Bagian 20

20.7K 3.5K 544
                                    

"Duduk disini aja, mau?" Juyeon menawarkan sebuah tempat duduk kosong yang ada di kantin dan Hana hanya mengangguk sebagai tanda setuju.

"Mau pesen apa? Biar gue aja yang pesen," tawar Juyeon lagi kepada Hana.

"Gue roti aja," jawab Hana, karena itu makanan paling murah yang ada di kantin.

Sontak Juyeon mengerutkan alisnya." Ini udah siang, bukan pagi. Nasi kek."

Hana hanya menggeleng pelan dan tersenyum tipis." Gue gak laper. Itu aja."

Diam-diam Juyeon menaruh khawatir pada gads itu. Namun dengan segera Juyeon mengangguk dan berniat memesan makanan.

"Gue bakso yang gede, pake sambel," kata Jaemin kemudian yang membuat langkah Juyeon terhenti.

Juyeon mendelik." Dih? Sape lo? Pesen sendiri lah! Punya kaki kan lo? Punya tangan kan lo?Iya dong, masa enggak."

"Biar sekalian lah! Lo kan mau pesen. Kenapa harus gue yang pesen kalo ada lo yang mau mesen?" Jawab Jaemin enteng.

Juyeon memutar bola matanya malas dan berniat membalas ucapan Jaemin, namun tidak jadi karena tiba-tiba Hana berdiri.

"Yaudah gue aja yang pesen. Ju, lo mau apa?"

Jaemin dengan sigap berdiri tak terima." Gak! Jangan lo yang pesen! Biarin aja si Juyeon yang pesen, lo duduk manis aja!"

Juyeon memperhatikan Jaemin yang sedang mengoceh dan lagi-lagi ia memutar bola matanya malas dan menghela nafas pasrah.

"Yaudah, gue aja yang pesen."

Setelah mengatakan itu, Juyeon pergi meninggalkan mereka berdua. Hana dan Jaemin kembali terduduk. Namun seperti ada yang salah dengan Hana, gadis itu terlihat lesu.

"Lo kenapa?"

Sontak Hana menoleh ke arah Jaemin kaget. Namun sedetik kemudian, ia menarik simpul ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. Matanya langsung melebar, tidak seperti tadi.

"Enggak kenapa-kenapa. Emang gue kenapa?"

Jaemin langsung mengerutkan alisnya. Hana memang seperti ini, tidak mau bercerita sedikitpun. Bahkan saat Hyunjin pertama kali bermain fisik, Hana tidak pernah menceritakannya, sampai akhirnya Jaemin tau sendiri dan melihat sendiri kejadian itu.

"Bokapnya Hyunjin bilang apa? Lo gak di apa-apain kan?" Mendadak raut wajah Jaemin menjadi sendu dan khawatir.

"Gak ada apa-apa. Yang penting beasiswa gue gak jadi dicabut."

Hana tersenyum hangat, seakan-akan memberi tahu Jaemin bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Betewe, makasi ya Min, udah nolongin gue tadi," ujar Hana penuh perasaan tulus.

Siapapun bisa merasakan ketulusan Hana setiap kali gadis itu berbicara.

Tiba-tiba saja Jaemin tersenyum kecil. Ia senang bisa membantu Hana, walaupun kejadian di kelas tadi bukan apa-apa baginya. Ia akan melindungi Hana apapun, itu mulai sekarang. Karena ada Juyeon:"

Sedangkan disamping meja mereka, Hyunjin dan yang lain baru saja datang. Namun Hyunjin tak seperti biasanya, ia mengabaikan keberadaan Hana yang berada tepat disampingnya. Hana juga bersyukur jika Hyunjin tidak mencari gara-gara dengannya, walaupun cuman hari ini. Hana akan sangat bersyukur.

"Jin, tu ada Hana di samping lo. Gak mau gangguin?" Kompor Bangchan.

Hyunjin hanya melirik malas ke arah Hana yang sedang berbicara dengan Jaemin.

"Males, gue laper," kata Hyunjin." Yen, pesen makanan sana!"

Jeongin yang baru saja mendaratkan bokongnya pun langsung mendelik tak terima.

"Suruh Changbin aja lah! Gue capek," jawab Jeongin sedikit malas.

Hyunjin berdecak." Ck, emang lo berdua anak mami! Manja banget jadi orang! Tinggal pesen aja napa sih! Menye-menye mulu lo!"

Jeongin dan Changbin langsung terdiam. Jeongin sebenarnya ingin membalas, tapi takut. Jeongin dan Changbin tidak semanja itu padahal. Jeongin hanya lelah, karena tadi habis dihukukm bersihin lapangan basket, soalnya tadi habis bolos.

"Ya kenapa bukan lo aja yang mesen?" Kata Felix yang akhirnya bersuara.

Felix kesal, ia kesal melihat wajah Hyunjin. Ralat, bukan kesal, tapi esmosi.

Sontak semua tatapan mengarah ke arah Felix. Felix sebelas dua belas seperti Lino dan Seungmin. Kebanyakan diam. Tapi saat ini, pemuda itu tak bisa mengontrol perasaan kesal nya.

"Lo nyuruh gue? Berani juga lo-"

"Keliatan banget disini siapa yang anak mami. Eh bukan anak mami, tapi anak papi. Lo kan gak punya mami."

Mendadak satu kantin menjadi hening. Semua pasang mata menatap ke arah Juyeon yang berdiri di antara meja Hyunjin dkk dan Hana sembari memegang nampan berisi makanan.

Hana dan Jaemin yang melihat itu langsung membulakkan mata sempurna ketika Juyeon tiba-tiba menyahut dan membuat seisi kantin menajadi hening.

Hyunjin menatap Juyeon, seakan-akan ingin memukul cowok itu. Kakinya ingin melangkah mendekati Juyeon, namun Lino langsung berdiri dan membuat seluruh kantin menaruh atensi padanya. Lino menatap Hyunjin tajam, seakan-akan mengatakan jangan melakukan apapun pada Juyeon, kembarannya.

Hyunjin hanya bisa memendam emosinya.

Buru-buru Hana menarik Juyeon yang sedang memegang nampan itu. Hana menarik Juyeon paksa, agar laki-laki itu duduk. Namun mata Juyeon terus menatap tajam Hyunjin, begitu juga sebaliknya.

"Lo ngapain anju! Nyari mati apa lo!?" Sarkas Jaemin berbisik.

Juyeon hanya diam, tak berniat membalas perkataan Jaemin, melainkan lebih memilih memberikan pesanan Hana dan Jaemin. Atomosfer di kantin menjadi menegang, tapi Juyeon bersikap bodo amat.

"Lo jangan nyari masalah," peringat Hana lembut dan hanya dibalas senyuman hangat oleh Juyeon.

"Gue gedeg elah," jawab Juyeon sambil membuka minuman botol." Apa lo liat-liat!" Juyeon kembali melayangkan sinisnya, karena Hyunjin masih menatapnya tajam.

Selang beberapa menit, Hyunjin baru berhenti menatap Juyeon dan lebih memilih berjalan ke kelas.

"Emang iya si Hyunjin gak punya ib-"

"Gak usah dibahas, gak sopan," potong Hana cepat, memotong ucapan Jaemin.

Dan Hana baru menyadari bahwa ini bukan pesanannya. Ia tak memesan nasi goreng dengan porsi jumbo.

"Lah? Ini punya lo? Roti gue mana?" Tanya Hana sambil menatap meja, berusaha mencari roti yang ia pesan tadi. Jaemin yang sedang melahap bakso nya ikutan mendongak dan mencari roti Hana.

"Roti nya abis. Jadi gue pesenin nasgor aja."

Hana menatap lamat-lamat nasi goreng itu. Sepertinya sudah lama sekali ia tidak makan nasi goreng yang ada di sekolah. Terakhir kali saat awal-awal masuk sekolah.

"Ntar gue ganti uang nya ya, Juju."

"Gak usah kal-"

"HEH! JUJU APAAN! JA JU JA JU," cerocos Jaemin dengan mulut penuh bakso.

Juyeon baru menyadari bahwa Hana memanggilnya dengan sebutan lain. Sedangkan Hana meringis ketika Jaemin menaikkan nada suaranya.

"Kalo Juyeon Juju, gue Jaja?" Cibir Jaemin.

"Cari aja lagi si Jojo," balas Juyeon.

"Elo nana aja," ujar Hana.

























Kalian suka gak sama cerita kayak gini?🤧

Bully You | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang