Evanescent - Bagian : 20

794 119 23
                                    

Tangan dingin Chaeyoung tidak pernah Lalisa lepas dari genggamannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tangan dingin Chaeyoung tidak pernah Lalisa lepas dari genggamannya. Ia takut, jika ia melepas genggamannya pada tangan Chaeyoung, saat itu juga Chaeyoung akan pergi meninggalkannya.

Netra Lalisa pun tak pernah lekang menatap nanar tubuh Chaeyoung yang sudah berhari-hari terlelap di atas ranjang. Dengan tubuh Chaeyoung yang dipenuhi oleh alat-alat medis, membuat hati Lalisa semakin sakit.

Ada satu pertanyaan yang masih memenuhi isi pikiran Lalisa sampai saat ini.

Pernahkah Tuhan mengasihaninya barang 1 detik saja?

Kalau iya Tuhan memang pernah mengasihaninya, tetapi kenapa Lalisa tidak pernah merasakan kebahagiaan dalam jangka panjang di hidupnya?

Masalah dan masalah terus datang di hidup Lalisa layaknya bom waktu yang tinggal menunggunya meledak, dan kemudian bisa menghancurkan Lalisa sewaktu-waktu.

Lalisa bingung, kenapa tidak dirinya saja yang memiliki penyakit seperti Chaeyoung? Kenapa harus orang sebaik Chaeyoung yang memilikinya?

Bukankah Chaeyoung adalah malaikat yang seharusnya diberikan umur panjang oleh Tuhan? Agar orang-orang bisa tahu betapa baiknya malaikat tanpa sayap seperti Chaeyoung.

Tanpa Chaeyoung, Lalisa mungkin sudah ada di neraka Tuhan saat ini. Tanpa Chaeyoung, Lalisa mungkin tidak bisa merasakan masakan enak di hari-hari sebelumnya. Tanpa Chaeyoung, Lalisa tidak akan bisa merasakan apa itu artinya ketulusan.

Lalisa tidak tahu apa yang terjadi jika dirinya tidak memiliki malaikat seperti Chaeyoung. Chaeyoung adalah malaikat berkedok manusia paling baik yang pernah ada di bumi.

Sekarang, Lalisa berani bersumpah demi apa pun, Chaeyoung adalah sosok yang bisa membuat siapa pun ingin hidup lebih lama. Chaeyoung adalah sosok yang bisa membuat orang membuang hasrat ingin menyerah pada jahatnya dunia.

"Chaeng, ayo bangun? Kita bernyanyi bersama-sama lagi. Makan makanan kesukaan kita lagi. Baca buku di perpustakaanmu lagi. Memangnya kau tidak bosan tidur di sini terus, hm?"

Lalisa menghela napas, "Chaeng, jujur, ya? Aku ... teman yang buruk, kan?"

"Saat ini, tidak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa supaya kau segera bangun dan sembuh. Jika saja penyakitmu bisa dipindahkan ke tubuhku, itu tidak menjadi masalah. Aku pasti akan menerima dengan senang hati."

"K-kau bicara apa sih, Li ..."

Tanpa Lalisa sadari, sebenarnya Chaeyoung sudah sadar, hanya saja Chaeyoung sengaja memejamkan mata untuk meredakan pusing di kepalanya.

Lalisa tersentak, "Chaeng? Kau sudah bangun? Aku rindu tau, Chaeng!" serunya sambil memeluk tubuh Chaeyoung.

Chaeyoung hanya bisa tersenyum dan membalas pelukan Lalisa dengan lemah. "Biarkan seperti ini dulu, Li. Yang lama, ya," pinta Chaeyoung.

Evanescent [채리사]✔Where stories live. Discover now