14 | Positive Vibes Queens

ابدأ من البداية
                                    

Semuanya menahan tawa kala melihat Indy yang sedang menempel di punggung Gangga. Gangga pun tiba-tiba menoleh, karena tidak mungkin Theressa bertingkah seperti ini padanya. Ia hanya begini pada Rian.

"HEH NENEK SIHIR JAUH-JAUH LO. TAR BLUSH ON SAMA LIPSTICK LO NEMPEL LAGI DI BAJU GUA"

"Sayang kok gitu? Eh kamu kapan baliknya? Kok gak kabarin aku? Kan bisa aku jemput di bandara" Indy bergelayut manja di lengan kekar Gangga.

"Sayang? Sayang palalo meledug!"

"Kok kamu kasar banget sama aku?" Indy menampilkan wajah pura-pura sedihnya. Saat Gangga hendak menyahut, Cilla maju menghampiri mereka berdua.

"Denger ya, gua gak akan pernah ngebiarin kakak gua pacaran sama nenek sihir kaya lo!" Cilla menatap Indy penuh intimidasi dari atas hingga bawah.

"Baju ngepas, rok pendek, make up tebel. Lu mau sekolah apa mau mangkal?" Terlihat jelas ada telaga kecil yang menggenang di pelupuk mata Indy. Ia menangis mendengar perkataan menohok yang keluar dari mulut Cilla. Sinta langsung berlari menghampiri Indy yang dipermalukan begitu di depan kelas yang berisi beberapa orang, dan Indah sudah lari keluar kelas entah kemana.

Theressa dan teman-temannya pergi ke kantin meninggalkan Indy yang sedang menangis terpuruk. Cilla dengan muka judesnya berjalan beriringan dengan Nayla Dan Carollina.

"Parah sih Cil! Lo hebat banget tadi! Gua sampe merinding!" Kata Dandi dengan gayanya seperti biasa, lebay.

"Cal cil, panggilnya La!" Protes Cilla.

Dandi mengangguk, ia takut kepada Cilla, apalagi setelah kejadian Indy tadi di kelas Cilla, membuat nyali Dandi seketika ciut.

Baru saja mereka menduduki bangku kantin, dan Irene yang pergi memesan makanan dengan Theressa, terdengar suara yang muncul dari speaker sudut ruangan ini.

"Diberitahukan kepada siswi atas nama Gayatri Priscilla Adijaya dan Indyani Syahputri dari kelas X IPA 4 agar datang ke ruang Bimbingan Konseling saat ini juga. Terimakasih"

"Gua belum aja nyentuh makanan ah" keluh Cilla lalu berdiri hendak meninggalkan kantin, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Gangga.

"Mau gua temenin ngga?" Tanya Gangga. Cilla menggeleng. Gangga pun mengerti, adik kecilnya itu tidak perlu dibantu siapapun. Cilla pasti akan mengakui kesalahannya dan akan berkata yang sebenarnya.

Sesampainya Cilla di ruang BK, ia disuguhi pelototan tajam dari Ibu Indy. Sebenarnya ia terkejut, tapi ia mampu dengan cepat mengganti muka terkejutnya dengan muka judesnya, serta auranya yang dingin.

Ni bu ibu, norak banget sih gayanya. Pantesan aja anaknya sekolah kayak ondel-ondel. Keluhnya dalam hati.

"Apa kamu lihat-lihat saya?! Gak sopan!" Ibunya Indy merasa tidak nyaman dilihat seperti itu oleh Cilla.

"Hah? Saya punya mata bu jelas saya bisa melihat. Tar kalo saya punya mata tapi gak bisa melihat mah buta namanya" sahut Cilla dengan santai.

"Sudah-sudah, Cilla duduk di kursi itu" suruh Bu Endang, yang merupakan guru BK di kelas mereka.

"Indy silahkan jelaskan kronologinya" Indy menceritakan kronologinya. Awalnya biasa saja, tapi lama-kelamaan, cerita Indy seperti dibuat-buat. Cilla menunggu Indy selesai berbicara, baru ia yang akan berbicara.

"Bu, saya boleh menceritakan kejadiannya?" Tanya Cilla dengan sopan dan ramah. Bu Endang mempersilahkan, tetapi tidak dengan ibunya Indy.

"Sudah jelas bu, dia bersalah dihukum aja dia"

"Heh tante jablay! Gua emang salah ya tapi anak lo itu mengada-ngada. Kasih gua cerita dulu kek biar Bu Endang bisa mempertimbangkan hukuman buat gua" sahut Cilla tak terima.

Theressa [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن