DUA

1.3K 93 7
                                    

Rasanya sakit. Saat aku bahkan tidak mengetahui wajah ayahku, aku malah dituduh sebagai pembunuh ayahku sendiri.

🧸🧸🧸

Pembunuh ayahnya sendiri.

Sebuah kalimat yang terus-menerus menghantui Ayyara selama dia hidup. Sebuah kalimat yang mampu membuat hidupnya terus menerus merasa tertekan lantaran tidak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi.

Tidak pernah tau, dan tidak ingat sama sekali mengapa dirinya bisa dijuluki seperti itu. Dia tidak mengerti kenapa bunda dan juga adiknya menyebut dirinya sebagai pembunuh. Apa kesalahannya?

Ayyara bahkan tidak pernah tau bagaimana rupa dari ayahnya . Itulah yang Ayyara ketahui hingga sekarang tentang dirinya. Dia bahkan tidak diperbolehkan melihat wajah ayahnya walau hanya dalam bentuk sebuah foto. Sakit sekali rasanya saat tidak diperbolehkan mengetahui wajah orang tuanya sendiri.

Tidak ada yang memberitahu dan menjelaskan padanya sebenarnya apa yang terjadi dengan ayahnya hingga sejak berumur tujuh tahun, dirinya sudah diberi label pembunuh oleh ibunya sendiri. Yang Ayyara ingat, sejak berumur tujuh tahun dia sudah terduduk di atas kursi roda dengan keadaan bisu.

Gadis kecil yang terus terdiam, terdiam ketika manik sayunya itu melihat anak seumurannya bermain dan tertawa bahagia.

Sedangkan dirinya? dirinya hanya terduduk mengenaskan di atas kursi roda, memandang dari jendela kamarnya tanpa ada yang mau mengenalnya.

Tidak ada yang mau berkenalan dengan gadis kecil cacat. Bahkan tidak ada yang sekedar ingin tau siapa gadis kecil itu.

Dulu. Ayyara kecil yakin kalau nanti ketika dia dewasa, kebahagiaan akan datang padanya.

Ayyara kecil yakin kalau nanti pasti banyak yang menjadikannya sebagai teman. Dia yakin kalau nanti bisa tertawa, dan berbagi cerita bersama teman-teman sebayanya.

Dia sangatlah yakin jika semuanya akan baik-baik saja.

Kenyataannya, sampai dia berumur delapam belas tahun. Tidak ada satupun teman-teman satu sekolahnya yang menjadikannya teman. Apakah masih bisa mimpi-mimpi gadis kecil berumur tujuh tahun itu terwujud? Hingga sekarang, kebahagiaan itu tak juga kunjung datang. Bahkan sampai saat ini, hanya hal-hal buruk dan rasa sakit yang selalu dia terima.

Gadis delapan belas tahun berkulit putih dengan surai coklat pirangnya, alisnya yang tipis membuat kesan wajahnya begitu sayu. Dia kini sudah rapih mengenakan seragam putih abu-abunya, tidak lupa selalu mengenakan cardigan berwarna hitam kesukaan-nya, warna yang tidak mencolok. Juga dia gunakan cardigan itu untuk menutupi lebam di lengannya yang terekspos lantaran seragamnya yang berlengan pendek.

Warna hitam juga menggambarkan dirinya, kosong, tidak ada warna disana. Walau sebanyak apapun diberi warna, tidak akan pernah terlihat.

Karena kamar Ayyara berada dilantai bawah, dia jadi mudah melakukan kegiatan setiap harinya. Dia tidak perlu susah-susah menuruni anak tangga.

Kini gadis itu menekan tombol pada kursi rodanya yang berwarna hitam, bergerak menuju meja makan. Disana Ayyara bisa melihat Ima dan Gesi yang nampak tertawa bahagia tanpa dirinya.

Dia mendekat pelan, selalu ada rasa takut dalam dirinya melihat interaksi itu. Dia juga ingin menciptakan senyum dan tawa untuk Ima. Tapi rasanya itu sangat sulit.

Ima dan Gesi yang semula menampilkan senyum mereka, kini  langsung menutup mulut, ekspresinya berubah datar ketika melihat kehadiran Ayyara.

Ayyara merogoh sesuatu dalam saku baju sekolahnya. Dia mengeluarkan buku kecil dan pulpen yang setia dia bawa kemanapun dia pergi. Hanya itulah yang bisa dia gunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang. Ayyara tidak terlalu mahir berbahasa isyarat.

AYYARA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang