14. Metode yang Berulang

6.7K 1.3K 373
                                    

.
.
.

    Hyunjin tersentak bangun dari tidurnya, kepalanya berdenyut sakit dan keringat dingin membasahi kening hingga lehernya. Hyunjin mengerjap sambil menatap telapak tangannya yang memiliki beberapa luka gores akibat jatuh di taman rumah sakit kemarin.

  "Lu akhir akhir ini sering mimpi buruk, ya?" Sebuah tangan mengusak rambutnya, Hyunjin mendongak dan menemukan Jaemin yang keanya baru aja selesai mandi.

  "Nana.."

  "Hm? Kenapa? Pusing?" Tanya Jaemin.

    Hyunjin menggeleng, "rasanya kehilangan itu sakit banget, ya?"

    Jaemin yang tak menyangka pertanyaan itu cuma ketawa kecil, ngetawain pertanyaan aneh Hyunjin, "kalo pasal kehilangan, keanya lu harus tanya diri sendiri, deh, gimana rasanya. Inget, gua cuma orang yang waktu itu mabuk di bar dan lu selametin, juga kehilangan first kiss nya.."

    Hyunjin ketawa kecil, "gua sering mimpiin masa lalu.."

    Jaemin mendengus, "masa lalu bukan hal yang bisa lu pikirin sampai kebawa mimpi—"

  "Gua liat Lia.. Nangis.. Sendirian.." Lanjut Hyunjin sambil meremat tangannya sendiri.

    Jaemin menatap Hyunjin dengan tatapan iba, dia cukup yakin jika kawannya ini dihantui ama perasaan bersalah. Jaemin gamau mendeskripsikan gimana perasaannya Hyunjin tiap inget ama masa lalunya yang kelewat Suram—seru, itu. Jaemin ngeliat kalender terus menghela nafas lagi sambil senyum.

  "Ikut gua, yuk?" Ajak Jaemin.

  "Kemana?" Tanya Hyunjin.

  "Mall." Jawab Jaemin.

  "Ngapain?"

  "Nyariin cabe cabean."

  "Buat apa?"

  "Buat bikin rujak :)"

*

    Eric ama Jeno berdiri di depan sebuah rumah cukup besar sekarang. Mereka berharap tak salah rumah dan malah memalukan diri sendiri, mereka juga berharap seseorang yang mereka cari ada di rumah, jadi mereka tak harus menunggunya.

  "Lu yakin ini rumahnya?" Tanya Jeno memastikan.

  "Insyaallah." Jawab Eric sebelum mengetuk pintunya.

 
    Tak lama, seorang pemuda dengan fitur muka baby face membukakan pintunya. Dia tersenyum senang, terlihat begitu bahagia bertemu si kembar ini.

  "Kak Jeno, Kak Eric, mari, silahkan masuk!" Serunya sambil bergerak ke samping, agar kedua pemuda identik itu dapat masuk.
  
  
  
  "Maaf tiba tiba berkunjung, Jinwoo.." Ucap Jeno ketika pemuda itu kembali dengan nampan berisi cangkir teh dan beberapa kue kering.

  "Nggak apa apa, santai saja.." Jawab Jinwoo, "jadi ada apa, kak?"

  "Maaf jika terkesan kurang sopan, tapi, bolehkah kami melihat pesan pesan yang Kak Lino kirimkan semasa dia masih hidup?" Tanya Eric.

    Awalnya mereka mengira Jinwoo akan menolaknya karena tampak dia sangat terkejut, tak berapa lama senyum manis dan anggukan lucu Jinwoo lakukan. Dia bangun dari duduknya, berlari kecil ke arah sebuah ruangan dan kembali dengan sebuah kotak di tangannya.

    Jinwoo meletakkan kotak itu di atas meja, kemudian dia menarik bandul kalungnya, sebuah kunci kecil. Jinwoo kemudian membuka kotak itu dan mereka bisa lihat tumpukan surat tersimpan disana.

  "Bolehkan kami membacanya?" Tanya Eric, Jinwoo mengangguk ringan.
   
   
Sabtu, 10 September 2018

log (10)

[✔] Klub 513 | vol.1 | Ep.2 : Miss Me? Where stories live. Discover now