Dokter itu mengangguk, "tadi perawat menemukan telah terjadi pendarahan —"

PRANGG

"A-apa?"

Nathan hampir terjatuh, nafasnya memburu dengan cepat.

"Cukup ringan, tapi setelah ini saya akan membawa dokter kandungan kemari. Nanti saat nona telah siuman."

"Kalau begitu kapan Agatha siuman, dok?" Daniel angkat suara, saat Nathan hanya diam dengan tatapan kosongnya.

"Paling lambat besok, nona sudah baik baik saja saat ini."

Daniel mengangguk, berterima kasih kepada dokter. Setelah dokter pergi, Daniel lantas menyerang Nathan dengan brutal.

"Lo bajingan bang!"

Pria itu mencengkram kemeja Nathan dengan kesal.

"Agatha masih SEKOLAH! DIA BARU UMUR DELAPAN BELAS KEMARIN!"

"Daddy ga pernah ajarin lu jadi bajingan kaya gini!"

Daniel menonjol rahang Nathan dengan kesal.

"Bang!"

Dengan kekuatan seadanya, Vando menarik Daniel yang murka.

"Kita bicara dulu sebentar,"

Nathan duduk dengan lesu, tangannya mengepal, "aku saat itu sedang mabuk."

Daniel masih menatapnya dengan sengit, "Vando, panggil Daddy ke mari."

###

"Maaf..."

"Tidak mau bangun, hm?"

Nathan menggenggam jari jemari Agatha dengan lembut, ia tersenyum tipis merasakan genggamannya terbalaskan.

Dokter bilang itu hal yang biasa, meski begitu Agatha masih enggan membuka matanya.

"Maaf, Tha..."

Nathan kembali menangis, dan terus begitu hingga ia tertidur. Nathan tertidur dengan kepala yang dekat dengan kepala Agatha.

Keduanya nampak begitu serasi, itu yang dapat di simpulkan oleh Alex. Pria itu menatap Nathan dan Agatha yang tegah tertidur, kedua tangan mereka saling menggenggam.

"Mereka lucu, kan? Nathan kita sudah dewasa, sayang..."

Alex tersenyum, ia seolah tengah berbicara pada istrinya, karena ia merasa sang istri ada di sampingnya.

Keesokan harinya, di tengah terik matahari yang tidak terlalu panas, karena keadaan masih terlampau masih pagi, Nathan merasakan kelegaan luar biasa saat Agatha telah membuka mata indahnya.

"Saya bicara dulu dengannya, tindakan selanjutnya akan saya beri tau."

Dokter mengangguk, dan Nathan langsung menghampiri Agatha.

Pria itu mencium lembut kening Agatha yang sedikit hangat.

"Tha..."

"Hm? Kenapa kak?" Suara Agatha terdengar serak.

Nathan duduk di samping Agatha, tangan besarnya menyentuh perut Agatha dengan hati hati.

Sedangkan Agatha, dia nampak bingung, namun juga resah.

"Kak?"

Nathan mengangguk, "tapi hanya dugaan dokter sementara, aku belum berani bawa dokter kandungan," dan Agatha langsung kehilangan kata katanya. Nathan memeluk Agatha, pria itu menyimpan kepalanya di bahu sempit sang gadis.

"Daddy marah, dia cuma kasih kita dua pilihan." Suaranya terdengar lirih.

"Apa itu?"

Nathan menghela nafas ragu, "pertahankan dan kamu pergi, atau gugurkan dan kamu tetap di sini."

"Gugurkan aja tha, jangan pergi..." Nathan mengeratkan pelukannya, pria itu lelah terus menangis.

Agatha menggeleng, "aku ngga tega, biarkan dia hidup, kak..."

"Tapi kamu nanti pergi, please jangan...🥺" Nathan merengek.

"Kalau aku pergi, apa yang terjadi?"

"I love you, Tha... that's the problem. Aku ngga bisa tanpa kamu..." Nathan makin merengek, tak ingin melepaskan Agatha.

"And I love you more, kak..."

Nathan semakin menangis.

Sedangkan di luar, Alex hanya tersenyum melihatnya.

-o0o-

Nathan menggenggam tangan Agatha, keduanya menatap pada layar monitor yang menampilkan gambar buram dan hitam.

"Nah, lihat ini, tuan dan nona..."

Nathan tak melepaskan penglihatannya dari layar, pria itu bahkan sedikit melotot membuat Agatha tertawa kecil.

"Ini bayi kalian," dokter wanita itu nampak senang, dan Agatha tersenyum lebar melihat titik kecil yang bergerak gerak.

"Itu seperti kacang polong!" Nathan berujar.

Plak! Alex memukulnya dengan kesal, "bayi sendiri dibilang kacang," ujarnya kesal.

Nathan mengelus lengan atasnya yang perih. "Laki laki apa perempuan, dok?"

Plak!

"Belum kelihatan lah, gimana sih kamu ini!"

Alex menggeleng, melihat Nathan yang nampak serius memperhatikan bundaran kecil di layar monitor.

"Hei! Ini papa sayang." Nathan mengetuk ngetuk layar tersebut dengan lugu.

"APASIH."

TBC.

Next Abang Rizal

Gevina and BrothersOnde as histórias ganham vida. Descobre agora