Bab 14

187K 4.7K 52
                                    

“Tung..!!” Bunyi notification smartphone Livia berbunyi, dengan buru-buru Livia meraih smartphone bewarna putih itu, dan antusias dalam wajahnya memudar, hanya broadcast message. Livia menghela nafas kecewa, bukan pesan yang sedang dia tunggu-tunggu. Sejak kemarin Wilson sama sekali tidak menghubungi dirinya lagi, “mungkin dia sedang sibuk.” Batinnya.

Livia berusaha mengalihkan perhatiannya dari smartphone lalu fokus kembali ke layar monitornya karena pekerjaannya sedang menumpuk. “Uugh, susah banget mau fokus. Sebaiknya aku menelpon dia.” Livia mencari nama Wilson di phonebooknya lalu mencoba melakukan panggilan, namun tak ada jawaban.

“Okay. Aku nggak bisa terus-terusan begini.” Livia melihat arlojinya, waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Livia masih bimbang, dia harus menemui Wilson di kantornya atau di rumahnya. Akhirnya diapun memutuskan untuk pergi ke rumah pria itu.

Sesampainya dia di rumah Wilson, Livia harus menelan kecewa karena pria itu ternyata belum pulang, padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul 7 malam. Livia mencoba menghubungi Wilson lagi, tapi tak kunjung diangkat dan sepertinya Wilson juga tak membaca pesan-pesan yang dikirimkan Livia kepadanya.

“Silahkan miss.” Ujar seorang pelayan sambil meletakkan secangkir teh untuk Livia. “Terimakasih.” Jawabnya. Pelayan itu beranjak meninggalkan Livia seorang diri di ruang tamu itu. Beberapa saat kemudian pelayan itu muncul lagi, “maaf miss, apakah miss sudah makan malam? Kalau belum, sebaiknya miss makan malam dulu, akan saya siapkan.” Ujar pelayan itu lembut.

Livia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku nggak lapar koq. Terimakasih ya.” Dia melirik arlojinya, sudah pukul delapan malam tapi belum ada tanda-tanda kepulangan Wilson.

“Tapi miss, mungkin mister Wilson akan pulang larut. Miss harus makan, saya akan siapkan juga kamar untuk miss istirahat.”

Livia menggeleng lemah. “Oh, terimakasih banyak, tapi aku akan pulang sebentar lagi.” Livia berhenti sejenak, “ehm, kalau boleh aku bertanya, tadi kamu mengatakan akan menyiapkan kamar. Apa tamu Mr Wilson juga sering menginap di sini?”

“Oh, maafkan saya miss. Saya berkata seperti itu tadi karena miss pernah menginap di sini sebelumnya, dan mister Wilson tidak pernah membawa tamu wanita sebelumnya miss. Jadi, saya beranggapan bahwa miss adalah kekasih mister. Maafkan saya miss kalau ternyata salah.” Jawab pelayan itu takut-takut. Livia pun mengangguk perlahan tanda dia mengerti dan tidak marah kepada pelayan itu.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, mungkin saatnya untuk Livia pulang. Livia beranjak dari sofa ruang tamu dan pelayan tadi mengikuti Livia untuk membukakan pintu. Terlihat kesedihan pada raut muka pelayan itu, yah mungkin mengasihani Livia yang sudah menunggu Wilson sedari tadi tapi pria itu tak kunjung datang. Dan di saat Livia akan keluar dari pintu, tampak mobil Wilson memasuki halaman dan berhenti tepat di depan pintu. Wilson keluar dari mobilnya dan tampak kaget melihat ada Livia yang berdiri tepat di hadapannya.

“Livia.. Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu santai.

Lama dia menunggu hanya untuk mendengar Wilson bertanya seakan-akan tidak terjadi apapun, Livia menjadi kesal. “Kenapa kamu nggak menjawab teleponku?” Tanyanya singkat.

“Lebih baik kamu pulang.” Jawab pria itu sambil melangkah masuk ke dalam rumah. Livia menghentikan Wilson dengan menarik tangan pria itu, dia tidak akan pulang sebelum mendengar dari pria itu langsung, mengapa sikapnya berubah seperti ini.

“Apa aku berbuat salah?” Tak terasa air mata Livia mulai menggenang di bawah matanya, Livia berusaha sekuat mungkin untuk menahan air mata itu agar tidak jatuh, tapi entah kenapa air matanya itu menetes juga.

Wilson mengusap air mata di pipi Livia, “Tidak, kamu tidak salah. Ssh.. jangan menangis.” Wilson menggandeng tangan Livia dan mengajak Livia masuk ke kamarnya.

“Lalu kenapa kamu bersikap seperti ini? Kamu menghindariku.” Protes Livia, dia ingin meluapkan segala kekesalan yang dia tahan selama ini kepada pria di hadapannya itu. “Kamu tidak menjawab teleponku, tidak membalas pesanku, dan kini saat aku datang ke rumahmu, kamu menyuruhku pulang. Tolong sebutkan apa salahku, jangan diam seperti ini.”

Wilson terdiam seperti memikirkan sesuatu, Livia pun hanya terdiam sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh lebih deras lagi. Livia menunggu Wilson mengatakan sesuatu, tapi pria itu tidak mengatakan sepatah katapun, malah maju mendekati Livia. Tatapan pria itu dingin, sejenak muncul perasaan takut dalam diri Livia, Wilson tidak seperti biasanya. Livia perlahan melangkah mundur tapi Wilson menangkap pundaknya, mencegah Livia untuk mundur, dan mendekatkan bibirnya ke bibir Livia.Wilson melumat bibirnya, lidah pria itu menjelajah ke dalam mulutnya, basah dan menuntut, membuat lutut Livia lemas dan tak sanggup lagi menopang berat tubuhnya.

 Tangan pria itu menjelajahi tubuhnya, dari lehernya sampai ke pinggang, lalu mulai melepas kancing kemeja Livia dari kancing pertama hingga semuanya terlepas. Wilson menghentikan ciuman mereka dan duduk di sisi tempat tidurnya. Tatapan mata pria itu menjelajahi tubuh Livia dari atas sampai ke bawah. Memang benar Livia sudah pernah tidur dengan Wilson sebelumnya, dan seharusnya dia tidak malu saat ini, tapi entah apa yang membuat dirinya merasa aneh, dia merasa seperti ditelanjangi hanya dengan tatapan pria itu. Hanya kemejanya yang terlepas, Livia masih bisa dibilang berpakaian lengkap, bahkan dia masih memakai heelsnya.

“Lepas pakaianmu satu per satu,” ujar Wilson yang kini setengah berbaring di atas tempat tidur.

Livia masih berdiri di tempatnya, batinnya bergolak saat ini. Wilson tidak meminta sesuatu yang sulit, tapi melepas pakaian dan dihadapan pria itu seperti sesuatu yang ‘liar’, sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.

“Aku akan membimbingmu. Lepaskan rokmu dulu.” Ujar pria itu. Tangan Livia bergerak ragu-ragu untuk membuka resleting rok hitam selututnya dan membiarkan rok itu jatuh. Kini Livia hanya memakai bra dan celana dalamnya. Wilson masih tak mengalihkan pandangannya dan menjelajahi tubuh Livia, oh God, hanya dengan ditatap seperti ini Livia sudah sangat berhasrat.

“Selanjutnya, lepas bra-mu.” Dan seperti tersihir, tangan Livia bergerak kebelakang untuk melepaskan kait bra-nya. Kini tak ada lagi yang menutupi payudaranya, Livia bisa merasakan hembusan dingin AC pada kedua putingnya, dia tak bisa membedakan antara malu atau gairah yang menguasai dirinya saat ini, di satu sisi berdiri di hadapan pria itu dengan hampir semua tubuhnya terekspos membuatnya malu, tapi di satu sisi, Livia merasa permainan ini sungguh menantang dan membangkitkan hasratnya.

Livia bergerak untuk melepas heelsnya, tapi Wilson mencegah. “Aku ingin kamu tetap memakai sepatumu. Sekarang, lepaskan celana dalammu.” Dan lagi-lagi tangan Livia menurut akan setiap perintah yang terlontar dari mulut pria itu. Livia melepas celana dalam bermotif renda itu dan melewati kedua kakinya. Kini dirinya sepenuhnya telanjang, kecuali sepatu yang dipakainya dianggap sebagai pakaian. Wilson meminta Livia untuk naik ke tempat tidur dan di sana pria itu sudah siap mencumbunya.

Wilson mencium, membelai, bahkan meremas tubuhnya seperti seakan hewan buas yang sedang menerkam mangsanya. Livia merasa kali ini Wilson bercinta dengan sedikit kasar dan belum lagi dia memulihkan dirinya dari serangan-serangan panas Wilson, dia merasakan milik Wilson yang sudah mengeras bersiap memasuki dirinya, mendesak masuk membuat Livia berteriak sesaat. Wilson mempercepat gerakannya dan mencapai klimaksnya bersama-sama. Livia sedikit kesakitan dan tubuhnya sangat lelah, sepertinya Wilson juga kelelahan.

Sebelum memejamkan matanya Livia samar-samar mendengar ucapan Wilson, “aku akan berikan apa yang kamu inginkan.” Wilson mengecup pipinya dan membelai rambut Livia dan akhirnya tertidur.

--

Terimakasih buat supportnya semua..^^ Saya jadi bersemangat untuk menulis Tempting You ini. Terimakasih buat vote, comment, dan follow nya. Maaf tidak bisa balas satu per satu. Terimakasih ya tetap setia mengikuti cerita ini. Muah muah..

Tempting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang