Part 1

7.9K 602 25
                                    

Reno mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Kafe sederhana milik sepupu Adrian ini sudah berubah menjadi ruangan pesta. Balon-balon menggantung di bagian atas. Meja dan bangku yang biasanya tertata rapi untuk pengunjung kafe, sekarang sudah disingkirkan entah kemana. Kafe ini jadi terlihat luas. Tamu-tamu dari SMA Garuda mulai berdatangan memenuhi kafe yang sudah berubah menjadi ruangan perayaan pesta ulang tahun Bianca.

"Ren?" Adrian menepuk bahu Reno. "Baru datang?"

"Barusan Ian. Mana sepupu lo?" Reno celingukan mencari sosok Bianca, sepupu Adrian. Reno dan Bianca sempat sekelas waktu kelas sepuluh, yang otomatis membuat namanya masuk dalam daftar undangan tamu pesta Bianca yang berulangtahun hari ini

"Tuh." Adrian mengedikkan dagu. Menunjuk ke arah perempuan yang penampilannya malam ini terlihat memukau dengan dress panjang berwarna peach tanpa lengan. Bianca terlihat makin cantik dengan penampilannya yang seperti itu.

"Oke deh. Gue kesana dulu deh ya."

Adrian mengangguk sembari mengacungkan ibu jarinya.

Meninggalkan Adrian di belakang, Reno berjalan menghampiri Bianca yang terlihat sedang berbaur dengan tamunya yang lain.

"Bi." Reno menepuk bahu Bianca pelan

Bianca menoleh ketika sadar ada yang memanggilnya. "Hei Reno!" Bianca tersenyum bahagia melihat sahabat dari sepupunya itu.

Karena kedekatan Reno dan Adrian yang sudah terjalin semenjak mereka kecil, maka Bianca otomatis juga sangat mengenal Reno, mengingat dulu Bianca sempat tinggal dengan Adrian dalam waktu yang lama saat orangtuanya harus ke luar negeri untuk pengembangan bisnis oleh Mama Papanya. Jadi selama itu pula Bianca tinggal dengan Om dan Tantenya, Mama Papa Adrian.

Bianca memeluk Reno erat. Reno tersenyum menyambut pelukan Bianca. "Selamat ulang tahun ya, Bi."

"Makasih ya Reno." Bianca melepas pelukannya. "Kadonya ma-"

"Selamat ulang tahun, Sayang" Bianca tersentak mendengar suara yang familiar di telinganya.

Pemilik suara itu melingkarkan lengan di pinggang Bianca seraya mencium puncak kepalanya dengan sayang.

"Makasih ya, Sayang." Bianca tersenyum manis. Memandangi Angga yang saat ini dibalut kemeja navy dengan lengan digulung smpai siku dan jeans yang terlihat pas di kakinya yang panjang. Terlihat tampan.

"Kamu cantik. Selalu cantik." Angga berbisik di telinga Bianca yang kemudian cukup memberi efek panas di pipi Bianca.

"Ehm." Reno hanya berdehem melihat adegan manis di depannya

"Eh elo Ren." Angga menoleh, tersenyum kikuk menanggapi deheman Reno. "Gue gak tau lo ada di sini."

"Ya iyalah. Lo liatnya ke Bianca mulu." Reno terkekeh

Angga dan Bianca terkikik kecil menanggapi protes Reno

"Lo mau ngisi acara sekalian, Ngga?" Reno bertanya sambil memerhatikan Angga yang menenteng tas gitarnya.

"Iya nih. Tapi vokalis gue belum dateng."

Reno hanya ber-ooh ria.

Ketiganya adalah teman sekelas saat kelas sepuluh. Di situlah awal kisah Bianca dan Angga. Berawal dari pemilihan pengurus kelas, yang memaksa mereka untuk selalu bekerjasama sampai mereka mengalami masa PDKT, dan jadilah mereka pacaran sampai saat ini.

"Eh. Itu bukannya Gilang, Ngga? Sama temen-temen band kamu juga kan?" Bianca mengarahkan pandangan ke pintu masuk. Angga dan Reno mengikuti pandangan Bianca. Ada lima orang yang terlihat baru saja memasuki kafe. Satu di antaranya menenteng gitar.

Reno memerhatikan kelima orang tersebut. Nafasnya tercekat saat melihat ada satu wajah yang sangat ia kenal.

*****

TrustWhere stories live. Discover now