Chapter III : Telat

12 4 0
                                    


Sudah beberapa kali Mamanya mencoba membangunkan Adisa, tapi tetap saja anak gadisnya satu itu tak kunjung bangun dari tidur pulasnya. Bahkan Arisa sampai menyarankan agar Adisa disiram air dingin supaya bangun.

"Adisa belum bangun juga, Ma?" tanya Arisa jengah melihat Mamanya mondar mandir dari ruang makan ke kamar Adisa. Mamanya menggeleng, ingin kembali beranjak ke kamar Adisa. Namun, Arisa sudah berdiri mendahului.

"Biar Arisa aja, Ma. Arisa mau ceburin ke bak mandi." katanya berlalu pergi dari hadapan sang Mama. Mamanya yang mendengar itu panik, segera menyusul Arisa.

"ADISA! WOI! BANGUN!" teriak Arisa sambil mengetuk pintu kamar Adisa.

"Dikunci, Ris." kata Mamanya memberitahu.

"Hm awas, Ma, Arisa mau dobrak pintunya." Mamanya mundur, kemudian Arisa mengambil ancang-ancang untuk segera mendobrak pintu kamar Adisa.

Satu ... dua ...

Tiga!

"Hiyaaaaaa!"

Ceklek

Brukh

"Aduh sakit," keluh Arisa yang terkapar di lantai kamar Adisa.

"Kok dibuka?" Ini Mamanya malah nanya Adisa, gak bantuin Arisa yang terkapar di lantai.

"Suara ribut-ribut buat Adisa bangun sih," jawab Adisa tanpa dosa. Padahal sedari tadi Mamanya sudah ribut koar manggil namanya dan dia gak bangun-bangun. Dan sekarang malah buka pintu, katanya ada ribut. Sungguh hal yang patut diacungkan jempol.

"Ih kamu ini. Ya udah sana mandi terus sekolah!" titah sang Mama kemudian berbalik pergi. Sedangkan Arisa masih tiduran di lantai, merasakan tubuhnya yang sakit akibat terjatuh tadi.

"Kak, aku mau mandi, pergi sana gih!" usir Adisa dengan blak-blakan. Arisa yang diusir hanya menatap tajam Adisa, kemudian bangkit dan melangkah pergi meninggalkan Adisa.

Setelah semua pergi, Adisa menutup pintunya kembali. Dan meraih handuk, bergegas mandi lalu menuju ruang makan.

***

"Siap gerak!"

"Kepada pemimpin upacara, hormat gerak!"

Seluruh peserta upacara mengikuti rangkaian upacara hingga akhir. Dan kini penghormatan terakhir kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara. Upacara pun selesai, ketika pembina meninggalkan lapangan upacara. Seluruh peserta upacara pun diizinkan meninggalkan lapangan upacara.

Namun, tidak bagi siswa-siswi yang telat. Mereka masih harus diam berbaris lagi sampai hukuman menjerakan mereka. Dan salah satu di barisan kelas 12 itu ada Adisa.

Guru BK yang bertugas jaga mengabsen nama mereka satu persatu. Ternyata kebanyakan dari kelas 10 dan 11. Kelas 12 hanya dua orang, yaitu Adisa dan ....

"Aditya!"

"Saya pak!" ucap Adit lantang.

"Kamu ini telat-telat mulu! Kapan sih gak telat?!"

"Jika tiba waktunya, Pak," balas Adit enteng membuat guru BK itu mendecih.

"Sudah. Adisa dan Adit, kalian ini kelas 12 harusnya kasih contoh sama adik-adik kelasnya. Bukan malah ikutan telat," omelnya pada Adisa dan Adit yang hanya mengangguk pasrah.

"Karena ini telat pertama kamu, jadi kamu hanya diberikan SP." kata guru itu pada Adisa yang mencicit pelan. "Dan kamu, Aditya. Kamu juga hanya diberikan SP hari ini," lanjutnya kembali melihat bukunya.

"Ya sudah, kalian berdiri di bawah bendera itu sambil hormat sampai jam pelajaran pertama selesai! Paham?!"

"Paham, Pak!" jawab Adisa dan Adit kompak.

Akhirnya, mau tak mau keduanya berdiri di bawah bendera yang baru saja dinaikkan ke tiang. Mereka hormat menghadap bendera. Sesekali Adisa bernyanyi mengiringi hormatnya dengan lagu kebangsaan Indonesia.

"Adisa, kamu kenapa telat?" tanya Adit memecah keheningan di antara panasnya lapangan ini.

"Telat bangun, Dit. Terus ketinggalan bus juga," jawab Adisa mendapat anggukan dari Adit. "Terus kalo kamu, Dit?"

"Nganter koran dulu, Dis." jawab Adit kembali mendongakan kepala menatap bendera merah putih yang berkibar di sana. Sedangkan Adisa mengangguk lemah, kemudian mengikuti teladan Adit.

Keduanya hormat dengan khidmat, dan ....

Brukh!

"Adisa!" Adit menarik tubuh Adisa yang tergeletak tak sadarkan diri, ia segera membopong Adisa menuju UKS.

***

"Adit ..." lirih Adisa yang merasakan seseorang berdiri di samping ranjang.

"Adisa, gimana? Udah mendingan?" tanya seorang wanita berpakaian serba putih yang berdiri di samping ranjang.

"Tante siapa?"

"Kamu di rumah sakit, Adisa. Tadi yang bawa kamu keluarga kamu. Itu Mama sama kakak kamu nunggu di luar." ucap wanita itu menjelaskan. Adisa mengangguk lemah, tak dapat berpikir untuk saat ini. Bahkan tenaganya untuk berbicara lebih lanjut pun tak ada.

"Adisa, kamu gimana sayang? Baik-baik aja kan?" Mama Adisa nyelonong masuk tanpa permisi karena terlalu khawatir.

"Maafin Mama saya, Dok." ucap Arisa kepada wanita itu atas kelancangan Mamanya. "Tidak apa-apa, Nak. Kalo begitu saya tinggal dulu ya." Arisa mengangguk menanggapi, kemudian wanita itu sudah melenggang pergi.

"Ma, tadi Adit kan yang nolongin aku?" tanya Adisa pelan, dan Mamanya balas dengan menganggukan kepalanya.

"Terus Adit mana, Ma? Balik ke sekolah kan?" Dengan sisa-sisa tenaganya Adisa bertanya.

"Dia udah balik, Dis. Gak tau ke sekolah apa gak," Arisa menyahut, kemudian duduk di kursi samping ranjang. Sedangkan Mamanya masih menampakkan wajah khawatir pada anak bungsunya itu.

"Adisa gak apa-apa kok, Ma." Mamanya mengusap puncak kepala Adisa. "Tapi Mama khawatir sayang ..."

"Iya aku juga khawatir tau, Dis. Ya walau tadi pagi kamu kurang ajar sih," ujar Arisa masih setia duduk tanpa melakukan apapun. Adisa terkekeh pelan, mengingat tadi pagi ia jahil pada kakaknya satu itu.

"Oiya nanti Papa bakal pulang dari luar kota loh, Dis." Arisa kembali membuka topik pembicaraan.

"Beneran?" tanya Adisa antusias membuat Mamanya tersenyum senang melihat Adisa yang seperti ini.

"Iyalah, masa aku bohong sih. Kan Mama bilang gak boleh bohong, iya kan, Ma?" Mamanya mengangguk setuju dan Arisa tersenyum jemawa membuat Adisa mendelik.

"Heh kamu jangan sewot dong! Sekali-kali buat kakakmu ini jadi perfect sister gitu loh," ucap Arisa sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.

Setelahnya, Adidas hanya mendengarkan Arisa dan Mamanya bercerita. Karena tenaga yang belum pulih untuk mengheboh ria.

Andai kamu tau, Dit, hari itu aku mulai memikirkanmu.

.

.

.

.

.

● Diikutsertakan dalam #challangenovelet45hari yang diadakan oleh KomunitasCIA

 Sang Masa Lalu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang