59. Mempersatukan

Mulai dari awal
                                    

Saat melihat Roiden, entah mengapa tubuh Xin Qian langsung bergetar, Niura mengetahui alasannya, karena Xin Qian berpikir bahwa Roiden sama jahatnya dengan kakaknya, Xinxin.

Niura meraih lengan Leng Li dan membawanya pada Xin Qian yang masih menunduk. Xin Qian memandang Niura tak percaya, Niura mengangguk dan membuat Xin Qian berlinang air mata.

"Leng Li?" Xin Qian menatap anaknya bahagia sekaligus sedih melihat kondisinya. Ia berniat mendekapnya namun, anak itu malah menghindar ke arah Niura membuat Xin Qian sedih.

Niura langsung saja berjongkok mensejajarkan tingginya dengan lengli. "Dia ibumu, kau tenanglah, dia baik. Hiduplah dengan bahagia," ucap Niura menenangkan. Dalam sekejap Leng Li mengangguk takut-takut dan langsung berlari ke pelukkan Xin Qian.

Xin Qian tiada henti mengucapkan kata maaf keada Leng Li. Ia menghujani putra satu-satunya itu dengan kecupan rindu.

Roiden yang berada di belakang Niura langsung menghampiri Niura dan mengecup bibirnya membuat Niura membelakkan matanya terkajut.

"Apa yang kau lakukan! Aku tidak suka!"

Roiden menyunggingkan senyuman nakalnya melihat gelagat Niura yang membuatnya ingin menggodanya terus. Bukan, melainkan ingin memiliki Niura sepenuhnya.

"Benarkah? Lalu mengapa pipimu memerah seperti itu? Apakah kau demam?" godanya seraya mencubit-cubit gemas kedua pipi itu membuat pemiliknya kesal.

"R! Diam!"

"Xiao Li ... terimakasih ...."

Niura dan Roiden mengalihkan pandangannya menatap Xin Qian bingung. Xin Qian bangkit berdiri dan memegang kedua lengan Niura penuh rasa penyesalan.

"Terimakasih atas segalanya, dan maaf atas perilakuku terhadapmu dulu. Lihatlah, sekarang Putri Tian Zhi yang dulunya sering membelaku, sekarang dia telah tiada. Kakakku yang seharusnya mendukungku, tak kusangka dia bukan orang itu. A–aku tidak bisa percaya bahwa dia bukan kakakku," lirih Xin Qian tersedu-sedu.

Niura mengernyitkan alisnya bingung. Apa katanya? Bukan kakaknya? Niura melirik Roiden yang sepertinya terlihat biasa saja. Roiden menggidikkan bahunya acuh membuat Niura ingin mengurung mahluk itu. Dengan topengnya saja sudah terlihat jelas bahwa pria itu sangat menjengkelkan.

Niura kembali terfokus pada Xin Qian. "Apa yang barusan kau katakan? Xinxin——"

"Ya. Aku memergokinya dengan Xiuhuan di taman, kemarin petang. Mereka seperti bukan yang biasanya, mereka mengeluarkan sayap hitam dengan api di sudutnya, memainkan sihir warna-warni yang kian bertambah, aku juga mendengar kalau mereka saling sebut dengan nama yang sangat asing. Berhati-hatilah, aku mendengar mereka menyebut namamu saat memainkan sihir yang tersambung ke cacing-cacing parasit di seluruh penjuru."

"Aku tau." Niura menyunggingkan senyumannya tulus. Sesuai dugaannya, ada yang tidak beres dengan cacing ini, dan pastinya ada sangkut pautnya dengan Xiuhuan dan Xinxin. Ia tidak peduli siapa mereka, yang terpenting sekarang, ia harus pergi ke istana setelah mendapatkan undangan dari Kaisar. Entah apa yang membuat Kaisar itu membuat surat secara langsung agar Niura pergi menjenguknya.

"Aku harus pergi ke Istana," ucap Niura dan bersiap untuk pergi dengan menenteng kantung berisi tanaman obatnya. Namun, entah mengapa perjalanannya terhambat, seseorang menarik tangnnya.

"Ada apa?" tanya Niura setelah melihat bahwa orang itu adalah Roiden. Ya, karena lengannya yang lebih besar dan sedikit kasar, auranya juga lebih dingin, dalam sekejap ia tahu.

"Tunggu sebentar," jawab Roiden dan langsung pergi. Niura dan Xin Qian saling pandang, dan akhirnya hanya duduk di sekitaran sembari menunggu Roiden.

Sesekali Leng Li menceritakan kehidupannya di hutan bersama hewan-hewan kotor yang sesekali mengancam nyawanya.

"Ke mana dia? Lama sekali," gumam Niura merasa telah lama menunggu kedatangan pria itu.

"Xiao Li, semua bangsawan ada di Istana, termasuk Heji," kata Xin Qian untuk mengusir keheningan.

Niura sedikit berpikir mengenai Heji. Seingatnya, Heji adalah musuhnya dalam pertarungan Servia saat itu, ya, benar. Heji yang memiliki elemen cahaya dan pengubah cuaca. "Memangnya kenapa?"

Xin Qian membelakkan matanya. 'Apakah gadis ini tidak memiliki kekhawatiran sedikitpun?' batinnya bingung.

"Ada apa?"

"Ah ... itu, suamimu, ah ... maksudku Dewa Roiden telah datang." Xin Qian menunjuk Roiden yang sepertinya tidak datang sendirian.

Roiden langsung mengampiri Niura dan Xin Qian, dengan menarik lengan Yanyang. "Menikahlah kalian. Dan pergi jauh-jauh dari sini," ucapnya membuat Niura membelak.

Berbeda dengan Xin Qian dan Yangyang yang langsung menangis histeris. Mereka melakukan temu rindu yang sangat lama, apalagi dengan kehadiran Leng Li yang semakin melengkapi.

Roiden yang merasa jengah langsung duduk di samping Niura seraya memandangi keluarga bahagi itu. Tak lama rasa kantuk melandanya, hingga ia tertidur di bahu Niura.

"Aish ... bayi besar!"

Niura yang berniat untuk membangunkan Roiden langsung mengurunkannya karena kasihan. Mungkin sangat lelah menjadi seorang Dewa yang walaupun pekerjaannya tidak manusiawi. Tapi——ah memandangi mata di dalam topeng yang tertutup itu seperti melihat seorang bayi.

"R ... bagaimana mereka?" bisik Niura berniat membangunkan. Tidak ada tanda-tanda, yang ada hanyalah erangan lembut. Langsung saja ia tepuk-tepuk pelan pipi Roiden yang seerti tak ada dagingnya, sangat simetris, seperti pahatan kayu.

"Ergh ... apa?" tanya Roiden dengan mata yang tertutup. Niura langsung beranjak membuat Roiden langsung membuka lebar matanya, ah Niura pikir Roiden bakal terjatuh, ternyata kesadarannya masih ada.

Niura memandang tajam Roiden dengan tangan yang mengepal. Roiden yang tidak tahu apa maksud dari tatapan itu langsung memberikan Niura bebek kayu setelah ia memberikan Niura ayam kayu.

"Maaf, masa waktu saya untuk bermain itu sudah tidak berlaku," cibir Niura sangat formal membuat Roiden tersadar akan niatnya. Langsung saja ia menghampiri Yanyang dan Xin Qian.

"Menikah dan tinggalah di Pulau Chang, pulau di mana penduduknya mengalami nasib yang sama. Sangat terpencil dan hanya ada kesejahteraan. Tidak usah kemambali ke sini, aku akan mencari tangan kanan yang lebih becus darimu."

Hei, sebenarnya Roiden itu berniat membantu atau mencibir, sih? Langsung ia buatkan cahaya hitam di sekelilingnya. Ia menatap Niura dengan tatapan perpisahan.

"Jagalah dirimu di Istana, berhati-hatilah dengan Xinxin, Xiuhuan dan Heji! Aku akan menyelamatkan dunia!" kata Roiden bersemangat. Dalam sekejap mereka langsung lenyap.

Meninggalkan Niura sendirian, tanpa apapun.

Niura bahkan melupakan penyakitnya, ia tidak bisa sembarangan meracik ramuan ini, harus dengan peralatan yang layak. Mungkin di Istana ia akan meminjam ruangan privasi.

"Teruslah berbuat baik walau tidak niat."

Princess of Rainbow Element [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang