d e l a p a n

2.5K 345 42
                                    

d e l a p a n / f.t

"Jadi kapan kau mau mulai menjelaskan sesuatu padaku?" Harry memicingkan mata kearah Yuki yang berpura-pura sibuk dengan kentang goreng dihadapanya.

Merasa kalau Harry tak mengalihkan pandangan, Yuki menjawab malas-malasan. "Setelah aku selesai makan. Kau membuatku kehilangan jatah makan malam, tau?" balasnya sambil menodongkan satu potong kentang kearah Harry yang balas mendengus.

Yuki sendiri sebenarnya hanya mengulur waktu. Ia sedari tadi memaksa benaknya untuk memikirkan kebohongan masuk akal apa yang dapat membuat laki-laki dihadapannya mempecayainya. Namun tak ada satu pun gagasa bagus yang muncul di kepalanya.

"Kau benar-benar membuatku hampir gila tau?" omel Harry.

Yuki menatap kentang gorengnya sebagai pelarian sementara Harry melanjutkan omelannya. "Kau selalu lari seakan di kejar hantu begitu bel pulang berbunyi, ku kira kau ada urusan sepenting apa, ternyata kau bekerja untuk wanita itu."

Kali ini Yuki mendengus. "Aku butuh uang, Styles."

"Lalu? Kau kan bisa cari pekerjaan yabg lain. Kenapa harus pura-pura menjadi peramal?" Harry menatap Yuki dengan pandangan menyelidik sementara gadis itu menelan ludah gugup.

Pura-pura menjadi peramal katanya? Yuki membatin kesal. Aku memang bisa meramal, kau bodoh.

Tapi Yuki memilih untuk bungkam. Ia takut laki-laki dihadapannya malah salah paham dan mencurigai dirinya. Yuki mengambil potongan terakhir kentang gorengnya dan menyuapkannya kedalam mulut sebelum menghela napas berat.

"Sudah selesai makan 'kan? Sekarang jelaskan." Harry melipat tangannya di depan dada. Manik hijau kebiruan miliknya menatap tepat ke mata Yuki, membuatnya gugup setengah mati.

Yuki merutuki dirinya sendiri. Entah sejak kapan melihat Harry dengan ekspresi serius diwajahnya masuk kedalam daftar hal-hal yang membuat Yuki kekurangan oksigen.

"Kau tau, Styles, tidak ada hal di dunia ini yang tidak dapat di pelajari." balas Yuki setenang yang ia bisa. "Aku mencari buku panduan untuk membaca garis tangan dan kartu tarot. Semudah itu."

Kerutan di kening Harry masih belum hilang. Jadi Yuki menambahkan, "Aku bahkan bisa meminjamkan beberapa buku padamu jika kau ingin mencoba belajar. Bahkan mungkin kalau sudah mahir kau juga bisa bekerja di tempat Madam Sara." Yuki mencoba bergurau di akhir kalimat namun nampaknya hanya dianggap Harry sebagai angin lalu karena laki-laki itu tetap memasang ekspresi serius.

Kali ini Yuki mendengus keras dan menghempaskan tubuhnya kesandaran kursi. Tangannya di lipat di depan dada dan bibirnya dimajukan setengah senti. "Kau menyebalkan." gumamnya sepelan mungkin.

Namun sepertinya Harry mendengar perkataan Yuki karena laki-laki itu malah tertawa kecil. "Baiklah kalau begitu sekarang aku tidak perlu sungkan lagi." ucap Harry dengan senyum jahil diwajahnya setelah ia berhenti tertawa.

"Sungkan dalam hal apa?" Yuki kontan mengernyit.

Harry perlahan mengetukkan jemarinya keatas meja. Ekspresinya terlihat menimbang-nimbang. "Kau mengingatkanku pada Rachel Elizabeth Dare, Oracle Delphi di serial Percy Jackson. Aku sempat ingin memanggilmu Rachel."

Yuki mendengus kemudian memutar matanya saat mendengar balasan Harry. "Styles, aku sudah punya nama. Kau konyol."

"Tapi aku serius." laki-laki itu bersikeras. "Kau mirip dengan Rachel, dia juga peramal kau tau."

Kali ini Yuki menatap Harry dengan mata yang dipicingkan. "Aku bukan peramal, Harry." balasnya dengan penekanan di setiap kata.

"Baiklah, tapi kau bekerja untuk Madam Sara kan? Yasudah. Suka atau tidak suka kau adalah peramal." balas Harry cepat. Ekspresi penuh kemenangan muncul diwajahnya saat Yuki tidak membalas perkataanya.

Yuki meniup rambutnya yang jatuh menutupi mata sambil bersungut, "Kalau aku Rachel kau apa? Monsternya? Lagi pula Rachel tidak punya happy ending. Pada akhirnya Rachel hanya bisa melihat Percy bahagia bersama Annabeth."

Napas Yuki langsung sesak begitu ia sadar apa yang baru saja diucapkannya. Lagi-lagi pikirannya kembali terlempar pada Zayn. Kalau diibaratkan, untuk Yuki Zayn itulah Percy. Tapi untuk Zayn, Yuki hanyalah seorang Rachel. Gadis peramal yang maniak. Lagipula, Zayn sudah bahagia bersama Rere kan?

"Hm, ternyata kau baca Percy Jackson juga. Impressive, nona Yuki." ucap Harry riang, menyadarkan Yuki dari lamunannya.

Gadis itu menggeleng. "I'm not. Saha--maksudku salah satu temanku di London maniak Percy Jackson. Jadi aku tau banyak."

"Oke kalau begitu." Harry terlihat berpikir sesaat sebelum melanjutkan, "Setelah ku pikir-pikir aku akan jadi Percy saja."

Yuki memutar mata. "Kau mengambil tokoh utamanya."

"Aku memang sudah seharusnya jadi center of the attention." Harry nyengir lebar. "Tapi kali ini kisahnya berbeda." nada suara Harry berubah menjadi misterius saat ia melanjutkan perkataannya.

"Berbeda?" Yuki menautkan kedua alisnya.

"Iya. Percy tidak punya Annabeth di dalam kisahku." Harry menggigit bibir. "Jadi aku rasa.. pasti ada kemungkinan kalau Percy akhirnya bersama.. Rachel 'kan?" sambung Harry hati-hati. Pandangan laki-laki itu diarahkan langsung ke mata Yuki.

Yuki bergeming. Matanya menatap langsung ke manik mata Harry. Pria itu balas menatapnya dengan sorot teduh. Yang entah kenapa membuat jantung Yuki langsung berdebar berkali-kali lipat lebih cepat.

Kali ini Yuki mencoba mengeluarkan tawa hambar. Dengan gugup ia menatap Harry dan bergumam, "Ka-kau ngomong apa sih, idiot?"

Harry membalas pertanyaan Yuki dengan tawa kecil kemudian laki-laki itu diam dan menatap Yuki lagi. Tepat di mata. Untuk sesaat disekitar mereka berdua seakan hening. Yuki bahkan takut Harry dapat mendengar debaran jantungnya.

Pada akhirnya Harry kembali buka suara, "Kau mau tau satu hal, Yuki?" tanya Harry dengan seulas senyum tipis di wajahnya.

Yuki mengernyit. "Tentu."

Harry lalu tertawa pelan sebelum menatap Yuki tepat dimata dan berkata, "Lucunya aku pernah melihat Malaikatku disana. Melihat Keiko di tempat Madam Sara, membiarkannya membaca garis tanganku. Dan yang lebih anehnya, alasan yang Keiko utarakan saat aku bertanya padanya sama dengan yang baru saja kau ucapkan."

Yuki hanya bisa membeku di tempatnya. Kali ini ia benar-benar merasa kalau kadang satu-dua hal di bumi ini memang terkait dengan satu sama lain.

a/n
AKU BESOK UJIAN MATEMATIKA DOAIN AKU YA SEMUANYA:((((
gimana sama chapter ini hueheh kan udah ada yuki-harry moment wkwk apa ya kira kira nama ship yg bagus buat mereka...
kritik saran komentar selalu di tunggu^^
kalau bisa tinggalin komentarnya dong soalnya kalau baca komentar kalian jadi tambah semangat hueheh:3

elsa.

fortune teller ★彡 h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang