5. Detik dan Harapan

954 278 178
                                    

Selamat membaca!

Asia meneguk minumannya dan membiarkan air dingin tersebut mengalir membasahi kerongkongan yang terasa kering

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asia meneguk minumannya dan membiarkan air dingin tersebut mengalir membasahi kerongkongan yang terasa kering. Lalu tak sengaja, gelas yang hendak di letakkan di meja jatuh ke lantai dan pecah.

Pyarrr!

"Astaghfirullah."

"Ada apa, Nak?" tanya Meisya---Bundanya yang juga ikut terkejut.

Asia mengela napasnya cepat. "Nggak apa-apa, Bun. Cuma gelas Asia jatuh tadi, jadinya pecah deh, maaf ya, Bun," jawabnya sambil nyengir.

Ceroboh banget sih aku, dasar! Asia Asia, kapan sih kamu bisa hilangin sifat cerobohmu ini! gerutunya pada diri sendiri, perlahan ia berjongkok untuk memunguti pecahan kaca yang berserakan dimana-mana.

"Awas hati-hati kakimu kena pecahannya!" peringat sang Bunda.

Setelah selesai membersihkan bekas pecahan gelasnya, Asia memilih keluar dari rumah dan duduk di teras dengan perasaan tak menentu, entah apa yang membuatnya tidak tenang seperti itu.

"Lho ... kok kamu nggak ke kampus?" tanya Meisya heran, padahal tadi ... putrinya itu sudah siap, bahkan sudah menenteng tasnya.

"Dosennya nggak bisa hadir, Bun. Jadi nggak ada jadwal deh, nggak tau nanti juga ada jadwal pengganti."

Meisya memutar bola matanya malas. "Oh, perasaan dosenmu itu sering banget nggak bisa hadir, niat nggak sih jadi dosen?"

"Bunda, jangan gitu lah."

"Yasudah, kalau gitu kamu jaga warung deh ya?" pinta Meisya.

Asia mengangguk sambil tersenyum. "Oke."

Asia membuka ponselnya dan menjelajah media sosialnya. Matanya membola kala membaca berita teror bom bunuh diri di salah satu hotel ternama di Kota Bandung, ia menggeleng, menutup mulutnya tak percaya.

"Astaghfirullah, ini kan tempat Kak Namira?" lirihnya, secepat mungkin gadis itu mencari kontak ponsel kakak perempuannya dan mencoba menghubunginya.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Berkali-kali Asia mencoba menghubungi Namira, namun nihil. "Kak ... kok nggak aktif sih ponselnya."

Rasa khawatir mulai menyerang, Asia mendadak risau, bagaimana jika kakaknya masih berada di hotel itu? Bagaimana jika kakaknya terdampak teror bom itu? Atau lebih buruknya ... ikut meledak bersama dengan bangunan yang telah luluh lantak bersama dengan tanah di sana.

Kakak, panggilnya dalam hati. Secepat mungkin ia beranjak dan berlari menghampiri ibunya.

Sang bunda yang tengah memasak di dapur pun terjingkat kala putrinya menghampirinya dengan napas terengah-engah. "Ada apa?"

Uhibbuki, AlmahyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang