Evanescent - Bagian : 17

704 120 13
                                    

Konflik mulai mereda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Konflik mulai mereda. Sana, Tzuyu, dan Joy serta antek-anteknya sudah 'diamankan' oleh pihak sekolah. Chaeyoung maupun Lalisa sudah berbaikan kembali. Dan yang terpenting, kondisi tubuh Chaeyoung mulai membaik.

Lalisaㅡsebagai penebusan 'bolos'ㅡhari ini datang untuk menghibur Chaeyoung. Lalisa tengah menemani Chaeyoung makan bubur, mengisi hampa di perutnya yang sudah beberapa hari tak diisi.

"Li, maaf, ya?" Chaeyoung menatap Lalisa dalam.

Hingga sang empu nama mengernyit bingung, "Maaf untuk apa? Bukannya harusnya aku yangㅡ"

"Tidak, bukan seperti itu. Aku pernah berpikir kalau kau ... mengkhianatiku," ujar Chaeyoung sembari menyengir menyebalkan.

Lalisa tergelak kemudian, "Ya kali, Chaeng! Aku tidak sekejam itu, kok."

"Iya, aku tahu, maka dari itu aku ingin meminta maaf. Aku yang kejam di sini. Maafkan, ya?" katanya lagi. Dengan tulus, Lalisa mengangguk lembut. Mereka bertukar senyum, lalu saling merangkul.

"Bagaimana kondisi tubuhmu? Ada yang sakit?" tanya Lalisa sembari menaruh plastik bubur yang sudah kosong.

"Hanya pusing sedikit, dan ... rada sedikit buram penglihatan mataku," jawabnya.

Pusing sedikit, ya? Tidak, kepala Chaeyoung terasa akan hancur. Bumi berputar cepat, bahkan Lalisa tak lagi tampak bentuknya.

Karena itu, ia memilih memejamkan matanya seraya bersembunyi di balik selimutnya. Sedangkan Lalisa memilih duduk sembari memijat kaki Chaeyoung, walau kaki tersebut mati rasa.

"Chaeng chipmunk-ku, jangan lupa sembuh, ya!"

"Bagaimana? Bagaimana?"

"Jangan lupa sembuh, budeg," jawab Lalisa, diimbuhi tawa di ujungnya.

"Ya, tidak tau dong aku. Kan aku bukan Tuhan," jawab Chaeyoung. Berusaha memberi kode bahwa hidupnya tak lagi panjang.

"Siapa bilang kau Tuhan?" timpal Lalisa.

"Bukan seperti itu maksudnya, Lilis. Aku tidak tau akan sembuh atau tidak, 'kan aku bukan Tuhan," ulangnya menjelaskan.

"Berharap itu tidak perlu menjadi Tuhan, Chaeng. Asal kau optimis, pasti sembuh, kok!"

"Kata siapa? Tuh, appa-ku sudah berharap besar, tetapi istrinya tetap dibawa pergi," jawab Chaeyoung tercekat.

Memorinya melayang, kemudian hinggap di tahun 2017. Melihat sang ayah hancur bukan main. Ia tak sanggup melihat ayahnya hancur kembali, untuk yang kedua kalinya karena dirinya.

Lalisa hanya tersenyum tipis. Kemudian ia menyelimuti kaki Chaeyoung dengan selimut, lalu mematikan lampu.

"Kalau seperti itu, mari berharap lebih besar lagi. Selamat malam, Chaeyoungie."

Evanescent [채리사]✔Where stories live. Discover now