d u a b e l a s

2.4K 356 35
                                    

kalau baca, jangan lupa tinggalin jejak ya. karena kadang ngeliat banyaknya silent reader bikin aku jadi males buat ngelanjutin hehe

elsa.

* . * . * . * . * . * .

Yang pertama kali Yuki lihat saat ia membuka mata adalah tirai berwarna putih yang membentang dihadapannya.

Butuh waktu beberapa detik bagi Yuki untuk bisa mengenali ruangan tempat dimana ia berada sekarang. Unit Kesehatan Sekolah.

Gadis itu lalu berusaha untuk bangkit dan duduk saat rasa nyeri yang luar biasa menyerang kepalanya. Yuki mengerang pelan, menyentuh pelipisnya dan kembali menyandarkan kepalanya diatas bantal.

"Bodoh, Yukiko Evans." gumamnya pelan. "Kenapa kau bisa jadi selemah ini?"

Gadis itu menghela napas berat dan memutuskan kalau tubuh kurusnya memang sedang tidak bisa diajak kompromi. Ia baru saja akan memejamkan matanya kembali saat sebuah suara serak khas yang ia kenal benar terdengar dari sisi kanannya. "Glad you're awake, half-blood."

Secepat kilat gadis itu menoleh dan mendapati Harry menyeringai lebar kearahnya, membuat gadis itu memutar mata pelan. "Kau kenapa bisa pingsan, sih? Kau sakit?"

Nada perhatian yang kentara jelas di suara Harry dan sorot khawatir yang dipancarkannya sukses membuat perut Yuki terasa diaduk-aduk dalam konteks yang menyenangkan.

Harry mengernyit saat mendapati Yuki tidak membalas perkataannya. Tanpa aba-aba Harry menempelkan punggung tangannya ke kening Yuki, merasakan hangat tubuh gadis itu.

Yuki bisa melihat Harry yang menatapnya dengan sorot berpura-pura serius selama beberapa saat, namun sedetik kemudian laki-laki itu kembali tersenyum. "Kau agak hangat." ucapnya lebih menyerupai bisikan. Manik mata Harry perlahan menatap lurus ke bola mata Yuki.

Gadis itu sendiri bisa merasakan napasnya mendadak tertahan dan detak jantungnya yang mulai berdetak diambang batas normal. Terlebih lagi saat tangan Harry yang tadinya berada di kening Yuki kini berpindah ke kepala gadis itu. Mengusapnya perlahan. Jemari Harry yang kurus dan panjang bermain diantara rambut Yuki yang kecoklatan.

Harry tersenyum teduh, nada suaranya benar-benar lembut saat ia berkata, "Maafkan aku, Yuki. Aku terlalu sibuk dengan urusanku belakangan ini. Jadi tidak terlalu memperhatikanku."

Sorot penuh penyesalan terpampang jelas di wajah Harry. "Maafkan aku ya? Belakangan ini aku--"

"Harry?"

Fokus Yuki pada Harry langsung buyar saat ia mendengar suara lembut seorang perempuan dari balik tubuh Harry. Sepertinya Harry juga merasakan hal yang sama karena tangan laki-laki itu yang tadinya mengusap kepala Yuki, langsung cepat-cepat diturunkan.

Dengan kaku Yuki memicingkan matanya dan mendapati kalau ia tidak sendirian berada di Unit Kesehatan Sekolah.

Tepat diseberangnya, seorang gadis dengan rambut hitam panjang dan mata bulat bagai boneka menatapnya dan Harry dengan sorot kaget bercampur heran. Butuh waktu beberapa detik bagi Yuki untuk sadar kalau gadis yang sedang bertatap mata dengannya itu adalah Nagisa Keiko.

Gadis yang dijenguknya dalam keadaan koma di Rumah Sakit dua minggu lalu. Dan kini, Yuki bisa melihat gadisnitu berbaring diatas tempat tidur tepat diseberang Yuki dalam keadaan sadar. Bahkan terlihat jauh seribu kali lebih cantik dari yang terakhir kali Yuki lihat.

Harry sendiri cepat-cepat menoleh kearah Keiko dan menaikkan sebelah alis, "Ah, Kei? Ada apa? Kamu mau sesuatu? Biar aku ambilkan."

"Tidak ada." balas Keiko pelan. Gadis itu memang sedang menjawab pertanyaan Harry. Namun fokus gadis itu bukanlah pada Harry. Melainkan pada gadis dengan rambut kecoklatan yang sedang bertatapan dengannya. Yukiko Evans.

fortune teller ★彡 h.sWhere stories live. Discover now