3 ☁︎ Datang Bersamaan

2.8K 439 49
                                    

Aldebaran menoleh kala menyadari pintu kamarnya diketuk dari luar, "Masuk aja, mbok."

Wanita paruh baya berpakaian sederhana itu masuk membawakan senampan makanan dan segelas air putih, "Ini, den. Mbok buatkan makanan, cuman sup aja sih, den."

Aldebaran mengernyit, bukannya tadi ayahnya bilang sudah memasakkan makanan untuknya, "Ini masakkan mbok? Bukannya tadi ayah bilang sudah masak?" Jujur saja, Aldebaran kurang nafsu jika bukan ayahnya yang memasak.

Mbok Wulan tersenyum kecil, "Iya, den. Tapi mbok salah taruhnya, jadinya kemasukkan cicak. Jadinya udah nggak bisa dimakan lagi, den. Maafin saya ya, den."

Aldebaran menghela nafasnya berat, "Yaudah, nggak papa kok, mbok. Saya makan yang masakan mbok aja. Makasih ya, mbok."

Mbok Wulan kemudian mengangguk, "Permisi, den. Sekali lagi saya minta maaf."

Aldebaran balas mengangguk, "Santai aja, mbok."

Selepasnya Mbok Wulan pergi, kesunyian itu kembali terundang dalam hatinya. Aldebaran memandang malas mangkuk sup yang tadi diberikan Mbok Wulan, padahal tadi ia sudah membayangkan bagaimana lezatnya masakkan sang Ayah.

Aldebaran meraih mangkuk sup itu bersama nampannya, membawanya ke atas pangkuannya. Rasanya memang enak, tetapi masalahnya ini bukan kesukaannya, jauh berbeda dengan masakkan sang Ayah. Maka dari itu, baru satu suap Aldebaran sudah tidak nafsu. Belum lagi, rupanya sup yang diberikan adalah sup udang.

Aldebaran yang tengah berusaha menelan suapannya, tiba-tiba merasa ada yang aneh. Aldebaran mengernyit, "Kayak rasa udang, padahal bukannya tadi udah disingkirin?"

Aldebaran tidak ambil pusing, dan memilih untuk meletakkan nampan beserta isinya ke nakas. Meja kecil itu sudah kosong, tadi Mbok Wulan juga sekalian membereskan sarapan yang tak dihabiskan Aldebaran.

Aldebaran kembali mengambil ponselnya. Persetan dengan orang-orang yang akan mengatainya kecanduan game, tapi hanya ini yang bisa ia lakukan jika sedang bosan dan kesepian. Lagipula, ayahnya tidak ambil pusing, selagi anaknya bahagia.

.


.


.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.


.


.

Di sebuah gedung bertingkat berbahan kaca itu, ada banyak kesibukan dibalik kaca tebal tersebut. Tentu saja pemiliknya adalah orang paling sibuk disini, meskipun tangannya hanya lelah untuk menandatangani setiap kertas berisi kepentingan perusahaan.

"Lusa bapak harus langsung berangkat ke Riyadh, penerbangan juga sudah disiapkan, pak." Seorang wanita berusia tiga puluhan itu menjelaskan dengan baik jadwal atasannya tersebut.

Ayah dan Al [END]Where stories live. Discover now