Bab 5

282K 6.2K 43
                                    

“Congratulations sist..!!” seru Edric sambil memeluk sepupunya itu. Livia hanya tersenyum sekedarnya, di satu sisi dirinya senang karena kerjasama ini merupakan prospek bisnis yang cemerlang untuk Query, tapi di sisi lain dirinya masih ragu untuk membantu Edric.

Masih mengganjal dalam pikirannya, kenapa Edric memintanya melakukan hal yang aneh menurutnya. “Aku memang mendapat kontrak itu, tapi Edric, terus terang aku masih ragu, apakah ini semua bisa membantumu?”

“Maksudmu?” tanya Edric bingung.

“Maksud aku, hanya dengan menjalin kerjasama dengan Xian Enterprise tidak akan bisa mengembalikan perusahaanmu. We both know it. Yang kita perlukan saat ini adalah mengambil lagi perusahaanmu itu. But how?” Kening Livia mulai berkerut dan itu tandanya Livia benar-benar memikirkan masalah ini.

Edric menelan ludahnya, seharusnya dia tahu bahwa rencananya tidak akan berjalan mulus. Livia adalah cewek yang smart, dia tentu akan mencium sesuatu yang aneh dari permintaan Edric.

“Aku mendengar sebuah kabar, bahwa 3 bulan lagi Wilson Xian akan mengadakan sebuah acara lelang, di mana acara itu diperuntukkan undangan khusus saja. So, aku ingin kamu mendekati Wilson Xian, untuk bisa mendapat undangan tersebut. Just it. Aku sudah berencana ingin membeli perusahaan itu lagi di acara pelelangan.”

Livia terdiam sesaat dan mencermati perkataan cowok itu. “Em, Edric, sebaiknya kita bicarakan masalah ini ke Om Sam.” Ujarnya lirih.

“No. Absolutely no. Liv, kamu sudah janji mau membantuku kan?” Kata-kata Edric keluar dengan nada ketakutan. “Please Liv, jangan libatkan papa dalam hal ini. Kamu kan tahu kesehatan papa kurang baik akhir-akhir ini.” Bujuk Edric.

Edric khawatir jika Livia berubah pikiran membantunya, sebisa mungkin dia berbohong demi menutupi kebohongannya yang lain. Hufth. Ternyata ini bukan perkara mudah.

“Yang penting sekarang kamu sudah mendapat kontrak kerjasama itu, dan kamu juga cerita kalau kamu sudah bertemu dengan Wilson Xian. So, langkah berikutnya cukup mendekati Wilson Xian, mendapat informasi tentang lelang, dan I get my company back. That’s it.”

Dengan harap-harap cemas, Edric menantikan jawaban Livia, God.. Livia harus mau membantunya, please say yes Liv..!! batinnya dalam hati.

“Oke. Aku janji nggak akan cerita Om Sam.” Senyum Edric sepertinya akan mengembang lebar lalu kemudian surut setelah mendengar kelanjutan ucapan Livia. “Tapi, maafkan aku Edric, tetap saja sepertinya aku nggak bisa membantumu kali ini. Memang benar Query akan berbisnis dengan Xian Enterprise, akan tetapi perlu kamu tahu aja, aku tidak berhubungan langsung dengan Wilson Xian, melainkan dengan Mr Hans. Sorry.”

Damn, kenapa juga harus dengan Mr Hans? Edric pun tersenyum kecut. Rencananya bisa gagal total. Dia terpaksa harus meminta bantuan secepatnya kepada orang itu, orang yang mencetuskan rencana ini dari awalnya.

--

Sesuai jadwal meeting yang sudah ditentukan, Livia akan bertemu dengan Mr Hans untuk membicarakan progres kerja mereka. Menurut pesan yang diterimanya kemarin, seharusnya 15 menit yang lalu Mr Hans sudah datang ke restoran ini, akan tetapi pria itu belum juga terlihat. Sambil menunggu, Livia membuka kindle untuk membaca buku yang baru saja dibelinya kemarin. Dari sinopsisnya menceritakan seorang janda yang bekerja sebagai sekretaris tuan tanah dan jatuh cinta pada tuannya itu. Mengetahui tuannya itu pergi ke sebuah rumah bordil, dirinya tidak rela jika tuannya tidur dengan pelacur di sana. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah bordil itu untuk menyamar sebagai salah satu pelacur di sana dan bercinta dengan tuannya. Sinopsis yang membuat Livia ingin segera membaca novel bergenre erotica itu.

Livia merasakan seseorang sudah berdiri di hadapannya, Mr Hans sudah datang rupanya, batinnya. Dia mendongakkan kepalanya dan alangkah terkejutnya Livia bahwa sosok itu bukan Mr Hans, sosok yang berdiri di hadapannya ini adalah seseorang yang sama sekali di luar dugaan Livia akan datang ke restoran itu.

“Wilson Xian? Oh.. Em maaf, Mr Wilson. Saya kira Mr Hans yang akan datang..” Livia masih terkejut, dia tak menyangka bahwa cowok itu kini berada di hadapannya. Diapun mempersilahkan duduk CEO muda itu sambil sedikit kikuk.

“Mungkin anda belum mendengarnya dari Mr Hans, saya yang akan menangani langsung pembuatan web ini dan saya harap Miss Livia tidak keberatan.” Ujar cowok itu datar.

Livia hanya menganggukkan kepala dan menjawab lirih, “Tentu saja tidak.”

Livia menyadari bahwa Wilson Xian laki-laki terdingin yang pernah dia temui. Cowok itu bahkan tidak berbasa-basi mengenai hal-hal remeh seperti menanyakan kabar atau apa. Dan kini sudah hampir sepuluh menit terlewati dengan hening yang menyeruak di antara mereka. Livia memandang pasta carbonara di depannya, dan sesekali melirik Wilson.

“Sebaiknya..” ujar Livia untuk memulai percakapan yang rupanya berbarengan dengan Wilson yang berkata “Bagaimana kalau..”

“Anda dulu saja.” Putus Wilson.

“Sebaiknya sambil makan kita bicarakan progress. Apa anda tidak keberatan?” Livia memberikan saran, ya lebih biak membicarakan pekerjaan daripada harus saling diam membisu seperti tadi. Wilson pun mengangguk setuju,”barusan saya ingin mengusulkan hal yang sama.” Ujar cowok itu.

Perbincangan mengenai pekerjaan pun dimulai. Perlahan-lahan rasa nyaman mulai melingkupi dirinya. Dari setiap perkataan Wilson, Livia menyadari bahwa artikel-artikel yang dia bace sebelumnya memanglah benar. Wilson adalah pria yang penuh ide, fokus dan konsisten dalam mencapai sebuah target. Dalam obrolan singkat itu, Livia bisa merasakan sikap dominan yang keluar dari cara Wilson menyingkapi setiap permintaan penambahan fitur dan fungsi yang akan dipasangkan dalam web tersebut. Ketegasan Wilson, raut mukanya yang serius, membuat Livia begitu tertarik ingin jatuh dalam pelukan cowok itu.

Tak terasa waktu cepat bergulir, pembicaraan mereka juga sudah berakhir. “Saya sudah mencatat semua penambahan yang anda inginkan untuk front page nya. Dalam minggu ini akan kami kerjakan dan sesuai jadwal meeting minggu depan, saya akan membawa dummy hasilnya.”

Livia mengemasi barang-barangnya dan akan beranjak pulang, walaupun ada rasa sedikit sedih dalam hatinya akan berpisah dengan cowok yang membuatnya begitu penasaran. Yang membuatnya lebih sedih, kenapa cowok itu hanya diam saja. Cowok itu tidak menanyakan apakah Livia akan kembali ke kantornya, atau mungkin menawarkan untuk mengantarnya pulang, atau setidaknya menanyakan nomor telepon pribadinya. Livia begitu kesal, apakah memang Wilson Xian adalah pria paling dingin dan cuek seantero jagad? Biasanya setiap cowok yang ditemuinya paling tidak melakukan satu dari beberapa pilihan tadi terhadapnya.

Apakah dirinya kurang cantik? Atau Livia bukan tipe cowok itu? Apa mungkin Wilson Xian menyukai sesama jenis? Oh big no..!!  Jangan yang terakhir. Pikiran-pikiran itu lalu lalang melintasi benaknya dalam sepanjang perjalanannya menuju ke kantor.

Ada rasa penasaran besar dalam hatinya, apa yang membuat seorang Wilson Xian begitu cuek seperti itu. Jiwa kompetisi dalam diri Livia muncul, kali ini Livia harus bisa membuat seorang Wilson Xian yang sedingin gunung es itu setidaknya menjadi ramah terhadapnya. Harus..!!

Tempting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang