1. Lembayung Biru

60 10 7
                                    

Vote vote vote💫💫💫

Lembayung Biru
HeningN'na

Ost. Kunto Aji -- Pilu membiru

Mencintai dengan sepenuh hati itu belum tentu akan berakhir bahagia, jadi untuk apa harus setia?

💖💖💖💖💖

"Bayu, tungguin atuh ih. Jangan cepet-cepet!?" Seorang gadis seumuran dengan gue tampak tersengal-sengal mengikuti langkah panjang gue menuju ke kampus.

Dia Rinai Mentari atau biasa dipanggil Tari. Rekan praktikum di lab gue yang memiliki otak cerdas dan sifat ulet, telaten dan rajin tapi kadang polos. Sehingga tidak jarang jadi sasaran empuk temen-temen gue untuk ngibulin ini cewek. Merayu dan membual dengan segala macam cerita lebay yang bikin dia mau ngerjain kerjaan dobel di praktikum. Poor her!

Kami sudah berada di tingkat tiga sebuah Institut ternama di jalan Ganesha Bandung. Masa di mana kami memulai segala macam persiapan Tugas Akhir dan lebih disibukkan dengan asistensi dosen atau praktikum. 

Gue dan Tari akhirnya dapat mencapai lab kami di lantai 4 dengan napas tersenggal satu-satu.  Gue hampir saja telat karena Tari yang super ribet dengan barang bawaannya. Setidaknya dia membawa empat jurnal praktikum teman-temannya. Tidak habis pikir kenapa dia selalu mendahulukan teman-temannya padahal dirinya sendiri super repot. 

Gue bantuin Tari yang tampak keberatan dengan keempat jurnal tebal, tas ransel di punggungnya dan sebotol air mineral kemasan 1,5L. Ya selain dia cewek yang polos, dia juga serupa onta berjalan. Mampu minum bergalon-galon karena sering kali kehausan.

Setiba di lab gue berikan semua jurnal praktikum pada teman-teman praktikum. Tentu saja dengan tatapan bengis hendak melahap mereka. Sungguh tak tau diri, masih juga bergantung pada gadis cupu semacam Tari. 

Padahal gue yakin mereka pasti mampu mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Setiap gue protes, Tari cuman menjawab gak apa-apa koq, aku juga senang bantu mereka. Sekalian latihan ngerjain tugas. 

Polos yang dipadu dengan sifat bloon itu memang sulit diobati!

Praktikum kami berjalan ruwet. Materi tentang siklus sel dimana kami harus melihat setiap fase dari siklus sel di dalam mikroskop, memfotonya atau menggambar dengan tangan semua tahap nya. Kemudian diujikan dengan perlakuan toksisitas terhadap logam berat dan melihat kembali hasil dari siklus sel tersebut.

Selepas praktikum gue mendekati meja Tari yang sudah bersih.

“Pulang yu, cape banget.” 

“Bentar Bay. Aku masih belum beres ngerapihin ini nih.” Tari masih sibuk menyalin gambar siklus anafase di atas kertas gambarnya. Terdapat dua salinan gambar yang sama persis, gue kesal.

“Ta, mau sampai kapan kayak gini. Gue gak suka!”

 “Apa sih Bay, kasian Dika tau. Dia tadi gak bisa gambarnya. Mletot mletot gak jelas.” Tari tetap pada posisi menyalin gambarnya. Mengacuhkan gue yg duduk di sampingnya.

 “Ta, kamu gak kasian ke gue?”

 “Eh kenapa?” Tari mulai panik dan menatap ke arah gue berada.

“Gue laper, cape dan kesel ngeliat kamu yang selalu baik ke orang lain tapi ke gue enggak!?.” rasa kesal dan marah menyentil dada gue. Selama ini gue gak pernah marah, namun rasa kesal cuman sebatas menumpuk di dalam dada.

Antologi Cerpen--Kata untuk RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang