Dia Batu

2K 299 47
                                    

[Mulmed : visual Aldo.]
[I got it from pinterest.]

✓ Ini cerita homo!

✓ Homophobic jangan baca ya?

✓Kalau gak suka skip aja!

✓VOTE NAPA SIH ELAH

[B×B]
°Aldous×Aldo°

❗❗❗

Raffa terus mengeluarkan serapah, begitu menerima lembar tugasnya. Atensinya melirik Dous yang kelihatan tenang-tenang saja dengan dengki. "Lo dapet topik berapa?"

"Tiga," jawab Dous singkat.

"Gue dapet topik satu!" si pucat menunjukkan kertas tugasnya pada Dous. "gue nggak ngerti, gue nggak paham!"

"Salahin otak lo yang macet itu!" Dous mengetuk kening Raffa dengan pulpennya. Direbutnya lembar tugas temannya itu, lalu mendengus geli. "Nggak terlalu susah kok, gue nggak masalah kalo lo mau barter."

"Punya lo makin susah!"

Si rambut pirang mengangkat alisnya. "Terus mau lo apa?"

"Bantu gue nyusun naskahnya. Ya? Ya? Ya?"

Sebenarnya bukan masalah bagi Dous untuk membantu tugas Raffa. Dia pintar, tugas seperti ini ibarat dongeng pengantar tidur baginya. Tapi, Dous jadi tidak bisa mengajari Aldo nantinya. Bagaimanapun, si berandalan itu susah sekali ditemui kecuali saat les. Ah, tapi akhir-akhir ini Aldo jadi sedikit penurut. Wajah Dous berubah sumringah, begitu mengingat bagaimana ekspresi Aldo saat 'membantunya' dua hari yang lalu.

"Dous!" Raffa mendorong bahu Dous, "ngapain lo senyum-senyum?!"

"Gue nggak bisa bantu lo," sebelum Raffa mengeluarkan rengekannya, cowok itu langsung menambahkan, "minta tolong sama anak ekstrak sastra aja."

"Ah, iya! Gue minta tolong sama Diana aja!" Wajah Raffa langsung berseri-seri seketika. "Temenin gue kesana sekarang, ya?"

❗❗❗

"Dous, i-itu kak Aldo!" Raffa menahan langkah Dous. "Tunggu dia pergi dulu, deh."

Dous memperhatikan sosok Aldo dengan penasaran. Mau apa anak itu keruang sastra? Baru saja ia akan menghampiri si kakak kelas, Raffa buru-buru menahannya lagi.

"Tunggu dia pergi dulu, Dous!"

Daripada mendengar rengekan Raffa, lebih baik Dous menuruti ucapannya saja. Lagipula, ia masih penasaran dengan Aldo yang membawa printer kesana. Sejak kapan anak itu mengikuti ekstrak? Diperhatikannya sosok Aldo yang sedang mengomel disana.

"Mana ketua lo?!" suara premannya menggema dikoridor yang sepi.

"S-sebentar kak, saya panggil."

Aldo berdecak, sambil memutar matanya. Beberapa menit ia menunggu, bukan sang ketua ekstrak yang keluar, tapi justru sosok yang sangat ingin ia pukuli. "Oi alumni, mana ketua lo?!"

"Oh, jadi lo yang bikin printer anak sastra hancur?"

"Alumni nggak usah ikut campur!" Aldo mendelik.

Mischievous : Aldous Pontus. (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang