Bab 20

261K 7.3K 1.1K
                                    

Livia merebahkan tubuhnya ke sofa yang terdapat di ruang baca Om Sam, tubuhnya sedikit lelah sehabis menemani Om Sam jalan-jalan pagi. Livia suka kegiatan jalan-jalan pagi yang sekarang ini menjadi kegiatan rutinnya setiap pagi. Udara di pinggir kota masih bersih dan terasa sejuk, pemandangannya pun masih asri dan hijau, membuat Livia sangat betah untuk tinggal di rumah Om Sam ini. Livia merasa sangat bersyukur, Om Sam merupakan paman yang begitu baik, bahkan menganggap Livia sebagai putrinya sendiri.

Livia menatap keluar jendela, hari ini langit mendung, entah mengapa membuat suasana hatinya menjadi begitu melow. Om Sam sekarang ini pasti sedang berada di taman belakang untuk membaca koran ditemani oleh anjing golden kesayangannya, Jammie. Livia memang sengaja memilih untuk menunggu kedatangan Edric hari ini di ruang baca, Livia ingin menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tertunda, emailnya pasti sudah menumpuk sekarang.

Terdengar suara mobil sport baru saja memasuki halaman dan seorang pelayan tengah berjalan terburu-buru untuk membukakan pintu depan, pasti Edric sudah datang, batin Livia. Dan benar saja, suara berat Edric terdengar dari hall depan dan langkah kaki nya terdengar semakin dekat, Edric memang langsung menuju ke ruang baca.

“Lihat apa yang aku bawa..” ujar Edric saat memasuki ruang baca sambil membawa sebuah bungkusan besar dan senyum pria itu mengembang lebar.

Livia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan sepupunya itu, dia membalas pelukan hangat Edric ketika pria bertubuh tinggi itu menghampiri dirinya dan memeluknya, sudah dua minggu Edric tidak datang berkunjung karena sibuk akan pekerjaannya.

“Tak perlu repot-repot. Kamu sudah banyak membantuku, membawakan keperluanku dan file-file pekerjaanku ke sini, itu sudah cukup.” Ujar Livia sambil tersenyum.

Edric hanya mengibaskan tangannya, menyanggah perkataan Livia dan menandakan bahwa dirinya sama sekali tidak terepotkan. Karena bisa melihat Livia tersenyum bahagia, hatinya juga ikut senang. “Kemarin aku bertemu dengan Fandy.” Ujar Edric di sela-sela saat Livia membuka bingkisan yang dibawanya. Livia menghentikan aktivitasnya sejenak dan menatap Edric lurus, “kamu nggak mengatakan apapun bukan?” tanya Livia.

Edric menggeleng lemah, “Liv, mereka terus mendesakku untuk menanyakan keberadaanmu. Walaupun aku selalu mengelak, cepat atau lambat Wilson akan tahu kalau aku berbohong. Lagipula sampai kapan kamu mau bersembunyi seperti ini?”

Livia terdiam dan ruangan itu menjadi hening. “Apa kamu belum memaafkan Wilson?” tanya Edric memecah keheningan.

Edric melihat mata Livia mulai memerah, dan dia tahu kalau sepupunya itu mulai menahan tangisnya lagi. Edric tidak ingin membuat Livia sedih seperti ini, akan tetapi dia tak bisa terus-terusan melihat Livia bersembunyi dari masalahnya. “Aku akan menemui papa, nanti aku kembali lagi.” Ujarnya lembut sambil mengelus kepala Livia lembut.

Livia tahu bahwa ucapan Edric benar, dia tak bisa terus-terusan menghindar. Tapi setidaknya untuk saat ini, lebih baik seperti ini. Livia meneruskan membuka bingkisan yang dibawa Edric, dan hatinya kembali menghangat ketika melihat setumpuk pakaian bewarna pastel yang lembut, perhatian besar Edric ini membuatnya terharu. Livia mengambil satu pakaian dan menciumnya.

Livia mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam ruang baca.

“Livia..” Terdengar suara pria memanggil namanya, akan tetapi itu bukan suara milik Edric ataupun Om Sam. Livia mengenal betul suara itu, dan dadanya berdesir mendengar suara yang memanggil namanya itu.

Livia menoleh ke belakang, dan mendapati pria itu berdiri di sana.

--

“Mr Fandy?” sapa Fauzy saat mereka berpapasan di depan pintu lift kantor Xian Enterprise.

Tempting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang