ah mantap. Review makanan di zaman penjajahan. Siapa coba konten kreator yang bikin video seestetik ini? Gak ada!" Vee tertawa-tawa sendiri dengan ide cemerlangnya.

"Starwinter bakalan berterima kasih banget sama gue. Gue jamin, abis ini posisi mereka bukan lagi top 10 brand terbesar di dunia, tapi naik. Top 2, lah, seenggaknya."

Senyum Vee semakin lebar. Banjir atsense telah terbayang jelas di depan mata. Bayaran berlipat-lipat dari Starwinter menari indah di hadapannya.

"Wait. Tapi," Vee kemudian terdiam. Diamat-amatinya kamar itu dengan cermat.

Membuat konten, tempatnya haruslah menarik dan anti mainstream. Di era digital, persaingan para pemburu konten seperti Vee semakin ketat. Mereka berlomba-lomba menarik minat penonton dengan berbagai cara. Belum lagi, netizen selalu meminta lebih, bahkan request yang aneh-aneh dan kadang tidak masuk akal.

Dan kalau tidak sesuai ekspetasi, siap-siap saja dibully.

Makanya Vee cermat banget jika sudah berhubungan dengan konten. Vee harus profesional dong.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang