s e p u l u h

2.5K 336 67
                                    

s e p u l u h // f.t

ps: just please dont hate me bc this chapter he he he

Jemari Yuki bergetar hebat saat ia memutar handle pintu dan melangkah masuk kedalam rumah perlahan. Dibelakangnya dua sosok pria berjalan mengikuti langkahnya lambat-lambat.

Yuki menelan ludah susah payah. Apa yang terjadi dengan hidupnya? Bukan ini yang Yuki inginkan saat ia memutuskan untuk pindah ke Chesire. Yuki pikir ia akan mendapatkan hidup tenang yang lurus-lurus saja. Tapi ternyata apa? Dengan bodohnya ia membiarkan semua hal yang seharusnya tidak dilakukannya menghalangi jalannya.

Apa kau sudah gila saat menerima tawaran Madam Sara? rutuk Yuki pada dirinya sendiri. Apa kau sudah gila saat mempertaruhkan resiko Harry mengetahui kemampuanmu dan menolongnya melewati takdir buruk yang telah di gariskan untuknya? Dan Yukiko Evans, apakah kau sudah gila saat membiarkan seorang Zayn Malik--pria yang merupakan salah satu alasan kepindahanmu-masuk lagi ke kehidupanmu?

Yuki menghela napas berat. Ia lalu menggumamkan sesuatu yang mengisyaratkan agar Harry dan Zayn duduk sementara gadis itu sendiri melangkahkan kakinya dengan langkah terseret ke dapur.

Saat Yuki mendengar suara Zayn beberapa menit yang lalu, seluruh tubuhnya langsung terasa dingin. Jantungnya berdetak sangat cepat dan ia hampir saja terjatuh kalau tidak segera menguatkan pijakannya. Maksud Yuki, ia menempuh ratusan mil hanya agar bisa menjauh dari Zayn. Dan lihat apa yang terjadi sekarang. Laki-laki itu datang, bahkan tanpa di undang.

Yuki memutar keran di bak cuci piring dan membiarkan air mengaliri telapak tangannya yang terasa sedingin es. Gadis itu lalu membasuh wajahnya berkali-kali. Berharap pikiran kalutnya sedikit demi sedikit dapat hilang. Namun hasilnya nihil. Kepala gadis itu tetap terasa penuh dan dadanya masih sesak.

Ia menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai sebelum berjalan ke lemari dan mengeluarkan dua buah cangkir serta teko. Dengan cekatan ia membuat dua gelas teh dan meletakkanya diatas nampan.

Berkali-kali Yuki mengucapkan kata-kata penenang pada dirinya sendiri sebelum ia memberanikan diri melangkah ke ruang tamu. Gadis itu mendapati Harry yang sedang bersandar malas-malasan sambil sibuk memainkan ponselnya sementara Zayn yang langsung tersenyum tipis begitu melihat Yuki. Pun senyuman tipis itu sudah cukup untuk membuat setiap sel yang ada di dalam tubuh Yuki lumer.

Damn you, Malik. Setelah berbulan-bulan berlalu dan untuk pertama kalinya aku sadar kalau aku bahkan belum bisa melupakan kamu sedikit pun. batin Yuki pilu. Lihat efek sebesar apa yang kamu timbulkan padaku.

Yuki berdehem pelan sembari meletakkan cangkir berisi teh itu kehadapan Harry dan Zayn. Zayn menggumamkan kata terimakasih dengan canggung sementara Harry sendiri nyengir lebar dan langsung dengan berisik menyeruput teh dalam genggamannya.

"Harry, tempo hari katanya kau mau meminjam buku-buku milikku kan? Itu ada di perpustakaan kecil." Yuki menatap Harry kemudian melirik kearah ruangan kecil di sudut kanan yang tak jauh dari ruang tamu.

Ruangan itu terdiri dari sebuah sofa berwarna biru laut yang terlihat empuk dan jajaran rak buku serta meja kayu berwarna putih. Harry mengangguk. Lalu berjalan kearah ruangan itu. Laki-laki itu mengerti kalau perkataan itu merupakan isyarat Yuki agar meninggalkannya berdua dengan pria berhidung mancung dan rambut hitam yang memanggil gadis itu dengan kata, Yuki-chan.

Harry sendiri tidak tau siapa laki-laki itu tepatnya. Yuki tidak pernah bercerita padanya tentang kehidupannya di London. Bagaimana sekolahnya, siapa temannya, apa kisahnya, Harry tidak tau.

Satu hal yang Harry tau pasti adalah laki-laki itu pasti punya efek yang sangat kuat dalam hidup Yuki. Dan mereka pasti pernah melalui sesuatu yang besar. Harry bisa melihat itu dari sorot mata penuh emosi yang dilemparkan Yuki setiap kali pandangannya jatuh ke manik mata laki-laki itu. Aura canggung juga terpancar dari keduanya.

fortune teller ★彡 h.sWhere stories live. Discover now