Bab 18

168K 4.9K 70
                                    

10 tahun yang lalu..

“Terimakasih Mr Xian mau datang ke acara amal ini. Berkat sumbangan besar dari Xian Enterprise, yayasan kami bisa terus berdiri dan membantu sesama sampai saat ini.” Ujar pria paruh baya itu sambil menjabat tangan Wilson.

Wilson mengangguk dan menyunggingkan senyum canggung, “Sama-sama. Maaf ayah saya tidak bisa hadir dan meminta saya untuk mewakilinya.” Sebenarnya dirinya tidak terbiasa pada keramaian dan banyaknya media yang meliput, tapi ayahnya mengatakan bahwa dirinya harus bisa membiasakan diri. Rasa tak nyaman menguasai dirinya, Wilson pun beranjak dari tempatnya menuju ke tempat di mana para anak-anak panti asuhan sedang duduk untuk mendengarkan cerita.

Wanita itu tidak cantik, tapi begitu anggun. Penampilannya sederhana dan memancarkan kelembutan, dengan sabar dan begitu tenang menceritakan sebuah buku dongeng untuk anak-anak itu. Wilson memandang dari kejauhan sampai wanita itu selesai membacakan cerita. Wanita itu berdiri dan akan beranjak dari tempat itu, namun rupanya anak-anak itu masih ingin mendengar cerita, sehingga mereka berbondong-bondong merajuk pada wanita itu. Tubuh rampingnya terlihat goyah dan hampir jatuh, cepat-cepat Wilson menghampiri wanita itu dan menopang pinggangnya agar tidak terjatuh.

“Terimakasih,” ujar wanita itu lembut, Wilson hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya. Wanita itu tidak hanya lembut, ternyata begitu ramah. “Namaku Jessica, panggil saja Jessie.” Sapa wanita itu dan mereka pun berkenalan.

Hari demi hari Wilson semakin mengenal Jessica. Pribadi yang lembut dan tulus, seperti apa yang dilihat Wilson pada acara amal di hari pertama kali mereka bertemu. Jessica bekerja sebagai jurnalis dan acara amal itu adalah tugas lapangan pertamanya. Wilson yakin bahwa Jessica adalah sosok yang tepat untuk mendampingi dirinya dan dia bahkan akan memberi tahu ayahnya bahwa dirinya akan melamar Jessica besok.

“Kenapa papa tidak setuju?” tanya Wilson.

Ayahnya melepas kacamata yang dipakainya lalu meletakkannya perlahan. “Kau belum terlalu mengenal wanita itu.” Wilson hanya bisa berdiri mematung di hadapan ayahnya, sampai hari ini Wilson masih belum bisa mengalahkan wibawa ayahnya itu. “Tapi aku mencintai dia, papa.” Ujar Wilson.

“Cinta saja tidak cukup. Apakah kamu juga mempercayainya? Apakah kamu percaya dia tulus mencintai dirimu seperti kamu mencintai dia, bukan hanya karena kamu adalah anakku.” Ujar ayahnya sinis.

Wilson mengepalkan tangannya, “Jessie tulus mencintai aku papa dan aku bisa pastikan itu..!!”

Ayahnya berdeham lalu mengangguk perlahan. “Baiklah, aku akan memberikan syarat. Dalam 6 bulan, berbuatlah sesuka hatimu, manjakan wanitamu, buatlah dia sebagai ratumu. Tidak seperti logam lainnya, emas tidak akan berubah bila dibakar. Jadi kita akan lihat bagaimana ketulusan wanita itu.”

Wilson tahu, ayahnya pasti akan mengajukan persyaratan seperti itu. Ayahnya tidak akan bisa menjadi pengusaha ternama seperti itu jika mudah percaya pada siapa saja. Wilson menyanggupi usulan ayahnya, dia yakin Jessie tidak akan berubah.

Awalnya Wilson memberikan pakaian mahal, perhiasan mewah, mobil, bahkan memindahkan Jessie ke apartemen yang lebih mewah. Semua yang diperlukan untuk wanita itu, Wilson memberikannya. Jessie masih sama dengan segala kemewahan yang diberikannya, masih lembut dan perhatian. Wilson senang, dia bisa membuktikan bahwa ayahnya salah sampai pada suatu hari Wilson harus mengakui bahwa penilaian ayahnya lah yang benar.

Sore itu sedikit lembab karena hujan baru saja mengguyur dan Wilson memutuskan untuk langsung menuju apartemen Jessie. Mereka berjanji bertemu pukul 7 malam, tapi meeting berakhir lebih cepat dan Wilson bisa menemui Jessie sore ini. Wilson mempunyai kunci apartemen Jessie dan dia memang tidak pernah membunyikan bel untuk masuk ke apartemen, seperti biasanya. Tapi saat dia melangkah masuk, terlihat ada sebuah kemeja yang barada di lantai. Wilson mengambil kemeja itu, kemeja pria, bukan kemejanya. Perasaannya mulai tak enak, Wilson menuju ke arah kamar Jessie, dia mendengar percakapan.

“Apakah kamu akan menikahi pria itu?” tanya suara berat, suara pria. “Entahlah, dia memberiku semua kemewahan yang belum pernah aku dapatkan.” Jelas-jelas itu suara Jessie. “Kalau kamu menikah dengan priaitu, bagaimana denganku baby?” tanya pria itu lagi, dan dada Wilson semakin nyeri mendengar percakapan ini.

“Tenang saja, Wilson selalu sibuk dengan urusan bisnis. Di saat dia pergi, kita bisa saling bertemu. Aku harus bertemu denganmu honey, aku tidak mungkin bisa bertahan dengan wajahnya yang.. ehm.. jelek itu. Selama ini yang membuatku bertahan hanya karena dia memberiku apapun yang aku minta.” Ujar Jessie. Wilson tidak bisa menahan emosinya, dia membuka pintu itu keras-keras membuat dua orang yang sedang berada di tempat tidur itu terkejut.

“Keluar kalian dari sini..!!” teriak Wilson pada kedua orang yang terkejut bukan main sambil sibuk menutupi tubuh mereka yang telanjang dengan selimut. Wilson menatap jijik dan muak pada kedua orang itu, terutama pada Jessica.

Wanita itu menangis meminta maaf pada Wilson, akan tetapi kejadian tadi sudah cukup membuatnya sadar bahwa wanita seperti apa Jessica, dan itu yang membuatnya kuat hati untuk mengusir Jessica dan laki-laki yang ternyata adalah kekasih Jessica. Mereka berpacaran jauh sebelum Wilson dan Jessica berkenalan. Wilson begitu terluka, tidak hanya harga dirinya, tapi juga hatinya. Memang pengalaman adalah guru yang paling berharga, dari kejadian ini Wilson menutup hatinya rapat-rapat dan tidak akan lagi mudah percaya seperti yang diajarkan ayahnya.

--

“Aku menceritakan yang sesungguhnya, aku tidak mengarang cerita ini. Kamu tahu sendiri, aku sudah mengenal Wilson sejak kami bersekolah bersama. Wilson adalah orang introvert dan dia tidak percaya diri akan parasnya yang dia pikir tidak tampan.” Fandy menghela nafas dan kemudian terdiam, membiarkan Edric mencerna setiap perkataannya.

Edric terdiam mendengar cerita Fandy mengenai Wilson Xian, dirinya tak mengira bahwa pria itu mempunyai kisah yang kelam mengenai wanita. Bila dilihat kebelakang, dirinya memang ikut andil atas kedekatan Livia dengan Wilson, tapi bukan harta alasannya.

“Aku ingin meminta maaf atas kebohonganku padamu kemarin dan menyebabkan semua ini terjadi.” Ujar Fandy dan Edric bisa merasakan nada penyesalan pria itu.

“Yah, ini murni kesalahpahaman. Tapi seperti yang kamu ketahui, aku dan Livia tak mau berurusan dengan kalian lagi.” Ujar Edric.

Fandy mengangguk, dia bisa memahami kalau mungkin Edric tak mau memaafkan dirinya. “Aku tahu.. Aku ke sini hanya untuk menyampaikan itu saja.” Dia pun bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri pintu.

“Kamu meminta maaf pada orang yang salah, Fan. Aku juga bersalah karena menjadi orang yang tidak bertanggung jawab dan suka lari dari masalah. Kita lah yang seharusnya meminta maaf pada Livia.” Ujar Edric tenang, dari nadanya seperti dia tak lagi memusuhi Fandy.

Fandy mengangguk, dan dia bisa merasakan bahwa ketegangan diantara dirinya dan Edric mulai memudar.

Halo pembaca semua, maaf ya author baru nongol sekarang.. Maafkan update yang kelewat lama ini, semoga pembaca semua masih bersabar ya menantikan kelanjutannya.. Terimakasih buat semua vote yang diberikan, membuat author semangat untuk terus menulis cerita Tempting You. Terimakasih buat comment-comment kalian, author sampai terharu, ternyata banyak yang perhatian sama author dan cerita ini.. Thank you very very very much yaaaaa… 

Tempting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang