Chapter 25

21.2K 2.4K 548
                                    

“Siapa yang datang semalam ini, Bi?” Jihye turun menyusuri anak tangga. Mengusap wajah bangun tidurnya.

Sekarang pukul dua belas. Jihye dan Jungkook baru saja terlelap setelah banyak mengobrol untuk penghantar tidur. Dan delapan menit yang lalu, Bibi Choi mendadak mengetuk pintu kamarnya dan memberitahu bahwa ada tamu yang mencari dirinya.

“Tidak tahu, Nyonya,” jawab Bibi Choi lalu beralih memasuki dapur untuk meracik teh hangat di tengah angin malam yang dingin.

Sebelum memasuki ruang tama, Jihye menyempatkan dirinya untuk mengaitkan kancing kemeja teratasnya yang ia lepaskan karena sempat kegerahan. Maklum, hormon ibu hamil.

Jihye mengernyit sesaat manik kembarnya menangkap sosok wanita berambut panjang digerai yang duduk manis di sofa ruang tamunya. Alisnya mengedik, menerka-nerka siapa gerangan yang datang semalam ini di rumahnya.

Berdeham, Jihye membuat wanita yang asyik menunduk itu menoleh ke arahnya yang kini duduk di seberangnya.

“Kau ... siapa?” tanya Jihye kebingungan. “Mencari suamiku?”

Wanita itu menggeleng dengan kedua tangan yang dikibaskan cepat. Lantas satu tangannya terulur untuk memperkenalkan diri. Tanpa menunda, Jihye lekas menyambut tangan itu.

“Park Jihye,” katanya mengenalkan diri. Tidak lupa menyematkan senyum tulus manakala wanita di hadapannya melempar senyum kikuk.

“A-aku ... Han Jiseo.” Ada kerutan dalam yang dihasilkan dari kening Jihye. Tentu saja, Jihye belum pernah melihat wanita di depannya saat ini—juga namanya yang terdengar asing di telinganya.

Jihye mengangguk, lalu kembali duduk setelah melepas tautan tangan mereka. “Maaf sebelumnya,” Jihye menyugar surai sebahunya, “saya rasa kita tidak saling mengenal satu sama lain. Lantas apa yang membuat Anda datang selarut ini?”

Jiseo meremas tali tas selempangnya. “Aku yang seharusnya mengucapkan maaf padamu, Park Jihye-ssi.”

Jihye semakin dibuat bingung dengan tingkah laku wanita itu. Mereka baru saja bertemu, namun wanita di depannya sudah mengucap maaf tanpa melakukan kesalahan apa pun. Setidaknya, begitulah pemikiran Jihye saat ini.

Wanita Park itu hendak menjawab, tapi suara Jiseo membuatnya mematung dengan kedua tangan spontan mengepal erat di atas pahanya.

“Aku selingkuhan Jeon Jungkook.” Ada luka yang disematkan di dalam manik jelaga wanita Han itu, dan Jihye dapat melihatnya dengan jelas. “Maaf karena datang di tengah-tengah keluarga kecil kalian,” lanjutnya.

Pening itu datang lagi. Jihye mendadak tak dapat bernapas dengan tenang saat wanita yang ingin sekali ia temui sekarang tepat berada di seberangnya.

Bibi Choi hadir untuk menyerahkan dua cangkir teh di atas meja kaca. Sebelum pergi, wanita paruh baya itu berkata, “Nyonya ... besok ada acara pukul enam pagi.”

Jihye jelas tahu ucapan Bibi Choi hanyalah kebohongan belaka. Alih-alih merasa tak paham, Jihye malah mengangguk dan mengikuti kemauan Bibi Choi.

Bibi Choi mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibir Han Jiseo beberapa saat yang lalu. Karena melihat kecemasan dari wajah sang tuan rumah, wanita paruh baya itu memilih untuk menengahi.

Namun, Jihye pikir ia dapat menyudahi percakapan semudah itu. Nyatanya, sekarang Jiseo malah berjalan ke arahnya dan berlutut.

“J-jangan seperti ini.” Jihye menjauhkan ledua tangan Jiseo yang menggenggam tangannya. “Aku ... aku sudah memaafkanmu. Jadi, tolong jangan bertingkah seperti ini.”

“Aku menyesal. Maafkan aku ....” Jiseo menangis, kepalanya mendongak guna menatap wanita yang telah ia sakiti.

Bukannya berlaku kasar, Jihye malah menyeka air mata Jiseo dengan tangannya yang gemetar. Senyum hangat ia torehkan begitu air mata lolos begitu saja.

Among The Hurt ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang