56. Tiga kekuatan magis

Mulai dari awal
                                    

"Oh, sudah pagi?" keluhnya lirih. Niura berusaha mengingat-ngingat kejadian semalam. Sepasang bola matanya beredar memandangi ruangan besar ini. Ada satu pintu tertutup rapat dengan jendela yang ditutup pula. Perlahan Niura mulai teringat kembali akan misinya. Niura jelalatan mencari keberadaan peti yang ia trmukan itu berada. Dimana ia meletakkannya semalam? Ia yakin sebentar lagi akan ada orang yang membukakan pintunya.

Niura bangkit, melipat tikar tidurnya dan meletakkan kembali buku-buku usang yang ia jafikan bantal ke tempatnya. Dan Niura pula telah menemukan peti itu kembali, di lemari yang membawanya menuju patung alkemis, kemarin.

Berpikir lebih lama, Niura bersukur sekali karen masih menggunakan cincin ruang, segera ia masukkan peti tersebut ke dalam cincin itu. Melakukan ritual mandinya, dan mematung menunggu seseorang, entah siapa.

Sebuah suara decitan pintu mulai terdengar setelah sekian lamanya. Lupakan berapa banyak darah yang telah Niura buang, rasanya sebentar lagi kematian akan menjemputnya. Roiden juga tidak berkunjung pagi ini.

Langkah kaki terdengar semakin dekat, kian membuat debaran jantungnya melaju cepat. Suara langkah kaki teratur, diikuti oleh suara hentakkan yang sepertinya tongkat, membuat pikirannya makin bertautan.

Dan pintu telah terbuka. Niura dengan jelas memandang seorang pria dengan topeng perak yang bertengger di setengah wajah bagian atasnya. Dengan menghentak-hentakkan tongkat sihir ke lantai bersalju. Pria itu adalah Master Luo, gurunya.

Master Luo sedikit teriris hatinya melihat keadaan muridnya yang mendapatkan ketidak adilan, namun, dirinya juga masih tidak terima dengan sikap Niura yang selalu merendah-rendahkan Shunzui, murid kesayangannya. Ia mendekat, meletakkan semangkuk sup ikan di nakas, berharap Niura memakannya.

"Kau sudah bersiap? Kembalilah ke asrama dan langsung pergi ke kelas, sebentar lagi kelas akan segera dimulai. Makan ini terlebih dahulu. Aku tau kau pasti bertambah sangat pintar setelah sepekan berteman dengan buku," lontar Master Luo datar.

Niura bangkit tanpa ada niatan untuk membalas, atau menyapa gurunya. Segera ia lewati pintu yang menjadi tempat sandaran pria gila itu. Tak peduli bagaimana reaksinya, tanpa ia sadari saat ia melewati nakas, sup ikan itu tersenggol hanfunya dan tumpah, tepat mengenai kaki Master Luo.

Master Luo menatap tajam Niura di balik topengnya, namun, ia masih bisa sabar. Master Luo adalah guru terbaik di negeri ini, ingat itu! Dia orang tersabar, dan yang paling tampan! Menurutnya.

Niura berbelok ke arah kiri, menuju asrama saat gurunya masih memperhatikannya, tentu saja itu sebagai menarik kepercayaan. Niura membalikkan tubuhnya, memandang ke arah belakang dimana guru itu berada, ternyata ia berjalan sudah cukup jauh hingga gurunya tidak terlihat.

Tidak ada kata sedih dalam hidupnya. Segurat senyuman licik tergambar di bibirnya, segera ia putar balik arahnya, ke barat daya. Ia berlari terburu-buru menuju bangunan utama, temat dimana para legenda berada, Nyonya Nil dan Nyonya San misalnya.

Niura berlari tanpa mempedulikan sekitar, berkali-kali seseorang merutuki dan mengutuknya karena ditabrak masal oleh Niura. Tanpa menoleh sedikitpun, Niura berhasil memasuki ruangan besar itu. Untungnya tidak ada penjaga, atau ia akan dihukum lagi oleh Master Luo, guru gilanya.

Deru napasnya terengah-engah saat tubuhnya telah tiba di pintu ruangan dimana kedua legenda alkemis itu berada. Semoga keberadaannya tidak mengganggu.

Nil yang tengah menandatangani sebuah berkas dengan San langsung menoleh spontan ke arah pintu, ia——ralat, mereka terkejut melihat sosok Niura yang sangat berantakkan dengan membawa sebuah peti di tangannya.

Niura mengeluarkan peti itu dari cincin ruang saat masih berada di pintu ruangan.

Segera kedua legenda itu berdiri, menghampiri Niura yang tanpa sadar air matanya menetes.

Princess of Rainbow Element [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang