8.Goyangan Bunda

Comincia dall'inizio
                                    

"Sabar Bun, kalo sabar rambutnya hitam" cetus Sintya sambil mengelus bahu Aira yang sekarang duduk di sebelahnya.

Aira yang mendengarnya sedikit bingung apa nyambungnya coba? Pikirnya.

"Kok rambutnya hitam sih?" tanyanya, pasalnya biasanya orang kalo bilang *Sabar kalo sabar di sayang Tuhan* lah ini malah rambutnya hitam?.

"Iya kalo gak sabar kan jadi suka marah-marah, terus kalo suka marah-marah kan cepet tua, terus lagi kalo cepet tua kan rambutnya putih, jadi Bunda yang sabar aja biar rambutnya hitam gak cepet putih" jelasnya panjang lebar bin blo'on yang malah membuat Aira semakin frustrasi. Kasihan Bunda Aira.

"Iya kan Bun?" tanya Sintya antusias seperti anak kecil yang minta pujian.

"Iya kamu bener banget, anak pinter" jawab Aira setelah menghirup oksigen banyak-banyak untuk menyetok kesabaran, sambil mengelus kepala Sintya sayang. Yang sebenarnya greget pengin menjambak.

"Tuuh kan bener... Sintya kan emang pinter" bangganya.

Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka..

Ceklek

"Udah Bun.. gimana?" Sadira keluar dari kamar mandi dengan long dress buatan Aira, yang sebenarnya tidak terlalu PD, karena tidak terbiasa memakai dress.

"Waaah Sadira cantik banget, cocok deeh iya kan Bun?" taulah siapa yang suka heboh.

Dan kali ini Aira setuju, karena anak sulungnya kelihatan cantik memakai dress yang Ia buat dan Aira bangga buatannya sangat pas di pakai anaknya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Dan kali ini Aira setuju, karena anak sulungnya kelihatan cantik memakai dress yang Ia buat dan Aira bangga buatannya sangat pas di pakai anaknya.

"Iya bener kamu cocok banget pakai itu, gak salah Bunda buatin kamu Dress, tangan Bunda emang Perfeck" bangganya yang membuat Sadira malas.

"Ini cuma kurang di make up, sini-sini biar Bunda poles, biar gak kalah nanti sama yang ulang tahun" dengan antusias Aira menarik tangan Sadira untuk duduk di depan meja rias.

"Ya elah Bun.. Gak usah di poles segala lah, risih tau gak Bun. Gini aja udah cukup kok" Sadira memang paling malas berurusan dengan alat-alat kecantikan yang menurutnya ribet bin risih.

"No no no, pokoknya kamu harus Bunda poles titik gak pake koma" kesempatan langka bisa memoles anaknya takkan Aira sia-siakan. Jangan harap Sadira lolos. Sadirapun hanya bisa pasrah.

"Tuh lihat kan, kamu tuh Cantik sayang" ucap Aira melihat anaknya yang semakin cantik setelah berhasil Ia poles sedimikian rupa.

"Aku udah cantik dari lahir kali Bund" ucap Sadira percaya diri.

"Ya iya lah Ra.. Kan hasil goyanga Bunda" ucapan polos Sintya sukses membuat dua Ibu dan anak itu melotot.

"SINTYA..." seru mereka serempak dengan wajah merah malu, apalagi Aira. Dan Sintya yang mendengarnya hanya menggaruk hidungnya bingung.

"Emang salah ya?" tanya Sintya dengan muka polosnya.

"Sayang... kamu dapet kata-kata kaya gitu dari siapa?" tanya Aira lembut, tak lupa tatapan matanya yang menajam melihat Sadira. Karena mengira Sadiralah yang meracuni otak polos bin blo'on Sintya.

Sadira yang melihat tatapan Bundanya pun jadi gelagapan, karena Dia juga tidak tahu siapa yang berani meracuni otak Sintya. Awas saja orang itu, jika sampai Sadira yang di marahi, maka akan Ia pastikan orang yang telah meracuni otak Sintya akan mendapatkan lebih dari apa yang Sadira dapatkan.

"Dari Instagram niih liat.." Sintya menunjukkan sebuah akun bernama @mamah.muda official yang mengupdate sebuah gambar dengan kalimat 'Anak Papah hasil goyangan Mamah'.

"Ya ampun..." setelah mengatakan itu, Sadira langsung merebut ponsel Sintya dan memblokir akun bernama @mamah.muda official, apalagi setelah melihat beberapa gambar tak seno'oh seperti berciuman, si cowok memberikan kissmark pada leher si cewek, yang jika di biarkan bisa menjadi virus di otak Sintya. Karena memang Sintya tidak mengetahui hal-hal yang berbau iya-iya, dan kalau sampai tahu bisa berabe seperti sekarang...

"Tya kan anak Papa, berarti hasil goyangan mama juga kan Bund?" tanya Sintya dengan muka penasaran, karena yang ada di pikirannya sekarang, Mamanya Sinta sedang bergoyang dangdut ala Dewi Persik.

Tidak tahu kah pertanyaanya membuat Ibu dan Anak itu bingung harus menjawab apa, kalo di Iakan pasti Sintya akan bertanya lebih jauh lagi, dan ujung-ujungnya juga mereka yang bingung menjawab.

"Looh anak-anak Ayah belum berangkat" ucap Saddam Ayah Sadira yang baru saja masuk membuat Aira dan Sadira menghela nafas lega, karena mereka tidak harus menjawab pertanyaan Sintya yang bak anak TK.

Saddam pun bingung melihat Istri dan Anaknya seperti habis terlepas dari sebuah beban berat, terlihat dari ekspresi mereka.

"Ayah Damdam, iya nih Dira dandannya lama, masa mau ke Party make kaos oblong" Damdam panggilan dari Sintya untuk Ayah Sadira itu, dulu waktu Sintya kecil masih susah untuk berbicara, selalu memanggil Saddam dengan Damdam sudah di benarkan, tapi tetap memanggil Saddam dengan Damdam. Karena capek membenarkan jadi semua membiarkan saja, dan jadilah keterusan sampai sekarang.

"Terus aja terus, ledekin sampe kiamat sekalian" Sadira memutar bola mata malas, melihat Sintya yang memang selalu mengadu tentang kelakuan Sadira kepada Saddam Ayahnya.

"Dira ngomongnya gak boleh kaya gitu,sayang" tegur Saddam, walaupun dengan lembut tapi tetap saja membuat Sadira jengkel.

Melihat Anak sulungnya mulai jengkel, Aira bersuara..

"Sudah-sudah ...ini waktunya para tuan putri untuk pergi ke pesta" seru Aira.

Bisa berabe kalo Sadira kesalnya sudah over, bisa-bisa make up yang sudah Aira poles di wajah anaknya akan sia-sia, karena Sadira kalau kesal suka greget dan berakhirlah wajahnya yang akan di acak-acak sebagai pelampiasan, aneh memang tapi itulah kenyataannya. Ingin mengacak-ngacak wajah Sintya, nanti yang ada malah semakin menjadi aduannya pada Saddam. Yasudahlah.

See You Next Time gaess 👋

Sekian dan Terimakasih 😊

VOTE+COMENT KALO SUKA 😍

Kritik dan saran para Pembaca yang budiman❤💛💚💙💜 🙏

SARDEN ¤® SINDEN Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora