ARK-QUATTRO

115 20 3
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SUASANA HATIKU TAK kunjung membaik padahal jam kerjaku di NerD sudah lama berakhir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SUASANA HATIKU TAK kunjung membaik padahal jam kerjaku di NerD sudah lama berakhir. Tidak. Tidak akan pernah bisa aku lupakan bagaimana segalanya berubah menjadi bencana. Hanya karena aku punya lebam mengerikan. Hanya karena ada beberapa bagian dari warna lebam di pipiku yang masih tertinggal.

Mendapatkan dua bintang dari tiga orang saja sudah gawat, apalagi delapan orang. Aku seharusnya tak terkejut apabila kemungkinan terburuk terjadi, tapi nyatanya aku memang begitu. Rasa terkejut itu berubah menjadi geram begitu tahu gajiku satu hari ini dipotong, dengan alasan karena penampilanku telah menganggu beberapa pelanggan.

Sepanjang hari--selama kejadian itu berlangsung--aku tersenyum sampai tiap ujung bibirku serasa bagaikan berdarah. Walaupun begitu bagian jahat dari diriku tidak henti-hentinya mengutuk pelanggan yang melirik pipiku dengan muka serta mata setengah sadar, curigaan, dan tanpa tedeng aling memberikan bintang dua, lengkap dengan ulasan tentang betapa menjijikkan, mencurigakan, serta tidak ramahnya ekspresi wajahku. Seakan penampilanku penting saja, seakan NerD itu bukan tempat penjualan zat adiktif berkedok Darf murahan. Seakan-akan aku ini--

Dasar orang culun-teler bangsat!

Bagian bawah mangkuk bergesekan dengan meja logam, menimbulkan bunyi derit saat tangan besar penuh luka sayatan itu menyodorkan mangkuk itu ke arahku. Uap yang berbau menggiurkan berhembus melalui indera penciumanku. Perutku mendadak berbunyi. Untuk sesaat aku lupa kebencianku, aku ingat belum makan apapun dari pagi.

"Kau kelihatan ingin melahap sesuatu."

Sebenarnya aku ingin melahap sesisi dunia. Aku mengendikkan bahu. "Kenapa kau duduk di sana?" tukasku balik bertanya. Aku melirik para pekerja yang lain, sibuk berlalu lalang mengambil atau membawa pesanan. Tidak ada yang keberatan dengan tingkah laku Abe. Andai saja di NerD dan BiVost seperti itu.

Abe terkekeh pelan, menaruh gelas minuman yang kupesan di samping mangkuk. Kelihatan sekali dia tidak berniat beranjak dari duduknya. "Kau juga kelihatan kesepian."

Aku mendesah dalam hati. Aku selalu lupa kalau semua teman Sabrine selalu gigih. Gigih dalam menganggu ketenangan orang lain. "Pergi sana, dasar tidak berguna."

The Path of Shadows [On Going]Where stories live. Discover now