Page 2

23.1K 2.5K 269
                                    

Kepalanya mendongak manakala suara derit pintu kamar terbuka. Jihye yang tengah membaca majalah di atas ranjang dengan kedua kaki diluruskan itu kemudian tersenyum lebar saat mendapati Jungkook baru saja pulang bekerja dan membawa beberapa menu makanan yang ia mau.

"Nyonya Istri ternyata lebih memilih membaca majalah daripada memeluk suaminya," ucap Jungkook selepas menutup pintu.

Jihye menyengir sejenak sebelum dengan susah payah menuruni ranjang. Perutnya kian membesar tiap bulannya, dan beberapa minggu lagi wanita itu akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengeluarkan dan menunjukkan dunia kepada sang buah hati yang berada di dalam perutnya.

"Anak kita menghalangi semuanya." Jihye mendekat ke arah Jungkook. Sadar bahwa perut buncitnya membuat wanita itu tidak bisa memeluk Jungkook dari depan. Kemudian wanita itu berjinjit untuk membantu sang suami melepas dasi. "Sepertinya ada masalah di kantor hari ini. Apa aku salah?"

Jungkook lekas mengecup kening sang istri. "Yah, setelah utang Seokjin berhasil aku tangani bersama ayah, kini ada satu masalah baru," jawabnya sembari melepas jas dan kemeja. "Seokjin membuat tanda tangan palsuku agar bisa bekerja sama dengan perusahaan Gangnam. Beruntung karena aku dan ayah bisa menanganinya hari ini."

Jihye meletakkan kantong plastik berisi makanan ke atas meja televisi. Maniknya menatap punggung tegak sang suami yang tengah membuka lemari dan mencari piama untuk malam ini.

"Apakah kau menyembunyikan sesuatu lagi padaku, Jeon?" tanyanya setelah Jungkook menutup pintu lemari kayu tersebut. Pria itu kemudian memutar badan untuk menatap sang istri yang tengah melempar tatapan cemas. "Ya, kau menyembunyikan sesuatu dariku." Jihye berucap menyimpulkan.

Wanitu itu lantas berjalan melewati Jungkook sebelum memasuki kamar mandi. "Akan kusiapkan air hangat untukmu selagi kau mempertimbangkan untuk bercerita atau tidak."

Jungkook duduk di sofa kamarnya. Memijat pelipis, pria itu kemudian membuang napas lelah. Jihye sangat mengenal dirinya. Apa pun yang Jungkook sembunyikan, sepertinya Jihye selalu dapat mencium dengan cepat.

Sementara Jihye tengah sibuk menyiapkan air hangat, Jungkook malah diganggu oleh suara dering nyaring dari ponselnya yang terletak di dalam saku celana kainnya. Pria itu berdecak manakala nama 'Kim Taehyung' menghiasi layar, lalu dengan terpaksa menerima panggilan tersebut.

"Hallo, Jungkook!" Baru sedetik menempelkan ponsel di telinga, sambutan kencang dari Taehyung membuat Jungkook mendengus jengkel. Omong-omong, mereka mendadak dekat lantaran Taehyung banyak membantunya selama ini.

"Kau berbicara seolah aku tuli, Kim Taehyung," sahutnya. Jungkook melirik ke arah pintu kamar mandi yang terbuka, lantas menyandarkan punggung pada sofa. "Ada apa?"

Taehyung di seberang sana terkekeh. Pria Kim itu menghisap rokoknya sebelum menjawab pertanyaan singkat Jungkook. "Aku baru saja menekan Jiseo soal rekaman CCTV, tapi dia tetap tidak mau mengaku karena orang itu mengancam dirinya."

Satu alis Jungkook terangkat. "Benarkah?" Taehyung menjawab dengan dehaman. "Aku bersumpah tidak akan memaafkannya kalau dia terlibat dengan semuanya," terusnya.

"Kurasa tidak. Kau tahu Park Jimin menyayangi istrimu. Tidak mungkin pria itu ikut terlibat untuk menjebakmu dan menyakiti istrimu."

"Siapa yang tahu, Taehyung? Semua orang bisa melakukan apa saja, bukan?" Jungkook kemudian refleks menoleh manakala Jihye keluar dari kamar mandi dengan wajah masam. Well, hubungan Jihye dan Jungkook telah membaik tiap harinya. Wanita itu bahkan cenderung manja saat bersama Jungkook, lalu berujung merajuk jika Jungkook menolak atau membuatnya sebal. "Kita lanjut nanti. Aku harus mandi."

Among The Hurt ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang